Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Lucy Waterbury Peabody

Mana mungkin ada lembaga pengabar Injil luar negeri yang saat ini tidak melibatkan usaha-usaha kaum wanita yang tidak kenal lelah -- wanita-wanita yang didorong dan yang pekerjaannya dikoordinasi oleh pekerja-pekerja energik seperti Lucy Peabody, Hellen Barrett Montgomery, dan banyak lagi lainnya, yang kisahnya diceritakan dalam artikel ini.

Gambar: Lucy Waterbury

Lucy Whitehead McGill dilahirkan di Belmont, Kansas, dan dibesarkan di Rochester, New York. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, ia mengajar di sekolah khusus untuk anak penyandang tunarungu. Pada tahun 1881, ia menikah dengan Norman Waterbury, seorang seminaris. Sebulan setelah pernikahan, mereka berlayar ke Madras, India, sebagai anggota dari American Baptist Missionary Union. Sementara Norman sibuk menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Telugu, bahasa golongan Dravida yang umum di wilayah tersebut, Lucy juga sibuk membesarkan dua anak mereka yang lahir dalam kurun waktu dua tahun, serta mengajar wanita-wanita dan anak-anak India. Namun, lima tahun kemudian, Norman meninggal, dan Lucy terpaksa kembali ke Rochester. Ia menjadi janda dengan dua anak yang masih kecil.

Untuk menopang hidupnya dan kedua anaknya, Lucy kembali mengajar anak-anak penyandang tunarungu. Akan tetapi, pada suatu malam, ia diminta untuk berbicara dalam sebuah pertemuan di Penfield, New York, tentang penginjilan ke negara asing. Pada pertemuan tersebut, ia bertemu dengan Helen Barret Montgomery. Persahabatan dan kemitraan mereka pun terjalin sepanjang hidup mereka.

Lucy Waterbury pindah ke Boston untuk bekerja di Women's Baptist Foreign Missionary Society. Tidak lama kemudian, ia ditunjuk menjadi ketua organisasi tersebut. Pada tahun 1900, ia membentuk Komite Pusat (Central Committee) untuk United Study of Foreign Missions. Sesuai dengan namanya, tujuan dari komite tersebut adalah untuk mendidik para wanita di semua gereja mengenai misi perkabaran Injil sehingga mereka dapat menyumbangkan kecerdasan mereka. Lucy memimpin komite ini selama 28 tahun, dan temannya, Helen Montgomery, menulis beberapa panduan studi tahunan.

Ketika Henry Wayland Peabody, seorang importir-eksportir dari Boston dan seorang duda, bertemu dengan Lucy Waterbury, mereka saling jatuh cinta dan menikah. Tragisnya, Henry, yang berusia dua puluh tahun lebih tua dari Lucy, meninggal dua tahun kemudian. Lucy ditinggalkan sebagai seorang janda yang kaya sehingga ia dapat menggunakan seluruh energinya untuk pekerjaan-pekerjaan pengabaran Injil. Ia juga memiliki uang untuk memajukan pekerjaan pengabaran Injil.

Melalui tugas-tugas yang terorganisasi dan penggalangan dana yang dilakukannya, Lucy membantu penyebaran Injil ke seluruh dunia.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Lucy sangat berbakat dalam mengorganisasi pertemuan-pertemuan lintas negara untuk menggalang dana bagi perkabaran Injil. Dalam waktu dua bulan, ia, Helen Montgomery, dan belasan doktor serta guru penginjil, masing-masing menyampaikan kira-kira 200 pidato di 70 kota besar dan kota-kota kecil. Usaha yang melelahkan ini berhasil mengumpulkan $ 1.030.000. Sebagian besar untuk perguruan tinggi bagi kaum wanita Kristen di Asia. Selanjutnya, Lucy dan Helen mengajak putri-putri mereka dalam perjalanan mengelilingi dunia untuk mengunjungi lembaga-lembaga perkabaran Injil yang banyak mereka dukung.

Dalam satu kesepakatan, Lucy berhasil meyakinkan John D. Rockefeller Jr. untuk menjanjikan $ 1.000.000 jika Lucy dapat menyatukan dua lembaga perkabaran Injil pada tanggal 1 Januari 1923. Sekali lagi, ia menghabiskan seluruh energinya untuk mengerjakan proyek tersebut. Ketika tenggat waktu tiba, Lucy telah mengumpulkan $ 2.942.555. Uang tersebut disumbangkan kepada tujuh sekolah untuk kaum wanita, termasuk Ida Scudder's Union Missionary Medical School for Women di Vellore, India.

Melalui tugas-tugas yang terorganisasi dan penggalangan dana yang dilakukannya, Lucy membantu penyebaran Injil ke seluruh dunia. Usaha-usahanya yang dikombinasikan dengan orang-orang dari lintas negara yang menangkap visi yang sama, melihat kebutuhan yang jelas dan memberi respons. Itulah yang memampukan penginjil-penginjil Amerika untuk melanjutkan pekerjaan mereka di berbagai tempat di dunia. Uang yang berhasil dikumpulkan juga menolong wanita-wanita di negara lain untuk membagikan Kabar Baik kepada masyarakat mereka melalui khotbah, pengajaran, bantuan medis, dan pekerjaan-pekerjaan sosial. Wanita seperti Lucy Waterbury Peabody diingat dan dihargai atas apa yang telah mereka lakukan bagi pengabaran Injil, terutama pada awal abad ke-20. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Judul buku : 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
Judul bab : Christian Ministry, Evangelism, Theology
Judul asli artikel : Lucy Waterbury Peabody (1861 -- 1949)
Penulis : Helen Kooiman Hosier
Penerbit : Flemming H. Revell, Grand Rapids, 2000
Halaman : 326 -- 328

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar