Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

"Penampilan Anda Menentukan Siapa Anda"

Kebohongan yang Sering Diberitahukan Cermin

Anak berusia 9 tahun akan berkata dengan jujur. Seorang anak laki-laki di kelas pagi saya pernah bertanya kepada saya, "Bu, mengapa Ibu terlihat seperti baru bangun tidur?" Pada hari yang lain, dia berjalan masuk sambil menghela napas panjang dan memegangi dadanya. "Saya sangat senang Ibu tidak memakai wig lagi hari ini!" Wig? Yang dia maksud adalah poni baru saya, yang tersembunyi di balik ikat kepala.

Tidak seperti orang dewasa, kebanyakan anak-anak tidak memiliki kategori topik pembicaraan terlarang tentang penampilan. Sementara kebanyakan orang dewasa akan menganggapnya buruk untuk dibicarakan, tetapi potongan rambut buruk, bertambahnya berat badan, dan kerontokan rambut justru merupakan hal-hal yang wajar dibicarakan bagi siswa kelas empat. Mengapa anak-anak merasa bebas untuk menggambarkan kecantikan, baik dalam keberadaan maupun ketiadaannya?

Sebagian alasan mengapa anak-anak berbicara tentang penampilan adalah karena, dalam pandangan mereka, itu bukan apa-apa. Ketika siswa tadi memberi tahu saya bagaimana penampilan saya, hanya itulah yang mereka lakukan -- memberi tahu saya bagaimana penampilan saya. Mereka tidak membuat klaim tentang siapa saya. Jika kuncir kuda saya terlihat "sangat aneh hari ini", mereka akan mengatakannya -- karena gaya rambut saya tidak merusak identitas saya sebagai guru mereka yang tercinta.

Namun, terlalu sering, kita menginvestasikan kecantikan fisik sebagai hal yang jauh lebih penting. Kita memperlakukan kecantikan sebagai sarana untuk harga diri: penampilan kita menentukan siapa kita. Akan tetapi, seandainya kita hanya memandang firman Tuhan dengan mata seorang anak kecil, kita mungkin akan melepaskan keindahan dari liuk-liuknya yang duniawi dan mengikatkannya pada Allah, yang adalah Keindahan itu sendiri.

Kecantikan Duniawi

Gambar:parenting

Mengandalkan pemahaman kita sendiri, kita mendefinisikan kecantikan sangat mirip seperti sang Ratu Jahat. Kita berdiri terpesona di depan cermin, menunggunya untuk memberi tahu kita betapa penampilan kita sesuai dengan pandangan orang lain di seluruh negeri. Dalam kerajaan yang dililit dosa, menjadi cantik berarti menarik sebanyak mungkin mata manusia.

Namun, di bawah semua mata itu, terdapat banyak hati yang selera visualnya tak pernah terpuaskan. Mereka berpindah dari satu postingan ke postingan lainnya, layar ke layar, tren ke tren -- idola ke idola -- menunggu untuk dipuaskan. Tidak satu pun dapat memuaskan mereka. Itu sebabnya, penampilan yang menarik dan karenanya indah, baik dalam konteks pribadi maupun definisi budaya, bisa kadaluwarsa. Kita menua, dan akan kehilangan kecantikan. Generasi demi generasi berlalu, dan kecantikan pun berubah. Tetap cantik sangatlah melelahkan (dan mahal).

Saat menggambarkan masa remaja saya kepada sekelompok gadis, saya menyebutkan betapa "ceking dan kurusnya" saya dulu. Mereka menatap saya dengan ngeri. Memotong saya, seorang siswa berseru, "Bu, Ibu tidak kurus! Ibu itu sempurna." Gadis-gadis lain setuju. "Ya, Bu! Jangan katakan itu. Ibu tidak kurus. Ibu cantik." Kata-kata mereka membuat saya terdiam. Diri saya yang remaja telah hidup di dunia tempat kecantikan menuntut badan yang langsing; dalam dunia mereka, kecantikan tidak membutuhkan badan kurus. Bukan pujian yang saya dengar dalam kata-kata mereka, tetapi klaim kebenaran: standar kecantikan duniawi berubah-ubah.

