Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Enam Cara Jitu Memenangkan Tujuan Anda

  • Saya akan diet.
  • Saya akan mengontrol hobi belanjaku.
  • Saya akan lebih sabar kepada anak-anakku.
  • Saya akan menjadi istri, anak, saudara, dan teman yang lebih baik.
  • Saya akan berolahraga secara teratur.
  • Saya akan lebih sering berdoa.

Terdengar tidak asing? Jika ya, maka Anda adalah salah satu di antara penduduk dunia yang membuat "resolusi tahun baru" tahun ini. Dan kira-kira pada bulan Maret, jika Anda seperti orang lain pada umumnya, Anda sudah akan menyerah melaksanakan resolusi Anda. Bagaimana saya tahu? Saya sendiri telah menjadi seseorang yang menyerah dalam melaksanakan "resolusi tahun baru".

Jelas sekali hal itu terjadi bukan karena lemahnya keinginan; saya ingin berubah. Motivasi bukanlah penyebabnya, bagaimanapun juga saya memiliki motivasi yang tinggi (setidaknya pada bulan Januari). Saya tidak dapat mengetahui masalahnya sampai saya menemukan beberapa bahan pelatihan kuno -- bahan pelatihan yang saya susun 20 tahun sebelumnya saat sedang melayani di pelayanan mahasiswa. Saya takjub, betapa miripnya tujuan pelayanan saya dengan resolusi tahun baru. Sembari saya membaca berkas-berkas tersebut, saya menyadari bahwa kesulitan saya dalam memegang resolusi tahun baru bukanlah karena kurangnya keinginan, disiplin, atau motivasi, namun lebih kepada kesalahpahaman terhadap bagaimana menetapkan tujuan-tujuan yang efektif.

Resolusi-resolusi tahun baru tidak lebih dari sekadar tujuan-tujuan yang disamarkan atau tersembunyi. Masalahnya adalah kita sering kali memperlakukan resolusi-resolusi tersebut sebagai keinginan-keinginan (saya ingin badan saya lebih berisi) atau janji-janji (saya akan menjadi teman yang lebih baik), sedangkan tujuan memberi kita rencana.

Cobalah enam langkah berikut ini untuk membuat resolusi-resolusi yang lebih efektif.

1. Spesifik

Dalam pekerjaan saya sebagai seorang koordinator guru, saya bertemu dengan guru-guru pelajaran Alkitab untuk membantu mereka membuat tujuan-tujuan pribadi dan pelayanan. Pada sebuah pertemuan, seorang guru menyebutkan tujuan pribadinya untuk tahun ini adalah untuk memahami Alkitab dengan lebih dalam lagi. Karena keinginannya sangat luar biasa, saya harus menanyakan beberapa pertanyaan: "Bagaimana Anda akan tahu jika Anda telah memahami Alkitab dengan lebih dalam?", "Apa yang dimaksud dengan memahami Alkitab secara lebih dalam?", "Langkah apa yang akan Anda ambil untuk membantu upaya Anda ini?" Tujuannya harus lebih spesifik lagi.

Selama saya bekerja dengan guru ini, kami dapat merevisi tujuannya yang terlalu luas -- "Saya ingin memahami Alkitab lebih dalam lagi" -- menjadi lebih spesifik -- "Saya akan meluangkan waktu 30 menit sehari untuk mempelajari Alkitab, dalam 5 hari setiap minggunya." Tujuannya sekarang tidak hanya menunjukkan keinginannya, tetapi juga cara untuk mencapainya.

2. Realistis

Semasa duduk di bangku kuliah, saya ingin berdoa lebih banyak lagi. Jadi, saya memutuskan untuk bangun pada pukul 05.00 setiap pagi dan berdoa selama 1 jam sebelum sarapan. Tapi saya juga bekerja sebagai koki di sebuah restoran, dan hampir tidak pernah sampai ke kamar asrama saya sebelum pukul 02.00 pagi. Berapa lama usaha saya untuk berdoa bertahan? Kira-kira 2 hari. Dan dalam 2 hari tersebut, saya menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur daripada berdoa.

Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, saya berbincang dengan seorang konselor Kristen, Leslie Vernick, yang mengatakan, "Jika tujuan atau resolusi mulai menenggelamkan kita ... mungkin itu adalah sebuah pertanda ... kita tidak hidup dalam batasan ... yang telah Tuhan ciptakan bagi kita. Kita adalah manusia. Kita semua perlu makan, tidur, dan istirahat. Kadang-kadang kita memaksa diri kita sendiri dalam cara yang mengabaikan kenyataan tersebut setidaknya untuk sementara waktu. Kemudian, kita sudah tidak dapat melaksanakannya lagi -- kita menyerah. Karena itu, kita seharusnya meninjau tujuan kita. Mungkin tujuan kita itu benar-benar tidak masuk akal."

