Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Artikel

AYAT ALKITAB

1 Yohanes 1:9 1 Korintus 7:3-4
Yohanes 8:11 Yesaya 1:16-18
Ibrani 13:4 1 Korintus 6:15-20

LATAR BELAKANG

Firman Allah bersikap jelas bahwa pernikahan adalah persatuan hidup dengan seseorang yang dijadikan teman hidup seumur hidup. Persatuan ini mengakibatkan masing-masing pihak harus "meninggalkan segala sesuatu" (Matius 19:5).

Masalah aborsi merupakan persoalan kontroversial yang mesti dicermati dengan lemah lembut dan penuh kehati-hatian. Penyajian informasi yang tidak berimbang juga sering mengundang reaksi keras, seakan-akan semua pelaku aborsi bayi dalam janin adalah para pembunuh berdarah dingin.

Dampak Psikologis pada Pelaku Aborsi

Dampak psikologis pada pelaku aborsi (wanita yang mengandung) bervariasi, baik dalam jenis maupun intensitasnya. Sudah tentu akan ada sebagian pelaku yang akan berkata bahwa aborsi tidak memberi dampak negatif sedikit pun, malah aborsi memberikan rasa lega karena bebas dari masalah. Saya tidak menyangkali akan adanya reaksi seperti itu, sebab bagaimana pun peranan hati nurani sangatlah besar dalam hal dampak psikologis ini. Jika kita tidak memedulikan (membukakan mata terhadap) jeritan hati nurani, maka kita pun akan mampu membenarkan segala tindakan kita. Namun yang benar tetap benar dan yang salah tetap salah, ada atau tidaknya dampak psikologis tidaklah relevan. Di bawah ini saya akan menguraikan beberapa jenis dampak psikologis yang mungkin dialami oleh pelaku aborsi.

Kita semua memiliki masa lalu -- suatu ruang penyimpanan atas ingatan-ingatan yang baik dan buruk yang masih dapat memengaruhi cara hidup kita sekarang. Sekarang, tidak peduli apa yang pernah terjadi pada Anda di masa lalu, tujuan Allah adalah untuk membawa Anda ke dalam suatu kondisi kehidupan, baik sekarang maupun di masa yang akan datang bersama Dia, yang tidak lagi dipengaruhi oleh kejadian buruk di masa lalu. Dalam Firman-Nya, Allah berjanji akan memulihkan kepenuhan-Nya dalam hidup kita.

Hubungan gelap di luar nikah merupakan salah satu dari krisis yang paling menghancurkan dalam pernikahan, karena dengan hubungan itu, impian, harapan, dan kepercayaan salah satu pasangan yang dikhianati dihancurkan oleh pasangannya yang lain. Hubungan gelap tidak terjadi dengan tiba-tiba. Dalam sebagian besar kasus sudah ada hubungan yang lama, tetapi kebanyakan terdapat dalam pikiran dan angan-angan sehingga tidak mudah dilihat.

PERTANYAAN

Saya seorang wanita (38 th) dengan 3 anak, usia (10-14 th), karier yang sudah mapan, kedudukan lumayan dan seringkali tugas keluar kota bahkan keluar negeri. Walaupun sibuk namun kalau tidak keluar kota, saya selalu berusaha pulang sebelum jam 7 malam. Suami saya sejak tahun lalu, seringkali terlambat pulang, alasannya macam-macam. Kemudian suatu hari (bulan lalu) saya dikejutkan oleh telpon dari seorang wanita muda yang mengatakan bahwa ia simpanan suami saya. Shock, marah, benci, dendam yang saya rasakan; apalagi ketika saya tanyakan kepada suami dan itu benar (walaupun mulanya ia tidak mengaku), ia berjanji tidak akan melakukannya lagi. Sebulan ini saya sulit tidur, dada rasanya sesak, kadang-kadang panas berkobar-kobar, kemudian mendadak berdebar-debar tidak bisa dikontrol dan mau mati saja. Ingin rasanya marah kepada Tuhan dan siapa saja termasuk diri sendiri. Apa yang harus saya lakukan Bu?

