Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Pandangan Etika Terhadap Reproduksi

Sebuah studi dari Pew Research baru-baru ini menemukan bahwa sebagian besar orang Amerika tidak melihat fertilisasi in vitro (proses pembuahan sperma dan sel telur yang berlangsung di luar tubuh, dan kemudian meletakkan embrio sebagai hasil pembuahan tersebut ke dalam uterus/rahim dari pihak ketiga - Red.) sebagai isu moral. Pandangan dalam tradisi-tradisi keagamaan dewasa ini, termasuk para pendeta, tampaknya cenderung mengatakan bahwa fertilisasi in vitro (disingkat FIV) "bukanlah masalah moral" daripada mengkritisi atau menolaknya.

Sementara turut bersedih dengan orang-orang yang bergumul dengan masalah infertilitas (ketidaksuburan - Red.), orang-orang Kristen masih perlu melihat secara lebih hati-hati terhadap teknologi reproduksi saat ini, seperti FIV, dalam terang keyakinan kita terhadap Allah, kehidupan, tubuh kita, dan anak-anak kita.

Gambar: reproduksi

Sejak zaman Perjanjian Lama, infertilitas telah menjadi bagian dari pengalaman manusia. Banyak dari kita mengenal seseorang yang telah berjuang mati-matian untuk memiliki anak atau bahkan mengalami sendiri kesulitan tersebut. Namun demikian, pada abad ke-21, infertilitas telah menemukan "pilihan", "solusi", dengan banyaknya teknologi yang menawarkan harapan bagi mereka yang ada di tengah-tengah kita, yang bergumul dengan masalah kesuburan. Daripada terburu-buru menjalankan prosedur tertentu yang mungkin memberikan seorang anak kepada kita -- FIV, pendonor sperma atau sel telur, rahim pembawa embrio/rahim pengganti -- , kita harus mempertimbangkan penggunaan dan batasan-batasan teknologi yang tepat.

Fakta bahwa begitu banyak orang gagal dalam mempertimbangkan implikasi moral dari FIV, menunjukkan bahwa pada masa perawatan kesuburan, penggantian rahim, dan pembentukan keluarga modern melalui kemitraan orang tua, rahim seorang wanita dipandang sebagai suatu wadah yang dapat diganti-ganti. Acara The New Normal dari NBC (Sebuah stasiun televisi terkemuka di Amerika Serikat - Red.) melontarkan kata bahwa para wanita adalah "oven yang untuk mudah memanggang" dan anak-anak adalah "cupcakes" (Kue mangkuk yang berwarna-warni dan dihias indah - Red.).

Dalam Alkitab, Allah menegaskan bahwa apa yang terjadi di dalam rahim adalah penting, dan tidak dapat dipandang remeh atau tidak dipandang hormat. Rahim, tempat Allah pertama kali menenun kita semua (Mazmur 139:13-14), bukanlah tempat yang bisa diganti-ganti bagi seorang anak untuk tumbuh dan berkembang. Bahkan, ilmu pengetahuan modern telah membuktikan betapa pentingnya masa kandungan 9 bulan, baik bagi ibu maupun anak.

Dalam bukunya The Primal Wound (Luka yang Pertama - Red.), Nancy Verrier, seorang terapis yang terkenal dalam bidang pernikahan dan keluarga, menulis tentang bagaimana para ibu secara biologis, hormonal, dan emosional diprogram untuk terikat dengan bayi mereka selama berada di dalam rahim sampai lahir. Seorang bayi mengenal ibunya saat ia lahir, dan entah ibu maupun bayinya akan mengalami kesedihan yang mendalam ketika terjadi pemisahan dalam peristiwa kelahiran. Luka yang pertama ini selalu ada selamanya.

Dengan kata lain, tidak ada kata lain semudah metafora Easy-Bake (Pemanggangan yang mudah - Red.). Dalam kasus penggantian rahim, kita dapat mengganggu ritme alami ibu dan anak, dan menimbulkan risiko buruk. (Perlu dicatat bahwa penggantian rahim berbeda dari adopsi karena penggantian rahim sengaja menciptakan situasi yang menuntut bahwa seorang wanita tidak terikat dengan anak yang dikandungnya.)

Bersama Pusat Bioetika dan Kebudayaan, saya sedang mengerjakan sebuah film dokumenter tentang penggantian rahim. Dan, dalam wawancara kami, saya sedih mendengar cerita mengenai kompleksnya proses ini secara langsung -- bahkan, ketika setiap orang mengawalinya dengan niat yang paling baik. Seorang ibu ingin melakukan penggantian rahim diminta untuk melakukan aborsi karena anak yang dikandungnya memiliki cacat genetik. Anak-anak yang lain dari ibu yang melakukan penggantian rahim merasa terluka karena ibu mereka membuang bayi tersebut. Seorang wanita yang melayani sebagai penyedia rahim pengganti untuk kakaknya dan iparnya masih memperebutkan hak asuh atas anak mereka yang sekarang sudah bersekolah. Bahkan, Elton John (Penyanyi Inggris terkenal yang berorientasi sebagai kaum homoseksual - Red.), yang merayakan kelahiran anak-anaknya dengan bantuan donor telur dan ibu yang menyediakan rahim pengganti, mengakui bahwa sungguh menyedihkan menyadari bahwa anak-anaknya akan tumbuh tanpa seorang ibu.

