Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

edisi 38 - menjalin relasi yang sehat antara mertua dan menantu

Pernikahan. Sebuah kata yang mungkin banyak diperbincangkan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita. Bagi mereka, terkhusus para wanita yang bermukim di perkotaan, atau mereka yang memiliki karier yang cukup baik, terkadang pernikahan bukan menjadi prioritas utama mereka. Dalam e-Wanita edisi 39 dan 40 mendatang, secara khusus kami akan membahas perlukah seseorang menikah dan bagaimana menjaga agar kasih dalam pernikahan Anda (bagi mereka yang telah menikah) dapat terus terjaga dan terpelihara.

Ketika dua wanita yang mengasihi pria yang sama berada di tempat yang sama, hasilnya tidaklah selalu baik. Ibu mertua bisa bermasalah ketika melepas anak laki-lakinya. Menantu perempuan harus berjuang untuk bisa menyatu dengan keluarga suaminya.

Ada seseorang yang pernah berdoa demikian, "Tuhan, berikanlah aku seorang suami. Namun tolong agar suamiku itu sudah tidak punya orang tua lagi." Mengapa ia berdoa demikian? Orang itu menjawab, "Karena saya sering menjumpai banyak keluarga yang mertuanya bersikap bukan sebagai penolong, tetapi perongrong." Memang, sering terjadi masalah antara mertua dengan menantu, khususnya antara mertua perempuan dengan menantu perempuannya.

Salam sejahtera,

Banyak pasangan muda yang sering mengeluh bagaimana mereka bisa menjalin relasi yang baik dengan mertua mereka. Walaupun sebelum menikah mereka sudah berusaha menjalin relasi yang sehat dengan calon mertua mereka, tidak jarang setelah menikah mulai muncul permasalahan-permasalahan yang dulu tampaknya adalah hal yang remeh.

Melanjutkan pembahasan edisi yang lalu, Redaksi sajikan artikel yang membahas lebih mendalam mengenai relasi mertua dan menantu. Simak juga tip praktis yang diharapkan dapat mengembangkan wawasan Sahabat Wanita.

Selamat membaca, kiranya menjadi berkat.

Pimpinan Redaksi e-Wanita,
Christiana Ratri Yuliani