Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

PERNIKAHAN

Apakah yang dimaksud dengan pernikahan sehat? Bagaimana ciri-ciri dari pernikahan sehat? Silakan menyimak ringkasan diskusi TELAGA berikut ini yang dipandu oleh Pdt. Paul Gunadi.

Jika Anak-anak Merupakan Pemberian Allah, Mengapa Begitu Banyak Orang Tua Muda yang Kelelahan dan Putus Asa?

Semua orang tua baru mengalami kelelahan karena anggota keluarga baru itu cenderung tidur sepanjang hari dan rewel sepanjang malam. Merawat bayi yang baru lahir memang repot, terutama pada bulan pertama dan kedua. Perubahan-perubahan hormon yang kembali normal dalam tubuh ibu baru, juga bisa menimbulkan depresi. Ibu-ibu yang meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi orang tua, akan mengalami kesulitan membiasakan dirinya tinggal di rumah. Beberapa ibu tertolong dengan mengambil kursus-kursus, melakukan pekerjaan sosial, atau apa saja yang bisa mendukung meningkatnya sikap mental dan hubungan yang dewasa dalam kehidupan mereka.

Kapan Saat Terbaik untuk Memulai Keluarga?

Untuk seorang anak, Anda harus punya komitmen untuk selalu siap 24 jam sehari selama 18 tahun. Bila Anda menghendaki beberapa orang anak, waktu yang diperlukan lebih banyak lagi. Waktu-waktu itu akan menjadi tahun-tahun yang baik, apabila Anda memiliki cukup persiapan -- baik fisik, emosional, maupun finansial untuk setiap anak. Jangan merencanakan agar orang tua Anda atau siapa pun mengambil alih tanggung jawab Anda terhadap anak Anda. Perencanaan semacam ini sering berantakan dalam waktu singkat. Ada perbedaan antara menggaji seseorang untuk mengasuh anak (sekalipun Anda menggaji seorang sanak keluarga, tanggung jawab tetap berada di pihak Anda) dengan bergantung pada pertolongan seseorang (membuatnya bertanggung jawab).

Beberapa tahun terakhir ini perselingkuhan sudah menggejala di dalam masyarakat kita. Dulu orang cenderung berpikir bahwa perselingkuhan hanya terjadi pada pria/wanita setengah baya yang mengalami puber kedua.

AYAT ALKITAB

1 Yohanes 1:9 1 Korintus 7:3-4
Yohanes 8:11 Yesaya 1:16-18
Ibrani 13:4 1 Korintus 6:15-20

LATAR BELAKANG

Firman Allah bersikap jelas bahwa pernikahan adalah persatuan hidup dengan seseorang yang dijadikan teman hidup seumur hidup. Persatuan ini mengakibatkan masing-masing pihak harus "meninggalkan segala sesuatu" (Matius 19:5).

Hubungan gelap di luar nikah merupakan salah satu dari krisis yang paling menghancurkan dalam pernikahan, karena dengan hubungan itu, impian, harapan, dan kepercayaan salah satu pasangan yang dikhianati dihancurkan oleh pasangannya yang lain. Hubungan gelap tidak terjadi dengan tiba-tiba. Dalam sebagian besar kasus sudah ada hubungan yang lama, tetapi kebanyakan terdapat dalam pikiran dan angan-angan sehingga tidak mudah dilihat.

PERTANYAAN

Saya seorang wanita (38 th) dengan 3 anak, usia (10-14 th), karier yang sudah mapan, kedudukan lumayan dan seringkali tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk namun kalau tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam. Suami saya sejak tahun lalu, seringkali terlambat pulang, alasannya macam-macam. Kemudian suatu hari (bulan lalu) saya dikejutkan oleh telpon dari seorang wanita muda yang mengatakan bahwa ia simpanan suami saya. Shock, marah, benci, dendam yang saya rasakan; apalagi ketika saya tanyakan kepada suami dan itu benar (walaupun mulanya ia tidak mengaku), ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebulan ini saya sulit tidur, dada rasanya sesak, kadang-kadang panas berkobar-kobar, kemudian mendadak berdebar-debar tidak bisa dikontrol dan mau mati saja. Ingin rasanya marah kepada Tuhan dan siapa saja termasuk diri sendiri. Apa yang harus saya lakukan Bu?

Dalam hati nurani setiap orang beragama, termasuk tentunya Kristen, ada kesadaran bahwa beristri (atau bersuami) lebih dari satu adalah dosa. Poligami adalah hal yang tercela. Tidak heran jikalau hidup di tengah masyakarat yang agamanya "memberi peluang" untuk poligami sekalipun, poligami secara terang-terangan hanya dilakukan oleh segelinter orang yang perasaannya tidak terlalu peka terhadap suara hati nurani orang banyak.

Sebut saja mananya Lina. Wajahnya tegang dan suaranya menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan. Usianya 40 tahun dan ia hidup bersama dengan dua putranya, usia 12 dan 14 tahun. Sudah 4 tahun terakhir ini, Lina berpisah dengan suaminya yang memutuskan untuk hidup dengan seorang wanita lain dan jarang sekali menjenguk Lina serta anak-anaknya. Lina sekarang harus bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Ia mengeluh betapa sepi hidupnya sekarang dan betapa ia membutuhkan seorang rekan yang dapat membantu dia mengasuh anak-anaknya yang sudah remaja ini. Makin hari ia merasa makin lemah, seakan-akan semua energinya sudah terkuras habis. Ia pernah berpikir -- hanya berpikir -- untuk mengakhiri hidupnya, tetapi ia merasa kasihan kepada putra-putranya yang masih membutuhkannya. Entah nanti, pada waktu mereka sudah akil balig. Mungkin ia akan berpikir lain...mungkin ia akan melakukannya jika pertolongan tidak kunjung datang. Mungkin!

Oleh: Pdt.Yakub B.Susabda, Ph.D

Pernah dalam sebuah ceramah, penulis menekankan dengan sangat bahwa tujuan pernikahan Kristen bukanlah untuk meraih "kebahagiaan" tetapi untuk mengalami pertumbuhan/growth". Alasan utamanya ialah, bahwa kebahagiaan adalah anugerah umum yang Allah sediakan untuk siapa saja, dan tidak khusus untuk anak-anak Tuhan. Sebaliknya, pertumbuhan/growth" adalah salah satu bagian integral dari anugerah khusus yang disediakan Allah untuk anak-anak-Nya. Melalui "growth" mereka makin siap untuk menjadi partner-partner Allah yang akan mengerjakan tugas tanggung jawab panggilan Allah di muka bumi (Ef. 2:10).

Persoalan :

Seseorang bertanya kepada saya, apakah arti : "dipersatukan oleh Tuhan" tidak boleh dipisahkan oleh manusia? Sebetulnya dia tahu sendiri jawabnya, tapi ingin jawaban yang lebih konkret, saya serahkan mbak Dina saja yang lebih pakar untuk menjawabnya dan tambahan apakah juga mbak Dina merasa dipersatukan oleh Tuhan?

AYAT ALKITAB

Efesus 5:22-33
1 Korintus 7:3-4
Filipi 2:3-5
1 Petrus 3:7

Dari kesaksian berikut ini kita bisa belajar bahwa dalam sebuah perkawinan ada tiga hal yang harus diperhatikan agar dapat mewujudkan perkawinan yang langgeng, yaitu:

  1. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan kita.

  2. Kesepakatan untuk mencocokan berbagai hal dengan pasangan kita sehingga menumbuhkan rasa saling mengerti.

  3. Gereja mempunyai peran penting dalam pernikahan terutama dalam memberikan konseling pernikahan.

PERTANYAAN ANDA

Pertanyaan : Adakah saran supaya kami, sebagai suami istri, dapat berkomunikasi dengan lebih baik lagi?

Jawaban : Pertanyaan ini penting sekali sebab saya percaya, komunikasi merupakan aspek yang sangat berpengaruh dalam pernikahan. Saya mengatakan berpengaruh sebab komunikasi memang mempengaruhi begitu banyak aspek dalam kehidupan berkeluarga. Komunikasi adalah sarana menyampaikan isi hati kita kepada orang lain dan sarana ini sangat mempengaruhi orang lain mengerti isi hati kita. Untuk menekankan betapa pentingnya komunikasi ini saya akan melukiskan dengan satu ilustrasi. Misalkan saya ingin menghadiahkan istri saya sebuah baju yang diidam-idamkannya. Namun saya bukannya memberikan hadiah itu melalui uluran tangan saya melainkan melemparkannya kepadanya. Kira-kira bagaimana tanggapan istri saya menerima hadiah tersebut? Saya kira ia pasti tidak merasa senang bahkan dapat merasa terhina oleh pemberian saya. Dari ilustrasi ini kita dapat melihat, bahwa bahwa meskipun saya berniat memberikan suatu hadiah tapi kalau cara penyampaiannya tidak tepat maka niat saya itu tidakklah mencapai sasarannya. Bukannya saya membuat istri bahagia, malah membuatnya marah.


Evaluasi Untuk Para Suami

Para suami, Anda telah membaca pengajaran Alkitab mengenai peran dan tanggung jawab Anda dalam pernikahan. Pakailah waktu selama beberapa menit untuk mengevaluasi diri Anda sendiri. Nilai diri Anda dengan melingkari angka yang sesuai: 5 = sempurna; 4 = sangat baik; 3 = baik; 2 = buruk; 1 = sangat buruk.

Pages