Allah telah memperingatkan kita. Ribuan tahun yang lalu, Dia berkata, "kecantikan itu sia-sia" (Amsal 31:30, AYT) -- atau menurut beberapa terjemahan, "sekejap" (NIV). Arti harfiah dari kata sifat ini mengandung tonjokan keras, karena kata Ibrani 'hebel' menunjukkan 'napas'. Dari sudut pandang Allah yang kekal, kecantikan menghilang seiring kita bernapas. Jika kita menaruh harapan pada kecantikan, ia akan mengkhianati kita -- dan ia melakukannya dengan cepat.

Apakah itu berarti Allah ingin wanita Kristen menghapus maskara dengan menggunakan kain lap? Tanpa riasan, tanpa rambut yang diwarnai, tanpa pakaian baru, tanpa keanggotaan dalam klub kebugaran -- tidak satu pun? Haruskah kita menyerahkan diri kita dalam hidup dengan rambut yang acak-acakan, wig, dan kuncir kuda yang sangat aneh? Pertanyaan-pertanyaan ini tidaklah buruk, tetapi itu adalah pertanyaan yang salah. Sebaliknya, kita harus bertanya, "Bagaimana definisi Allah tentang kecantikan mengubah pengejaran kita terhadap kecantikan?"

Kecantikan dari Allah

Dalam perhitungan Allah, kecantikan tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri, atau berbicara tentang dirinya sendiri, atau melakukan pembelian untuk dirinya sendiri, atau berlama-lama memikirkan rupa dirinya sendiri. Sebab, kecantikan yang Allah tentukan tidak dapat dilihat di cermin. Sebaliknya, kecantikan itu berdenyut: "... sebab manusia melihat yang ada di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati" (1 Samuel 16:7, AYT). Kecantikan mengalir dari hati yang berdetak dengan kebaikan moral -- kasih, kesenangan, dan ketundukan kepada Allah (Kisah Para Rasul 13:22).

Tidak seperti pengejaran kita akan kecantikan fisik, kita tidak dapat merasa resah, membicarakan, membeli, atau menyunting cara kita untuk mengupayakan kecantikan pada tingkat hati. Kecantikan -- dengan huruf K besar -- yang untuknya kita harus mengerahkan energi paling banyak, Kecantikan yang untuknya kita harus paling banyak menghabiskan waktu dan sumber daya kita, adalah Kecantikan yang tidak bisa kita taburkan pada wajah kita. Yang harus kita kejar adalah suatu Pribadi.

Pribadi ini adalah Yesus, satu-satunya manusia yang hati-Nya mencari Allah dengan sempurna seumur hidup. Dalam Dia, kita menemukan, dan dari Dia, kita menerima, Kecantikan sejati. Dan, itu bukanlah kecantikan penampilan:

Dia tidak memiliki bentuk ataupun kemuliaan sehingga kita harus memandangnya;
ataupun memiliki keindahan sehingga kita menginginkannya.
Dia sangat dihina dan ditolak oleh manusia;
orang yang penuh dengan kesengsaraan dan menderita kesakitan.
Orang lain menutup muka mereka kepadanya,
dia sangat direndahkan dan kita pun tidak menghargainya. (Yesaya 53:2-3, AYT)

Sebaliknya, itu adalah Kecantikan yang mengasihi dan mengorbankan dirinya untuk orang lain, yang disukai Allah:

Dia ditikam karena pelanggaran-pelanggaran kita.
Dia diremukkan karena kejahatan-kejahatan kita.
Hukuman yang mendatangkan kesejahteraan bagi kita ditimpakan ke atasnya,
dan oleh bilur-bilurnya kita disembuhkan. (Yesaya 53:5, AYT)

Inilah Kecantikan yang tidak musnah saat riasan dihapus atau menjadi tidak berlaku dari satu tren ke tren berikutnya. Ini adalah Kecantikan yang bertahan dengan tawa proses penuaan dan komentar polos anak-anak (Amsal 31:25). Sebab, terlepas dari penampilannya, identitasnya tetap aman: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan" (Matius 3:17, AYT).

Kecantikan sebagai Kepunyaan Sekaligus Pengejaran

Para wanita terkasih: Jika kita menyebut Sang Anak terkasih "Juru Selamat" dan "Tuhan" (Roma 10:9), kita memiliki Kecantikan ini untuk selama-lamanya. Sebab, di mata Allah, kita telah diselubungi sepanjang waktu dengan kasih Kristus yang berkorban (Galatia 2:20). Tidak perlu repot untuk menjadi cantik dan tetap cantik di bumi ini. Kristus adalah Keindahan kekal itu sendiri -- dan hidup kita tersembunyi dalam Dia (Kolose 3:3).

