Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Renungan

Sukacita, itu membuat orang-orang ingin tahu apa rahasia Anda. Namun, sukacita bukanlah merupakan rahasia bagi orang Kristen yang percaya.

"Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan." (Roma 15:13)

Sobat wanita,

Kerinduan kita semua adalah memiliki perasaan damai sejahtera di dalam Allah Bapa. Sebab, saat kita hidup dalam ketaatan kepada firman-Nya, Allah Bapa akan menganugerahkan warisan damai sejahtera kepada kita.

Suatu kali, seorang Kristen bertanya kepada seorang ateis ketika mereka sedang berjalan bersama melalui padang rumput. Orang Kristen itu bertanya, "Siapa yang menciptakan semua bunga yang indah ini?" Jawab teman ateisnya, "Lupakanlah! Jangan mulai lagi dengan pembicaraan bodohmu mengenai Allah. Bunga itu ada karena tumbuh sendiri." Orang Kristen itu tidak membantah.

Suatu ketika, seorang pemburu ateis tersesat di tengah hutan. Ia kemudian bertemu sekelompok macan. Spontan, ia menembakkan senapannya ke arah macan-macan itu. Sayang, tembakannya meleset dan ia pun kehabisan peluru. Ia berlari sekencang mungkin. Beberapa ratus meter kemudian, ia terpeleset ke jurang. Beruntung, ia sempat meraih dahan pohon di tepi jurang itu.

Suatu saat dalam kehidupan ini, kita semua mengalami pengkhianatan yang menyakitkan dari seorang teman; dan juga mengalami rasa sakit dan kekecewaan yang ditinggalkan oleh pengkhianatan itu. Saat hal ini terjadi, wajar apabila kita merasakan gelombang amarah kian meninggi di dalam hati kita. Bahkan, kita mungkin ingin balas dendam. Tidak ada sesuatu pun dari pengalaman ini yang membuat kita nyaman. Pengalaman itu membuat kita merasa gelisah, terganggu, pedih, dan tegang yang disertai dengan dorongan fisik untuk melakukan pembalasan.

"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7)

Jantung adalah bagian tubuh yang menjadi pusat peredaran darah. Oleh jantung, darah manusia dipompa ke seluruh tubuh agar bagian tubuh yang lain mendapatkan makanan dan oksigen, yang merupakan sumber bahan bakar untuk organ tubuh yang lain.

Bagaimana kita seharusnya merayakan Natal? (Renungkan Lukas 2:8-20)

Jika Anda bukan orang Kristen, cara yang terbaik untuk merayakan Natal adalah dengan menjadi orang Kristen, yaitu dengan percaya kepada Tuhan Yesus, meminta Dia agar masuk ke dalam hati Anda dan mengambil keputusan untuk mau mengikut Dia sebagai murid-Nya.

Apakah makna Natal bagi kita umat Tuhan yang masih diberi-Nya kehidupan dan kesempatan untuk menikmati anugerah dan berkat-Nya hingga kini, di akhir tahun 2010 ini? Dari tahun ke tahun Natal dirayakan, banyak uang dibelanjakan untuk menghiasi gereja, rumah, bahkan jalan-jalan di kota-kota. Namun ada satu hal yang seringkali kita lupakan, yaitu menghiasi diri kita sendiri (1 Petrus 3:3-4 -- "Perhiasanmu janganlah secara lahiriah yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak dapat binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram dan berharga dimata Allah").

Setiap orang mengharapkan terjadinya perubahan yang lebih baik atau yang menyenangkan dalam kehidupannya. Kita mengharapkan agar tiap tahun pendapatan kita bertambah, memiliki kendaraan pribadi yang lebih baik, berharap punya anak setelah menikah, dan sebagainya. Perubahan jasmani menuju arah yang lebih baik memang bagus dan menyenangkan. Namun, bagaimana jika perubahan jasmani tersebut menuju arah yang lebih jelek atau buruk?

"Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: IMAN KITA." (1 Yohanes 5:4)

Penjangkauan sesama membuat hidup kita menjadi berarti. Kenyataan membuktikan bahwa semakin kita banyak memberi dan berbagi, semakin kita banyak menerima dan mendapat balasannya. Ketika kita mengasihi dan melayani dengan berbuat baik kepada sesama, segala kebajikan dan hal-hal yang baik akan mendatangi kita. Tetapi, kita mungkin akan berpikir sejenak, bagaimana dalam kondisi sulit seperti sekarang kita masih bisa bermurah hati dan rela berkurban?

Sering kita membaca di surat kabar kisah tentang pengorbanan besar yang dilakukan oleh seseorang yang didasari oleh hubungan keluarga atau oleh kebutuhan ekonomi -- misalnya mendonorkan salah satu organ tubuh mereka. Kita sering tersentuh oleh kisah pengorbanan itu. Demikian pula kisah kehidupan tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia. Mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan diri mereka termasyhur dan memberi inspirasi. Namun demikian, tidak pernah ada tokoh yang mati demi orang lain yang jahat.

Bacaan: Amsal 31:10-31

Saat berbincang santai dengan ibu saya yang berumur 83 tahun, saya menarik-narik pelan kulit tangannya yang sudah menggelambir. Ya, saya ingat bagaimana tangan itu kadang harus mengangkat papan-papan jati yang besar dan berat ketika ia membuka dan menutup toko rotinya yang mungil. Dengan senyum, setiap hari ia melayani pelanggannya selama hampir 30 tahun. "Dulu tangan ini kuat untuk bekerja sehingga kalian bertujuh bisa bersekolah dan mandiri. Sekarang aku berbahagia dan bersyukur atas hidupku," simpulnya saat mengenang masa ia berjuang demi hari depan anak-anaknya.

"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.' Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (Lukas 2:13

Pages