Tujuan saya untuk melakukan doa pagi pada saat itu tidak realistis dilihat dari jadwal kerja, kuliah, dan kebutuhan saya untuk tidur. Saat menyadarinya, saya menggantinya dengan sebuah rencana yang lebih cocok dengan jadwal: berdoa selama 15 menit waktu istirahat antara kelas sore setiap 3 hari per minggu. Selama istirahat sore, saya duduk di sebuah bangku taman dekat kelas dan berdoa. Tidak seperti keinginan saya yang sebelumnya, usaha doa sore -- seminggu tiga kali ini -- berlangsung sepanjang semester. Kehidupan doa saya bertumbuh karena tujuan saya realistis.

3. Sertakan Sebuah Cara untuk Mengukur Kesuksesan Anda

Sebuah tujuan yang baik akan menjawab pertanyaan apa, bagaimana, dan kapan; dapat diukur.

Jean, seorang istri dan ibu yang bekerja, memutuskan untuk menyederhanakan hidupnya dengan cara membuang hal-hal yang tidak penting yang telah dia dan keluarganya kumpulkan selama bertahun-tahun. Pada bulan Januari, dia memutuskan untuk membersihkan sebuah laci, lemari, atau toilet seminggu sekali. Itu adalah keputusan yang spesifik, realistis, dan dapat diukur -- pada akhir tiap minggu, apakah dia membersihkan sesuatu atau tidak sama sekali. Dia memiliki cara untuk melacak perkembangannya.

Pada bulan April, Jean masih kuat bertahan dengan rutinitas "bersih-bersihnya". Dia menjelaskan, "Rasa puas yang saya rasakan setiap saya mengukur perkembangan setiap minggu membuat saya terus termotivasi untuk memulai bersih-bersih minggu berikutnya. Hari ini, rumah saya terasa lebih rapi, dan kehidupan saya terasa lebih sederhana karena saya menghilangkan semua tugas yang menumpuk dengan memilah mereka menjadi pekerjaan-pekerjaan yang lebih kecil dan merekam setiap perkembangan saya."

4. Pikirkan Tujuan Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Tujuan jangka pendek (membersihkan toilet setiap minggu) membuat kita mengalami kesuksesan dalam jangka waktu yang lebih pendek sementara kita mengerjakan tujuan jangka panjang (merapikan seluruh rumah).

Sally tenggelam dalam tumpukan utang yang ia dan suaminya hadapi. Jadi, mereka pun menemui seorang konsultan keuangan yang menasihati mereka untuk mengembangkan baik tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang dengan menggunakan tujuan mingguan, bulanan, dan tahunan. "Saya tidak pernah berpikir untuk membuat rencana anggaran," kenang Sally. "Tapi hal itu membebaskan. Saat saya melihat seluruh utang kami, utang itu terlalu besar untuk dilunasi, namun dengan mengatasinya menetapkan tujuan dan rencana finansial, sepertinya semua akan baik-baik saja." Setelah 3 tahun berpegang pada tujuan jangka pendek dan panjang, Sally dan suaminya pun terbebas dari utang.

Keuangan dan pengaturan barang bukan merupakan satu-satunya hal yang dapat diatur tujuan jangka pendek dan jangka panjangnya. Anda dapat menggunakan tujuan jangka pendek dan jangka panjang ini dalam berbagai sendi kehidupan secara nyata: pedidikan, pola asuh anak, kehidupan keluarga, atletik, pelayanan sosial, pelayanan gereja, pertumbuhan pribadi dan rohani, serta pernikahan.

Saat ketiga anak kami masih kecil, saya dan suami saya, Don, menemukan betapa mudahnya tugas menjadi orang tua dapat menyebabkan hubungan kami renggang. Kami memutuskan untuk menjaga kesehatan pernikahan kami dengan membuat beberapa keputusan berikut. Kami akan keluar untuk berkencan setidaknya sebulan sekali; kami akan pergi berdua saja semalam tanpa anak-anak untuk sekali dalam setahun; setiap 5 tahun sekali, kami akan menghadiri seminar pernikahan. Sepanjang tahun, Don dan saya tetap menjalankan tujuan-tujuan tersebut, dan hari ini, sebagai orang tua dari tiga orang remaja, kami masih menjadi sahabat. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang bekerja bersama untuk membangun dan memelihara sebuah pernikahan yang sehat.

5. Fleksibel

Linda, seorang wiraswasta, baru-baru ini menghadapi tantangan ini: "Saya mencoba untuk mengembangkan bisnis rumahan saya, jadi saya menetapkan beberapa tujuan agresif yang cukup baik. Baru berjalan sebentar, keluarga saya terserang flu. Sekarang sudah sehat kembali, dan saya sedang berjuang untuk mengejar yang tertunda. Saya berharap untuk kembali ke jalur yang benar, tapi saya tidak pernah memperhitungkan bahwa hidup mungkin akan menghalangi kembali."