Sebagai tanggapan atas teknologi dan prosedur reproduksi yang membantu, potongan-potongan kebijakan dan hukum yang ganjil di Amerika mencoba melindungi para orang tua daripada para perempuan yang menyediakan rahim pengganti atau anak-anak yang mereka kandung. Perdebatan legislatif sering terjadi tanpa pemikiran yang lebih besar atas daya tarik praktik ini, atau betapa hal ini dapat membahayakan keluarga dan masyarakat.

Sebagai contoh, tahun ini, di Louisiana, seorang senator negara memperkenalkan undang-undang yang akan mengizinkan kontrak penggantian rahim bagi pasangan heteroseksual. Para pembuat undang-undang, yang telah pergi ke negara bagian lain untuk melakukan kontrak dengan seorang wanita yang ingin melakukan penggantian rahim untuk memiliki anak, menjelaskan penggantian rahim seperti proses memanggang roti dalam oven, sebuah perbandingan yang -- seperti telah saya sebutkan sebelumnya -- meremehkan masalah-masalah yang jelas-jelas terlibat. Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, wanita bukan oven, dan tubuh mereka bukan periuk sederhana untuk digunakan, dijual, disewakan, atau dipinjamkan.

Sebagai manusia yang diciptakan menurut gambar Allah, wanita bukan oven, dan tubuh mereka bukan periuk sederhana untuk digunakan, dijual, disewakan, atau dipinjamkan.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Gubernur Louisiana, Bobby Jindal, sangat menyadari implikasi dari hukum yang baru ini, dan dalam memveto (menggunakan hak untuk menolak - Red.) RUU, ia menulis:

"Pembuatan struktur peraturan dengan sanksi dari negara untuk kontrak yang berkaitan dengan kelahiran anak menghasilkan pengaruh yang sangat besar terhadap lahirnya keluarga tradisional ...."

Permulaan tradisional bagi orang-orang yang mengakui pandangan Kristen mencakup pengajaran Alkitab mengenai kehidupan yang merupakan anugerah Tuhan, lebih baik daripada pemikiran dunia modern yang menganggap anak sebagai suatu hak atau jatah. Pandangan Kristen juga menyatakan pandangan kami mengenai pria dan wanita, pernikahan, dan misteri mengenai dua tubuh menjadi satu. Di dalam misteri ini, proses penciptaan adalah sebuah tindakan cinta, yang melaluinya kita menerima berkat dengan kehadiran anak-anak.

Mungkin, inilah saatnya untuk menyadari bahwa saudara-saudari kita yang Katolik sudah benar dalam hal ini, dan bahwa kaum Protestan dan Injili harus hati-hati mempertimbangkan apa yang harus mereka katakan. Dari Katekismus Gereja Katolik disebutkan:

"Teknik yang memerlukan pemisahan diri dari suami dan istri, melalui masuknya orang lain selain pasangan (sumbangan sperma atau ovum, rahim pengganti), benar-benar tidak bermoral. Teknik tersebut (inseminasi dan fertilisasi buatan yang heterogen) melanggar hak anak untuk dilahirkan dari ayah dan ibu yang dikenalnya, dan terikat satu sama lain oleh pernikahan. Mereka mengkhianati hak pasangan untuk menjadi ayah dan ibu, hanya melalui keberadaan satu dengan yang lain."

Rahim yang tidak dapat melahirkan anak adalah sebuah kepedihan hati dan kesedihan yang mendalam. Namun, bukankah itu sama seperti penderitaan lain yang harus kita pikul? Dalam hal apa pertanyaan Ayub, "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" dapat memengaruhi pemikiran kita tentang infertilitas?

Puluhan tahun lalu, contoh-contoh situasi yang menandai realitas hari ini dalam program bantuan reproduksi akan tampak terlalu mengada-ada dan bahkan mungkin gila. Akan tetapi, selama 20 tahun lebih, kaum Protestan tidak melakukan upaya keras mengenai pemikiran Kristen tentang infertilitas atau tentang teknologi reproduksi yang baru seperti FIV, donasi sperma dan telur, dan penggantian rahim. Dunia baru yang berani sudah ada di sini, dan kita tidak dapat mengabaikan atau mengesampingkan masalah ini lagi. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Christianity Today
Alamat URL : https://www.christianitytoday.com/ct/2013/september-web-only/overlooked-ethics-of-reproduction.html
Judul asli artikel : The Overlooked Ethics of Reproduction
Penulis artikel : Jennifer Lahl
Tanggal akses : 16 Februari 2015

Download Audio

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar