Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Kadang-Kadang Anda Mendapatkan Apa yang Tidak Anda Minta ... dan Itu Tidak Mengapa

Pernahkah Anda berada di tengah-tengah mimpi yang benar-benar indah? Tidak ada awal yang jelas yang bisa Anda ingat. Anda tinggal dalam mimpi itu, dalam dunia mimpi yang dikelilingi oleh pemandangan, suara, dan perasaan yang paling indah. Seperti itu rasanya hidup bersama suami saya. Ini adalah kisah tentang betapa mulianya ketetapan Allah, bahkan saat Anda berlari secepat mungkin dari ketetapan itu. Ya, kisah ini merupakan penghormatan kepada seseorang yang hampir saja saya lepas, sementara banyak wanita lain sudah menunggu untuk mendapatkannya.

"Trinia kenapa?" tanya sepupuku yang terkejut di telepon.

"Menikah," ibuku mencoba menjelaskan. "Trinia sudah menikah."

"O, ya? Kita baru akan percaya saat kita melihat suaminya."

Apakah sangat sulit untuk percaya bahwa saya, Trinia Arellano, dan Cain, akhirnya menikah? Saya tidak lagi lajang. Saya sudah lulus dari universitas dan memiliki karier yang baik sebagai perawat militer. Saya bahkan bisa berpergian ke tempat-tempat yang menggoda, indah, dan menarik seperti Seoul, Korea! Sekarang saya punya suami. Kecuali rumah dengan tiang pancang putih (tidak, bukan putih, tetapi warna kulit telur), anjing, dan anak berusia 2,5 tahun, saya telah memenuhi setiap aspek sosial. Saya layak dianggap sebagai orang dewasa yang sejati.

Gambar: pernikahan

Anak-anak perempuan memimpikan hari pernikahan mereka, dengan kue yang besar, mengenakan baju Cinderella, dan ayah mereka mengantar mereka menuju altar. Saya pun demikian sampai terjadi pengkhiatan dalam sebuah hubungan -- serangan seksual -- 22 tahun lalu. Namun, kisah ini bukanlah tentang "siapa yang memperlakukanku dengan tidak pantas", investigasi polisi yang salah, atau fakta bahwa saya tidak dapat kembali ke masa lalu dan menghapus pengalaman itu. Saya tahu sekarang, melalui pengalaman pribadi, bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang luar biasa. Dia berkuasa menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya.

Sayangnya, hal-hal yang menyedihkan terjadi juga kepada kita. Akan tetapi, meskipun luka tak dapat dihindari, saya telah belajar bahwa kepahitan dan kesedihan adalah pilihan. Jadi, saya memilih kesedihan yang luar biasa dan kepahitan yang tak tertahankan selama 3 tahun berikutnya. Tentu saja, seperti kebanyakan para wanita seusia saya, saya memiliki daftar kriteria pria sempurna yang harus dipenuhi. Tentu saja saya sudah membayangkan rumah seperti apa yang akan kami tinggali setelah hari pernikahan kami yang membahagiakan. Saya sudah memberi nama anjing kami, Cornbread. Akan tetapi, tidak akan ada ksatria dengan pakaian baja yang berkilau, wanita cantik berbusana putih, atau bunga-bunga yang menghiasi rambut coklat saya. Tidak, tidak untuk saya. Luka fisik saya telah sembuh, tetapi luka rohani saya masih sangat sangat menyedihkan. Saya berhenti tertawa. Saya hampir tidak pernah tersenyum. Saya tidak lagi percaya bahwa saya bisa bahagia dan dicintai lagi. Hidup menjadi benar-benar gelap. Saya merasa sangat kesepian. Saya tidak dapat lagi percaya kepada siapa pun kecuali Tuhan. Hanya Dialah yang memahami, dan setelah beberapa saat, saya memutuskan bahwa Dialah satu-satunya Pribadi yang pantas diajak berbincang.

Sekarang, saya tahu bahwa hal itu menggelikan. Tidak ada seorang pun yang hidup untuk dirinya sendiri. Tuhan tidak menciptakan manusia seperti itu. Bila hal itu terjadi, itu hanya terjadi pada saya dan sekumpulan jerapah dan berbagai binatang liar lain yang menghuni bumi ini.

Akhirnya, saya berkata kepada Tuhan, "Saya tidak akan menikah. Saya tidak akan pernah punya anak. Saya sudah menerima itu semua. Bila saya memang harus bersama Yesus saja, maka jadilah demikian." Ok, bila ada wanita lajang lainnya yang mengucapkan mantra ini, berhentilah. Mantra itu sudah ketinggalan zaman.

Seoul, Korea adalah salah satu tempat terindah yang belum pernah saya kunjungi! Pakaian, perabotan, perjalanan, dan semuanya sangat murah! Karena saya hanya sendirian dan tidak memiliki utang, saya ingin sekali berjalan-jalan. Saya selalu bermimpi pergi ke Australia, dan saya hampir dapat pergi ke sana!

"Temui Kapten Jackson. Dia adalah kepala perawat rumah sakit jiwa. Dia baru saja kembali dari Australia. Dia bisa membantumu mengatur perjalanan."

Tidak seorang pun yang mau menyia-nyiakan waktunya, saya pun pergi ke rumah sakit jiwa untuk menemuinya. Di sana, saya bertemu seseorang yang memberikan saya alasan untuk kembali ke sana lain waktu.

Singkat cerita, saya berbicara kepadanya -- pembicaraan pertama yang nantinya menjadi banyak obrolan dengan suami masa depan saya. Itu semua adalah karena campur tangan Tuhan. Bakal suami saya sedang duduk di meja depan bersama salah satu tentaranya, memikirkan urusannya sendiri, saat saya datang untuk menanyakan di mana saya dapat menemui Kapten Jackson. Setelah saya tanyakan, Kapten Jackson ternyata bukanlah kepala perawat di bagian yang saya datangi. Dia bahkan tidak bekerja di lantai itu. Dia tidak bekerja di rumah sakit itu. Kalau saja saya tidak mencari orang yang tidak ada pada hari itu, saya tidak akan pernah bertemu dengan Anthony.

Karena pada waktu itu saya takut pada pria (dengan alasan yang masuk akal), kami beberapa kali makan siang bersama, yang berujung pada beberapa kali makan malam. Apa yang kami lakukan itu tidak seperti hubungan kekasih seperti yang pernah saya alami sebelumnya. Dia mengajari saya untuk bisa tertawa lagi. Saya bisa tertawa lepas saat bersama dengan dia. Saya selalu tertawa. Tawa yang dahulu hilang, yang akhirnya dapat saya temukan lagi adalah tawa terbaik yang pernah saya alami. Ini adalah hadiah yang sangat berharga. Bahkan sekarang dia membuat saya tertawa. Tawa itu masih seistimewa senyum pertama yang saya perlihatkan, saat mencoba untuk tidak tertawa mendengar humor-humor konyolnya.

Kami berdoa bersama, belajar firman Tuhan bersama, dan sangat bahagia. Dunia saya tidak lagi hitam putih. Anthony membuat hidup saya kembali berwarna. Kemudian terjadilah sesuatu yang mengacaukan segalanya, yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Diam-diam saya merasa benar-benar jatuh cinta kepadanya.

Yesus dan saya membicarakan hal ini di tengah-tengah acara sekolah minggu. (Saya tidak memerhatikan sekolah minggu.)

"Inilah orangnya."

"Orangnya? Seperti 'orangnya' yang selalu dibicarakan orang-orang itu?"

"Dia orangnya."

"Tidak, Tuhan. Tidak mungkin dia. Engkau dan aku sudah mendiskusikan hal ini sebelumnya. Saya tidak akan menikah. Bagaimana dengan daftar yang saya buat? Ok, dia memang tampan dan segala macamnyalah, tetapi dia pendek. Dia sudah pernah menikah dan kemudian bercerai, dan dia punya dua anak! Dan lagi, saya tahu Engkau Mahatahu dari semuanya, tetapi siapa tahu Engkau belum menyadarinya, warna kulit kami itu berbeda."

jangan pernah melewatkan berkat karena Anda sedang menunggu sesuatu atau seseorang yang mungkin tidak ada.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Minggu itu kami tidak mempelajari kitab Samuel, tetapi membuka kitab itu. Adalah 1 Samuel, pada bagian di mana Samuel mengurapi anak Isai sebagai raja. Samuel melihat Daud, dan saya yakin hal ini sama dengan seperti yang saya rasakan tentang Anthony. Tuhan memberitahu dia dan saya pada saat yang sama "... jangan perhatikan tinggi badannya atau penampilan luarnya ...." Baiklah, Tuhan, mungkin komentar saya tentang badannya yang pendek itu agak sedikit salah. "Manusia melihat penampilan, Tuhan melihat hati."

Sejak pertemuan kami pada bulan Januari, 6 1/2 bulan berlalu sebelum akhirnya Anthony dan saya menikah pada bulan Juli. Tangan Tuhan ada pada kami. Demikianlah. Saya menemukan alasan untuk mengubah pikiran saya! Pertunangan kami berlangsung selama 3 minggu. Saya tidak punya tujuan, bahkan kami tidak punya uang untuk menikah jauh dari teman-teman dan keluarga kami, tetapi Tuhan mencukupkan segalanya. Bunga-bunga, gereja, foto, video, dan pakaian saya semuanya ditangani oleh para malaikat, anggota gereja kami, dan rekan-rekan kerja kami. Pesta pernikahan kami diadakan di hotel berbintang lima. Bunga segar menghiasi kue rasa pisang saya. Semuanya berasal dari sebuah mimpi. Kami tidak minta sesuatu pun pada siapa pun. Tuhan membuka jendela dan berkat masuk. Peristiwa itu tidak terlupakan. Meskipun kami jauh dari rumah, saya tidak mengubah apa pun.

Pesan moral dari cerita ini? Bila sebuah suara pernah berbicara kepada Anda atas nama seorang pria dengan mata yang indah, itulah Tuhan! Ambil Dia! Serius, nilai moral dari cerita ini adalah jangan pernah melewatkan berkat karena Anda sedang menunggu sesuatu atau seseorang yang mungkin tidak ada. Apakah ini terjadi seperti yang saya rencanakan? Tidak! Tidak mungkin saya dapat bercerita seperti ini bila saya tidak mengalaminya. Kadang-kadang, Anda mendapatkan apa yang tidak Anda minta ... dan itu tidak mengapa. (t/Ratri)

Download Audio

Diterjemahkan dan disesuaikan dari:
Nama situs : SheLovesGod.com
Judul artikel : Sometimes You Get What You Didn't Ask For...and It's OK!!!
Penulis : Trinia Arellano
Alamat URL : http://www.shelovesgod.com/library/article.cfm?articleid=2814&wherefrom=...
Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar