Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Berkat Menjadi Ibu pada Usia yang Lebih Tua

Di negara maju, semakin banyak yang menjadi ibu pada usia yang lebih tua. Banyak wanita memilih untuk menunda memiliki anak agar mereka dapat mempersiapkan keamanan finansial atau hubungan, atau untuk mengejar karir atau tujuan pribadi. Beberapa wanita lainnya tidak pernah berharap menjadi "ibu pada usia yang lebih tua", tetapi berakhir dalam situasi itu karena infertilitas, pernikahan yang tertunda, atau kehamilan yang tidak terduga.

Saya tentu saja tidak pernah merencanakan untuk memiliki bayi ketika memasuki usia yang lebih tua -- saya terlalu takut dengan risikonya. Saya tahu bahwa hamil pada usia yang lebih tua akan memperbesar kemungkinan saya untuk keguguran atau mengalami komplikasi selama kehamilan dan kelahiran; Saya tahu itu akan memperbesar kemungkinan bayi saya memiliki kelainan bawaan. Saya ingat ketika ibu saya pernah mengucapkan, "Tubuh seorang wanita dirancang untuk memiliki anak di usia 20-an."

Ternyata saya hampir tidak masuk dalam kategori "ideal" untuk memiliki anak -- mulai dari usia 28 dan selesai (atau begitulah menurut saya) pada usia 34. Namun, tahun ini, pada usia 39, saya hamil lagi dan sekarang terpaksa menghadapi ketakutan saya.

Di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, kita semua harus memercayakan anak-anak kita ke dalam pemeliharaan Allah kita, satu-satunya Bapa yang sangat bijaksana dan besar.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pada tahap awal kehamilan, saya berharap itu salah; saya bahkan tidak memberi tahu beberapa teman terdekat saya bahwa saya hamil sampai trimester kedua. Sekarang, setelah bayi itu tampak sehat dan bertumbuh, saya mulai mengkhawatirkan hal-hal yang berbeda. Saya berbaring terjaga di malam hari menghitung berapa usia saya dan suami saya (tua!) ketika bayi kami selesai sekolah menengah, menikah, atau berusia 40 tahun. Saya merasa iri melihat wanita hamil yang lebih muda yang tampaknya memiliki jauh lebih banyak energi (dan rambut beruban jauh lebih sedikit!) daripada saya.

Di tengah rasa ketakutan, saya mencoba memulihkan perspektif yang saleh dan seimbang. Berikut adalah tiga kebenaran dari Kitab Suci yang dapat menguatkan wanita seperti saya yang, apa pun rencana atau tujuan kita, melihat catatan medis kita ditandai dengan kata-kata "ibu usia tua"

1. Kita berada dalam Kelompok yang Baik

Ada antrean panjang wanita di dalam Alkitab -- termasuk sebagian besar ibu leluhur Israel -- yang tidak dapat memiliki anak sampai usia tuanya.

Meskipun mereka menerima janji Allah akan keturunan, Abraham dan Sara tetap tidak memiliki anak sampai pada titik di mana "tubuh [Abraham] sudah hampir mati . . . atau kemandulan rahim Sara" (Rm. 4:19, AYT). Ketika Allah akhirnya menyatakan bahwa sudah waktunya bagi Sarah untuk hamil, pasangan tua itu tertawa (Kej. 17:17; 18:12, AYT). Sarah bertanya-tanya, "Setelah aku begini tua, apakah aku akan berahi, sementara suamiku juga sudah tua?"

Dalam Perjanjian Baru, kita menjumpai Elisabet dan suaminya, Zakharia, yang akan menjadi orang tua Yohanes Pembaptis. Lukas menggambarkan mereka sebagai orang yang benar di hadapan Allah, tidak memiliki anak, dan "sudah sangat tua" (Lukas 1:7). Ketika seorang malaikat memberitahukan bahwa Elisabet akan hamil, Zakharia tidak dapat memahami berita itu: "Bagaimanakah aku akan mengetahui tentang hal ini? Sebab aku ini sudah tua dan istriku juga sudah lanjut usia" (Lukas 1:18, AYT).

Kita "ibu usia tua" berada dalam kelompok yang baik.

2. Semakin Bertambah Usia Semakin Bijaksana

Ketika saya melihat ke belakang saat pertama kali menjadi ibu yang perfeksionis, saya berusia 28, saya dapat melihat betapa saya kemudian lebih dewasa dalam dekade berikutnya. Melewati gunung dan lembah kehidupan -- dalam iman, keluarga, pernikahan, dan pelayanan -- telah menguatkan saya. Idealisme saya yang muluk telah berubah menjadi kebijaksanaan yang membumi.

Saya tidak lagi terkejut dengan pencobaan dan tragedi; Saya telah belajar untuk percaya bahwa bagaimanapun Allah akan menarik kita melaluinya. Saya tidak lagi terkejut ketika dosa saya yang memalukan terungkap; Saya telah belajar untuk berlari kepada Yesus, Juru Selamat saya yang tidak berdosa. Saya tidak lagi terkejut ketika orang lain gagal dan mengecewakan saya; saya telah belajar untuk memberikan dengan tangan terbuka anugerah yang telah saya terima.

Tahun-tahun ini juga mengajarkan kepada saya bahwa melakukan kehendak Allah tidak selalu menyenangkan dan spektakuler. Biasanya, itu terdiri dari tindakan ketaatan sehari-hari yang tenang.

Meskipun saya mungkin memiliki lebih banyak uban daripada waktu saya berusia 20-an, dan senyum saya mungkin diwarnai oleh kerutan-kerutan, hidup dan iman saya sekarang berlabuh di dunia nyata. Tentunya bayi kami akan mendapat keuntungan dari memiliki ibu yang lebih realistis, pemaaf, dan tangguh daripada ketika dirinya lebih muda.

Ibu-ibu yang lebih tua, mari kita bersemangat karena Amsal mengatakan, "Rambut yang telah memutih adalah mahkota kehormatan, yang ditemukan di jalan kebenaran" (Ams. 16:31, AYT).

3. Ketakutan yang Lebih Besar Membutuhkan Iman yang Lebih Besar

Gambar: Ibu yang lebih tua

Memiliki bayi pada usia yang lebih tua memunculkan rasa takut yang wajar. Akan tetapi, saya mencoba untuk membawa setiap ketakutan kembali kepada Allah seperti para pahlawan iman yang hidup sebelum saya.

Sebagai ibu pada usia yang lebih tua, Sarah harus memercayakan anaknya kepada Allah, karena mengetahui hidupnya di bumi terbatas. Pada akhirnya, Sarah tidak hidup cukup lama untuk melihat Ishak menikah dan memiliki anak. Abraham juga harus menyerahkan hidup Ishak kepada Allah dalam demonstrasi iman yang nyata:

"Oleh iman, ketika Tuhan mengujinya, Abraham mempersembahkan Ishak; ia yang sudah menerima janji-janji itu bahkan rela mempersembahkan anak tunggalnya. Tentang hal itu, dikatakan, "bahwa dalam Ishaklah keturunanmu akan disebut." Abraham menaruh percaya kepada Allah, bahwa Allah pun sanggup membangkitkan orang yang sudah mati. Dari gambaran yang sama inilah dia menerima Ishak kembali." (Ibr. 11:17-19, AYT)

Sesungguhnya, berapa pun usia kita, semua ibu dan ayah harus menerima keterbatasan sebagai manusia. Kita tidak bisa selalu menjaga anak-anak kita aman dan sehat. Kita tidak bisa hadir selamanya untuk membimbing dan melindungi mereka. Di dunia yang sudah jatuh dalam dosa ini, kita semua harus memercayakan anak-anak kita ke dalam pemeliharaan Allah kita, satu-satunya Bapa yang sangat bijaksana dan besar.

Saya bersyukur kepada Allah atas pemberian-Nya yang berharga: bayi untuk suami saya dan saya pada usia kami yang lebih tua. Semoga saya menghargai pemberian ini seperti para ibu yang lebih tua pada masa lalu dan berusaha untuk terus dewasa -- tidak hanya dalam usia, tetapi juga dalam kebijaksanaan dan iman. (t/Jing-Jing)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : The Gospel Coalition
Alamat situs : https://www.thegospelcoalition.org/article/blessing-older-mom/
Judul asli artikel : The Blessing of Being an Older Mom
Penulis artikel : Harriet Connor

Komentar