Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Natal Terakhir Bagi Ibu

Kami tinggal di daerah pertanian di Pegunungan Virginia, dan ibu saya sudah bertahun-tahun tinggal bersama kami. Tetapi suatu pagi waktu ibu bangun, ia lupa segalanya. Bertahun-tahun sesudah itu keadaannya semakin memburuk. Kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain sudah sirna. Saya tidak berdaya menghadapi keadaannya, sepertinya ia tidak lagi menjadi bagian dari kami. Bagi saya, rasanya ia juga tidak lagi menjadi milik Allah.

Sehari sebelum malam Natal, beberapa orang datang ke bukit menyanyikan lagu-lagu Natal. Kelompok pemuda -- yang dipimpin Nona Winnie dan Nona Naomi, penginjil dari gereja kami dan Phyllia, istri pendeta dari gereja kami -- menyanyi di muka pintu rumah kami meskipun salju sedang turun. Lalu saya memaksa mereka masuk ke dalam dapur kami yang lapang dan hangat untuk minum cokelat panas dan makan kue. Ketika saya mengajak mereka ke kamar ibu, Phyllis bersandar di sisi tempat tidur dan berkata, "Nek, sekarang hari Natal."

Tidak ada tanggapan.

Phyllis memegang tangannya dan berkata sekali lagi, "Nek, tahukah apa artinya Natal?"

Dan peristiwa itu terjadi.

Mata ibu tiba-tiba terbuka, seakan-akan ada cahaya yang dinyalakan di balik matanya. Senyum yang manis mengembang di wajahnya yang tua renta, dan dengan suara biasa ia menjawab mantap, "Oh, ya! Natal adalah kelahiran Juru Selamat saya yang mulia."

Kami ingin sekali bertanya banyak kepada ibu, tetapi sudah terlambat. Kata-kata itu adalah kata-kata terakhir yang ibu ucapkan, tetapi itu sudah cukup. Saya menyadari, melebihi keraguan manusia, kelahiran Yesus Kristus memiliki kuasa yang melampaui segala sesuatu yang dapat kita pahami. Dan bahwa ibu berada dalam genggaman tangan-Nya untuk selama-lamanya.

Diambil dari:

Judul buku : Kisah Nyata Seputar Natal
Judul artikel : Natal Terakhir bagi Ibu
Penulis artikel : Betty Banner
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung
Halaman : 43

Komentar