Dalam hati nurani setiap orang beragama, termasuk tentunya Kristen, ada kesadaran bahwa beristri (atau bersuami) lebih dari satu adalah dosa. Poligami adalah hal yang tercela. Tidak heran jikalau hidup di tengah masyakarat yang agamanya "memberi peluang" untuk poligami sekalipun, poligami secara terang-terangan hanya dilakukan oleh segelinter orang yang perasaannya tidak terlalu peka terhadap suara hati nurani orang banyak.

Sebut saja mananya Lina. Wajahnya tegang dan suaranya menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan. Usianya 40 tahun dan ia hidup bersama dengan dua putranya, usia 12 dan 14 tahun. Sudah 4 tahun terakhir ini, Lina berpisah dengan suaminya yang memutuskan untuk hidup dengan seorang wanita lain dan jarang sekali menjenguk Lina serta anak-anaknya. Lina sekarang harus bekerja mencari nafkah untuk keluarganya. Ia mengeluh betapa sepi hidupnya sekarang dan betapa ia membutuhkan seorang rekan yang dapat membantu dia mengasuh anak-anaknya yang sudah remaja ini. Makin hari ia merasa makin lemah, seakan-akan semua energinya sudah terkuras habis. Ia pernah berpikir -- hanya berpikir -- untuk mengakhiri hidupnya, tetapi ia merasa kasihan kepada putra-putranya yang masih membutuhkannya. Entah nanti, pada waktu mereka sudah akil balig. Mungkin ia akan berpikir lain...mungkin ia akan melakukannya jika pertolongan tidak kunjung datang. Mungkin!

Oleh: Pdt.Yakub B.Susabda, Ph.D

Pernah dalam sebuah ceramah, penulis menekankan dengan sangat bahwa tujuan pernikahan Kristen bukanlah untuk meraih "kebahagiaan" tetapi untuk mengalami pertumbuhan/growth". Alasan utamanya ialah, bahwa kebahagiaan adalah anugerah umum yang Allah sediakan untuk siapa saja, dan tidak khusus untuk anak-anak Tuhan. Sebaliknya, pertumbuhan/growth" adalah salah satu bagian integral dari anugerah khusus yang disediakan Allah untuk anak-anak-Nya. Melalui "growth" mereka makin siap untuk menjadi partner-partner Allah yang akan mengerjakan tugas tanggung jawab panggilan Allah di muka bumi (Ef. 2:10).

Persoalan :

Seseorang bertanya kepada saya, apakah arti : "dipersatukan oleh Tuhan" tidak boleh dipisahkan oleh manusia? Sebetulnya dia tahu sendiri jawabnya, tapi ingin jawaban yang lebih konkret, saya serahkan mbak Dina saja yang lebih pakar untuk menjawabnya dan tambahan apakah juga mbak Dina merasa dipersatukan oleh Tuhan?

AYAT ALKITAB

Efesus 5:22-33
1 Korintus 7:3-4
Filipi 2:3-5
1 Petrus 3:7

Dari kesaksian berikut ini kita bisa belajar bahwa dalam sebuah perkawinan ada tiga hal yang harus diperhatikan agar dapat mewujudkan perkawinan yang langgeng, yaitu:

  1. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasangan kita.

  2. Kesepakatan untuk mencocokan berbagai hal dengan pasangan kita sehingga menumbuhkan rasa saling mengerti.

  3. Gereja mempunyai peran penting dalam pernikahan terutama dalam memberikan konseling pernikahan.

Sakit hati, kepahitan, dan iri hati dimulai dan diperangkap oleh amarah -- penyakit yang bisa membusukkan tulang (Pengkhotbah 7:9; Amsal 14:30).

Anda mungkin berpikir bahwa judul di atas diambil dari lagu lama yang dipopulerkan kembali oleh Yuni Shara pada tahun 1995. Ya, Anda betul. Entah apa nama judul lagu sekaligus album Yuni Shara itu, yang jelas bagian lirik lagu yang sangat gampang diingat adalah "Mengapa tiada maaf bagimu".

Setiap orang Kristen mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan rohaninya. Orang Kristen yang dewasa membutuhkan pengenalan akan Allah secara kepenuhan-Nya (Dia yang ada dari mulanya). Orang Kristen yang masih muda membutuhkan pengenalan akan kuasa Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi, seorang Kristen anak-anak membutuhkan pengenalan akan Bapa.

Pages