Kita masih mengusahakan kecantikan -- tetapi tidak lagi untuk kecantikan dalam penampilan. Jika kita memiliki Kecantikan dalam Kristus, kita akan mengejar Keindahan Kristus. Kita akan berusaha, sebagaimana mereka yang bebas dari mode dunia yang berubah-ubah, untuk meniru Keindahan yang abadi -- untuk hidup seolah kemuliaan Allah itu nyata, berharga, dan layak dikejar, sekarang dan selalu.

Memiliki hati serupa dengan dengan Anak terkasih Allah tidak akan pernah ketinggalan zaman. Kita dapat melelahkan diri sendiri dalam mengejar Keindahan Kristus dengan merasa yakin bahwa "kita semua, yang dengan wajah tidak terselubung mencerminkan kemuliaan Tuhan, sedang diubah kepada gambar yang sama dari kemuliaan kepada kemuliaan ..." (2 Korintus 3:18). Pada penghujung hari, kita tidak akan merangkak ke tempat tidur dengan lebih sedikit uang dan lebih banyak produk. Kita akan hanyut memancarkan Keindahan Allah dalam Kristus, dengan merasa puas.

Kecantikan sebagai Sarana

Jika kita memiliki Kecantikan dalam Kristus, kita akan mengejar Keindahan Kristus.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ketika Keindahan semakin menjadi milik kita dalam Kristus, kecantikan -- dengan huruf k kecil -- akan mengambil tempat sebagaimana mestinya sebagai pemberian Allah, pemberian yang Allah tinggikan. Allah peduli dengan keindahan visual karena Dia membuat dan menopang setiap ekspresinya. Dia menciptakan kita menurut gambar-Nya, untuk menggambarkan Dia. Yang menjadi bagian kita, kita harus dengan rendah hati dan senang hati menggunakan apa yang telah dibuat-Nya untuk meninggikan Dia yang membuatnya (Kolose 1:16).

Seperti halnya hobi apa pun yang netral secara moral, kita berusaha menggunakan keindahan duniawi untuk menerangi realitas surgawi. Saat kita mengusap wajah kita pada pagi hari, kita dapat bertanya-tanya bagaimana Allah melukis langit (Mazmur 19:1). Kita dapat mengadopsi gaya baru dengan hati yang terpesona oleh Allah yang telah memberi kita pakaian yang tidak dapat binasa -- kebenaran Kristus (Yesaya 61:10). Kita dapat menikmati keindahan tanpa obsesi terhadap diri sendiri ketika kita berusaha menikmati Sumbernya.

Saya tidak mengatakan bahwa kita harus menyandingkan Kitab Suci dan meditasi untuk semua keindahan kita. Banyak kegiatan terjadi di sekitar kita tanpa teruji. Namun, kita semua bisa setuju bahwa kecantikan -- sebagaimana banyak usaha lainnya, seperti atletik atau karier -- mengandung kapasitas besar untuk mementingkan diri sendiri. Jika kita tidak memerhatikan diri kita sendiri, kita hanya akan melihat diri kita sendiri.

Saat siswa saya mengenakan lip gloss dan berbagai jenis T-shirt, saya berdoa agar mereka belajar menggunakan kecantikan sebagai sarana untuk menikmati dan memuliakan Allah dibandingkan memuliakan diri sendiri. Saya berharap mereka mengetahui keindahan yang telah diciptakan Allah untuk mereka dan Keindahan yang Dia berikan kepada mereka. Meskipun demikian, mereka tidak dapat mempelajari apa yang tidak dipahami oleh wanita Kristen bagi diri mereka sendiri atau untuk menjadi teladan bagi orang lain. Mari kita lihat keindahan sebagaimana adanya, saat kita berpegang pada Pribadi yang merupakan Keindahan itu sendiri. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
URL : https://www.desiringgod.org/articles/how-you-look-is-who-you-are
Judul asli artikel : "How You Look Is Who You Are"
Penulis artikel : Tanner Swanson

Komentar