Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Tangisan Seorang Ibu

Open Doors mengajak Saudari untuk mengingat kembali tiga orang ibu yang menghadapi tantangan iman di tengah kesulitan dan penganiayaan.

RH

Tanggal 21 April 2007, MH dibunuh ketika ia sedang bekerja di sebuah toko buku Kristen di sebelah utara Irak. MH adalah seorang pengikut Kristus dari latar belakang agama lain. Ia menikah dengan RH dan mereka memiliki seorang putra bernama Kevin. Open Doors melayani dan menguatkan RH. Ketika kami bertemu baru-baru ini, RH menuturkan keadaannya sekarang.

"Hidup saya mulai berjalan normal kembali. Sebuah kehormatan mengetahui Anda masih mengingat, mengunjungi, dan berdoa bagi saya," katanya. Ia sekarang mengajar dan menerjemahkan kitab Kisah Para Rasul.

Walaupun demikian, kematian suaminya masih membekas hingga kini. "Ketika MH meninggal, saya bermimpi ada sebuah tempat yang gelap dan saya sendirian. Dua orang pria datang dan menyakiti saya, lalu muncul seseorang yang membawa saya ke sebuah tempat aman."

"Menurut teman saya, orang itu adalah Yesus yang menyelamatkan saya dan memberi damai sejahtera."

"Tolong doakan saya dan anak saya yang semakin besar. Berdoalah agar mereka berhasil dalam hidup. Ayah mereka adalah pahlawan bagi Yesus, saya berdoa agar mereka juga hidup sungguh-sungguh dalam Yesus."

REM

REM tengah mengandung anak yang kelima dan usia kandungannya dua bulan ketika suaminya dibunuh secara brutal oleh kelompok ekstrimis pada bulan November 2008 di Jos, Nigeria. Suaminya mencoba melindungi gereja yang ia gembalakan.

Saat bertemu dengan staf Open Doors satu bulan yang lalu, ia masih menangis, tidak pasti akan masa depan. "Saya masih takut akan ada insiden susulan," katanya. "Saya hanya berserah pada Tuhan."

REM dan 4 orang anaknya diusir dari rumah mereka. Ia adalah satu dari 50 janda yang dibantu Open Doors. Ia menerima bantuan kemanusiaan, uang sekolah bagi anak-anaknya, juga mendapatkan pelayanan trauma konseling.

Bulan Mei lalu, REM melahirkan seorang bayi laki-laki. Open Door membantu dengan menanggung biaya persalinan. Sekali lagi REM menangis, kali ini tangisan bahagia. "Saya sungguh bersukacita," katanya, "Terima kasih untuk saudara seiman yang berdiri bersama dan menguatkan saya."

Enam bulan kemudian Open Doors menerima ratusan surat dari seluruh penjuru dunia bagi REM. Ia berkata, "Saya tidak pernah lelah membaca surat-surat tersebut. Saya merasa sangat dikuatkan."

GY

AL adalah seorang pendeta, satu dari sedikit umat Kristen di tengah suku Uighur di Tiongkok. Ia ditangkap pada bulan Januari 2008 dan dikenai hukuman 15 tahun penjara bulan Oktober lalu. Istrinya, GY, merawat anak-anak mereka, ia tidak bisa berhubungan dengan suaminya sejak suaminya ditangkap. Bulan Januari ia meminta Open Doors memobilisasi doa bagi suaminya. Katanya:

"Saya bersyukur pada Tuhan untuk Saudara dan Saudari di seluruh dunia yang tidak berhenti bersyafaat setelah mendengar AY ditangkap. Terima kasih banyak. Doa Saudara menguatkan kami untuk melangkah hingga hari ini."

"Lebih dari satu kali daya berdoa pada Tuhan sambil menangis, 'Mengapa Engkau memisahkan kami? Dua tahun tidak cukup? Sekarang ditambah 13 tahun? Setiap hari saya mendengar putra saya berdoa, 'Yesus jika satu dua orang berkumpul dalam nama-Mu, Engkau akan menjawab doa mereka, saat ini banyak sekali orang berdoa bagi papa dan masih tetap dipenjarakan."

"Saudara-Saudariku yang terkasih, saya berharap agar semua Saudaraku dapat kembali berdoa dan mengetuk hati Tuhan bersama keluarga kami."

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Nama buletin : Open Doors, Edisi Mei -- Juni 2010
Penulis : Nina Kelley
Penerbit : Yayasan Obor Damai Indonesia, Jakarta
Halaman : 8 -- 9

Komentar