Tentu saja, kehidupan dapat menghalangi jalan. Kira-kira 2 tahun yang lalu, saya berencana untuk olahraga lari sejauh 500 mil sepanjang tahun. Rencananya 2 mil per hari, 5 hari per minggu, 50 minggu sepanjang tahun. Rencana itu spesifik, realistis, dapat diukur, jangka pendek, dan jangka panjang. Cara tersebut berjalan baik sampai akhirnya saya mengalami cedera lutut. Apakah saya berhenti? Tidak. Saya ingin tetap menjaga tubuh saya, jadi saya belajar untuk menggantinya dengan berjalan. Saya harus fleksibel, yang membuat saya tetap berada di jalur yang benar, dan pada akhirnya bermanfaat untuk kesembuhan saya; berjalan membuat lutut saya yang cedera sembuh. Setelah lutut saya pulih, saya mulai berlari kembali.

6. Tinjau Secara Berkala

Peninjauan secara berkala membuat kita tetap pada jalur yang benar, mencatat perkembangan kita, dan menyesuaikan jalur jika diperlukan. Setiap tahun, saya mencatat tujuan saya di dalam sebuah buku jurnal/perencanaan sehingga saya dapat dengan mudah melihatnya ke mana pun saya pergi. Di bagian bertuliskan "tujuan", saya membuat daftar tujuan spresifik berdasar kategori: pribadi/rohani; pernikahan/keluarga; profesional; pelayanan; rumah/proyek.

Kemudian saya menetapkan hari Minggu setiap 3 bulan sekali untuk meninjau tujuan saya. Pada "hari peninjauan" tersebut, saya mencentang pada hal-hal yang telah saya capai. (sebuah kepuasan tersendiri!) Kemudian, saya melihat apa yang masih tertinggal, dan dengan sungguh-sungguh menanyakan hal-hal berikut ini:

  • Apa yang sedang saya lakukan? Apakah saya masih berada di jalur?
  • Tujuan mana yang saya kejar?
  • Tujuan mana yang membuat saya tertekan? Apakah saya bisa lebih fleksibel?
  • Apakah keadaan telah berubah semenjak saya membuat tujuan ini?
  • Apakah tujuan saya realistis? Spesifik? Dapat diukur?
  • Jika tidak, apa yang perlu saya ubah untuk membuatnya lebih realistis, spesifik, dan dapat diukur?
  • Apakah ini adalah saat yang tepat untuk melakukan hal ini?
  • Apakah saya telah mendoakan tujuan ini?

Berdasarkan jawaban-jawaban saya, saya membuat beberapa perubahan yang perlu dilakukan, kadang-kadang melindas tujuan yang terlalu ambisius atau yang tidak mungkin dicapai karena perubahan keadaan. Saya menyelesaikan waktu peninjauan dengan sungguh-sungguh berdoa menyerahkan tujuan-tujuan saya pada Tuhan. Peninjauan secara berkala membantu saya tidak hanya tetap berada di jalur yang benar, tetapi juga menjaga supaya tidak terlalu berlebihan dalam berkomitmen dan menjadi kelelahan.

Saya merasa terbantu jika saya meninjau tujuan-tujuan saya bersama orang lain, tidak sendirian. Sering kali, mata lain dapat menangkap apa yang gagal saya lihat. Awal tahun ini, saya menetapkan beberapa tujuan kerja, kemudian meninjaunya kembali bersama rekan kerja yang dengan cepat menyadari bahwa tujuan-tujuan itu nampaknya terlalu ambisius. Saya menyatakan akan mengajak setiap guru untuk makan siang ke luar satu kali semester ini, tetapi sebenarnya, saya bermaksud mengajak makan setiap guru sekali dalam jangka waktu 1 tahun akademik ini. Tinjauan rekan kerja saya membantu menemukan kesalahan saya. Saya bersyukur tidak berkomitmen untuk mengajak enam belas guru makan siang di luar dalam 14 minggu!

Jika Anda adalah seorang yang selalu gagal mewujudkan resolusi seperti saya, hadapilah! Penetapan tujuan merupakan alternatif yang memerdekakan. Penetapan tujuan membantu Anda menyadari bahwa sasaran-sasaran hanyalah alat-alat, bukan janji-janji atau hukum-hukum, dan alat-alat adalah sesuatu yang dapat kita implementasikan setiap waktu. Sebagai konselor, Leslie Vernick, mengatakan, "Jangan biarkan kegagalan menjauhkan Anda dari tujuan Anda. Segera bersihkan diri Anda dan kembali ke jalur yang benar." Tinggalkan kegagalan yang lalu, dan jadikan hari ini sebagai sebuah awal baru. Anda akan bahagia nantinya karena sudah melakukannya. (t/Yohanna)

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:

Nama situs : Christianity Today: Today`s Christian Woman
Judul asli artikel : Resolution Solution; 6 Great Ways to Make Your Goals Stick
Penulis : Joan Esherick
Alamat URL : http://www.christianitytoday.com/tcw/2002/janfeb/1.30.html?start=1
http://www.christianitytoday.com/tcw/2002/janfeb/1.30.html?start=2
http://www.christianitytoday.com/tcw/2002/janfeb/1.30.html?start=3
http://www.christianitytoday.com/tcw/2002/janfeb/1.30.html?start=4
Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar