Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Bagaimana Menjadi Istri yang Baik (di Mata Allah)

Apakah Anda menganggap diri Anda sebagai istri yang baik ... di mata Allah? Jika Anda berdiri di hadapan Allah hari ini dan mempertanggungjawabkan tindakan, sikap, dan peran Anda secara keseluruhan sebagai istri bagi suami Anda, menurut Anda, apa yang akan Allah katakan? Apakah Ia berkata, "baik sekali kamu hamba yang baik dan setia"?

Postingan ini bukan tentang menjadi keras pada diri sendiri. Rasa bersalah bukan pendorongnya. Saya juga tidak sempurna. Saya juga berjuang. Tidak mudah menjalankan peran sebagai istri dengan sikap yang tidak mementingkan diri sendiri dan rendah hati. Namun, inilah yang Allah inginkan dari kita. Bukan hanya bagi para istri, tetapi orang Kristen pada umumnya, dan itu berlaku untuk peran Anda sebagai seorang istri juga.

Kabar baiknya dalam semua ini adalah bahwa hal yang orang lain pikirkan tentang Anda tidaklah penting. Yang penting adalah pikiran Allah. Anda di sini untuk menyenangkan Allah, bukan manusia. Ini termasuk teman-teman Anda, dan ini termasuk suami Anda. Menjadi istri yang baik di mata Allah bukan berarti menyenangkan suami. Meski dalam batas wajar, tidak ada salahnya mencoba melakukan itu, selama hal yang menyenangkan hati suami tidak bertentangan dengan kehendak Allah.

Namun, secara keseluruhan Anda berada di sini untuk menjalankan tugas Anda sebagai istri untuk memuliakan Allah dan menjadi representasi hidup dari Mempelai Kristus, Gereja.

Jadi, mari kita lihat seperti apa menjadi istri yang baik di mata Allah.

Luruskan prioritas Anda

Belajar menjadi istri yang baik di mata Allah sungguh bermuara dengan melihat suami Anda melalui mata Allah.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Ini bisa jadi hal yang sulit, tetapi mungkin yang paling penting dalam daftar ini. Dalam kehidupan seorang istri, ibu, dan ibu rumah tangga Kristen, prioritas Anda harus diluruskan. Ini berarti bahwa Allah SELALU yang pertama, lalu suami Anda, berikutnya anak-anak Anda, dan akhirnya segala sesuatu yang lain.

Apakah Anda merasa Allah menjadi yang utama dalam hidup dan hari-hari Anda? Mendahulukan Allah berarti Anda meluangkan waktu untuk bersama-Nya setiap hari. Bahwa Anda melakukan segala sesuatu dengan memuliakan Allah dalam pikiran. Dan, bahwa Anda membuat hubungan Anda dengan Allah menjadi yang paling penting. Ini bukan menjadi faktor negosiasi Anda sehari-hari. Saya tahu, ini bisa jadi sulit. Namun, saya pernah membaca postingan blog yang benar-benar membantu saya untuk menempatkan segala sesuatunya ke dalam perspektif yang benar. Di dalamnya, penulis mengatakan sesuatu seperti, "Yesus mati dengan kematian yang menyiksa dan mengerikan demi menyelamatkan Anda dari dosa-dosa Anda ... dapatkah Anda benar-benar memberitahukan saya bahwa Anda tidak dapat memiliki waktu 30 menit setiap hari untuk dihabiskan bersama Dia?" Wow. Itu benar-benar meyakinkan.

Nah, setelah Allah, barulah suami Anda. Saya benar-benar berpikir di sinilah banyak wanita menjadi bingung (termasuk saya sendiri, kadang-kadang). Sebab, anak-anak kita sangat menuntut waktu kita dan sangat berisik untuk itu (ha.ha.ha) sehingga mudah untuk mengesampingkan suami Anda demi memenuhi kebutuhan anak-anak sepanjang waktu, sembari mengabaikan kebutuhan suami Anda.

Akan tetapi, meskipun suami Anda mungkin tidak menuntut kebutuhannya, ia masih memiliki kebutuhan tersebut. Dan, meluangkan waktu setiap hari untuk memastikan Anda menghabiskan waktu bersama suami Anda dan melakukan berbagai cara untuk memastikan kebutuhannya terpenuhi dan bahwa Anda hadir untuknya merupakan hal yang sangat penting untuk menjadi istri yang baik.

Jagalah agar sikap batin Anda tetap terkendali

Pikiran dan sikap batin kita memiliki kekuatan untuk membentuk dan mengubah kita. Sikap-sikap ini dapat menciptakan benteng dalam hidup kita atau meruntuhkannya untuk selamanya. Jadi, penting untuk tidak mengabaikan seperti apa aktivitas pemikiran Anda terhadap suami Anda.

Apakah Anda menyimpan kepahitan dan kebencian terhadapnya? Apakah pikiran Anda terhadapnya penuh kasih dan baik? Meskipun Anda mungkin tersenyum, yang terjadi di dalam pikiran Anda sama pentingnya. Allah tahu hal yang Anda pikirkan. Dan, tidak hanya itu, aktivitas berpikir Anda dapat berdampak negatif atau positif bagi Anda dan keluarga Anda secara keseluruhan.

Jadi, meskipun sikap lahiriah Anda tetap harus dijaga, memastikan Anda memperhatikan sikap batin Anda secara teratur adalah sama pentingnya. Jika Anda merasakan katakepahitan, dendam, kemarahan, atau hal negatif apa pun yang tengah merayap ke dalam pikiran Anda, bawalah pikiran-pikiran itu ke dalam ketaatan kepada Kristus (2 Korintus 10:5). Dan, ubahlah pemikiran-pemikiran tersebut menjadi pemikiran-pemikiran yang baik terhadap suami Anda.

Inilah latihan yang baik yang dapat Anda lakukan ketika Anda merasakan pikiran negatif itu merayap masuk: Atur penghitung waktu selama 5 menit dan tulislah (dalam pikiran Anda atau berbicara dengan lantang) hal-hal baik tentang suami Anda. Teruslah melakukannya sampai penghitung waktu berbunyi, dengan tidak memikirkan pikiran negatif apa pun terhadapnya. Melakukan hal ini benar-benar membantu untuk menahan pikiran negatif itu, membantu Anda melihat semua hal baik tentang suami Anda, dan menghilangkan pikiran negatif yang tidak baik bagi Anda (dan pernikahan Anda).

Perlakukan dia dengan rasa hormat dan penghargaan

Sekarang, setelah kita mengendalikan sikap batin kita, penting untuk memeriksa bagaimana Anda memperlakukan suami Anda secara lahiriah. Ini bisa menjadi tantangan lain yang sulit, terutama jika Anda sudah terbiasa bersikap tidak baik satu sama lain. Akan tetapi, penting bagi Anda untuk menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada suami Anda, bahkan ketika ia tidak pantas mendapatkannya. Sebab, Allah memberitahu kita dalam Firman-Nya bahwa istri harus tunduk kepada suaminya dan menghormati mereka (1 Petrus 3:1-6; Efesus 5:22-24).

Alkitab tidak berkata, "hormati suamimu ... kecuali ketika dia berengsek". Tidak, bukan begitu caranya. Salah satu cara terbaik untuk menggambarkan hal ini dari yang pernah saya dengar berasal dari pelajaran terkenal dalam buku "Love & Respect". Dan, itu adalah "tanggapan saya merupakan tanggung jawab saya". Allah ingin melihat Anda merespons seperti yang Ia minta, bahkan di tengah pergumulan.

Dan, yang menakjubkan adalah bahwa Allah dapat bekerja melalui Anda dan rasa hormat yang Anda tunjukkan kepada suami Anda untuk membentuk dan mengubahnya juga. Ini mungkin tidak terjadi dalam semalam, dan dalam beberapa kasus mungkin tidak terjadi sama sekali. Namun, bagaimanapun juga, adalah tanggung jawab kita untuk bertahan sampai akhir (Matius 24:13) dan melakukan sesuatu yang kita bisa untuk menghormati Allah dalam hidup kita sebagai persembahan yang hidup bagi Tuhan (Roma 12:1). Dan, Anda dapat melakukannya dengan melakukan yang Allah minta dan memperlakukan suami Anda dengan rasa hormat dan penghargaan, bahkan ketika ia tidak patut mendapatkannya.

Membantu dan menjadi pendukungnya

Ketika Allah pertama kali menciptakan wanita, Ia berkata bahwa Ia menciptakannya untuk menjadi "penolong" bagi pria (Kejadian 2:18). Istilah ini terkadang dianggap menghina, padahal sebenarnya itu hanya berarti rekan untuk membantunya.

Pikirkan seperti ini. Hidup itu menantang. Sebab, keluarga bukan hanya perlu mencari uang untuk bertahan hidup, tetapi mereka juga perlu dirawat secara fisik dan mental. Itu adalah pekerjaan yang sulit untuk dilakukan seorang diri. Untuk melakukan segala sesuatunya. Saya tahu bahwa, sayangnya, ada orang-orang yang harus melakukannya. Dan, saya prihatin Anda melakukannya jika kebetulan itu terjadi pada Anda. Sebab, itu tidak mudah.

Ketika Allah menciptakan wanita, Ia tahu bahwa menjalani hidup sendirian akan sangat menantang. Dan, jika kedua rekanan ini bersatu untuk saling membantu, itu akan menjadi jauh lebih mudah bagi mereka. Yang satu bisa melakukan satu hal, sementara yang lain berfokus pada hal lain. Dengan demikian, hidup akan jauh lebih lancar dan beban akan lebih ringan bagi mereka berdua.

Jadi, ketika Anda menjalani tugas sehari-hari Anda, ketika Anda memasak, membersihkan, mencuci pakaian, atau peran lain apa pun yang Anda miliki dalam pernikahan Anda, pikirkan hal itu sebagai cara untuk menjadi rekannya, yang hadir untuk meringankan bebannya. Sebab, suami Anda ada di sana untuk meringankan beban Anda dengan cara yang lain.

Dukung ia dalam pekerjaan dan kehidupannya sehingga ia dapat merasa terdorong dan diperlengkapi untuk menjalani hidup dan melakukan apa pun tugasnya dengan keyakinan dan kepastian bahwa ia tidak sendirian. Ia tidak hanya memiliki Allah, tetapi juga seorang istri yang mengasihi dan mendukungnya dengan cara ia telah diperlengkapi.

Jaga hubungan Anda dengannya

Pernah terjadi pada suatu saat dalam hubungan Anda dengan suami Anda, bahwa ia merupakan dunia Anda. Ia mungkin satu-satunya yang dapat Anda pikirkan dan menghabiskan waktu bersamanya membawa ketegangan dalam diri Anda serta kegembiraan di hati Anda. Kemungkinan besar perasaan itu telah memudar. Namun, jangan sampai hubungan Anda dengannya juga memudar. Pada satu titik, ia bahkan mungkin pernah menjadi teman terbaik Anda. Mudah-mudahan masih demikian, tetapi jika tidak, inilah saatnya untuk benar-benar mundur dan memikirkan hal yang dapat Anda lakukan untuk mengubahnya.

Hidup bisa menjadi sangat cepat dan hasrat antara suami dan istri dapat hilang. Ini menyedihkan, tetapi ini benar. Namun, saya suka memikirkan fakta bahwa sesuatu yang berbeda menggantikan perasaan tersebut. Alih-alih mengalami kebaruan yang mengasyikkan, Anda sekarang memiliki keakraban yang hangat. Ada kenyamanan mengetahui bahwa apa pun yang terjadi, Anda bersama-sama dalam situasi yang sama. Sebuah kenyamanan bahwa orang ini mengenal Anda lebih baik daripada mungkin siapa pun yang hidup di bumi ini. Ada sesuatu yang sangat istimewa mengenai hal ini. Namun, itu sering diabaikan.

Jadi, luangkanlah waktu untuk menikmati musim pernikahan yang tengah Anda jalani saat ini. Lakukan kencan secara teratur dengan suami Anda, tetaplah intim dengannya sehingga godaannya berkurang (1 Korintus 7:5). Dan, yang terpenting, bersenang-senanglah bersama. Buatlah lelucon rahasia, saling menggoda, dan bermain-main. Hal-hal semacam ini adalah hal-hal yang membuat hasrat tetap ada dan yang membuat menjalani hidup ini bersama-sama terasa nikmat dan menyenangkan.

Jadilah pejuang doanya

istri yang baik

Ketika saya pertama kali membaca "The Power of the Praying Wife" karya Stormie Omartian beberapa tahun yang lalu, itu benar-benar berdampak besar pada perspektif saya terhadap berdoa bagi suami saya. Doa itu membantu saya untuk melihat, bahwa bahkan di tengah tantangan, saya bukannya tidak berdaya. Mungkin itu adalah argumen yang buruk atau perjuangan di tempat kerja, atau kecanduan, atau bahkan perselingkuhan. Apa pun masalahnya, selalu ada sesuatu yang dapat Anda lakukan. Dan, sesuatu itu harus termasuk pula berdoa.

Mengangkat suami Anda dalam doa secara teratur adalah hadiah berharga yang dapat Anda berikan kepadanya. Apa pun yang menjadi pergumulannya yang Anda lihat atau ketika ia membutuhkan bantuan, bawalah itu kepada Allah di dalam doa. Jadilah pejuang doa pribadinya, dan seiring waktu, Anda akan melihat dampak doa terhadap dirinya secara pribadi dan pada pernikahan Anda secara keseluruhan.

Menjadi istri yang baik dimulai dengan tunduk kepada Allah

Ketika kita berpikir tentang menjadi istri yang baik, kita sering berpikir untuk membuat suami kita bahagia. Dan, meski itu tentu saja adalah baik, itu bukanlah yang utama. Hal pertama adalah mengikuti perintah Allah bagi para istri yang diberikan kepada kita dalam Firman-Nya. Dan, dengan melakukannya dalam cara yang tidak tergantung pada tindakan suami kita.

Ini bisa menjadi sulit karena sering kali kita bereaksi berdasarkan perasaan kita. Akan tetapi, penting untuk mengubah pola pikir tersebut dan beralih untuk melakukan sesuatu karena itulah yang Allah inginkan untuk kita lakukan. Bukan karena suami kita pantas mendapatkannya atau karena itu yang mereka sukai. Namun, karena itulah yang Allah inginkan dari kita sebagai wanita dan sebagai istri.

Namun, sering kali Anda akan mendapati bahwa ketika Anda taat kepada Allah dalam peranan Anda sebagai istri, suami Anda pada gilirannya akan bahagia juga, dan (percaya atau tidak) Anda juga.

Belajar menjadi istri yang baik di mata Allah sungguh bermuara dengan melihat suami Anda melalui mata Allah. Dan, perlakukan ia seperti yang Allah inginkan untuk Anda lakukan, yaitu dengan kasih, hormat, dan penghargaan. (t/N. Risanti)

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Ministry Minded Mom
Alamat situs : https://ministrymindedmom.com/how-to-be-a-good-wife-in-gods-eyes/
Judul asli artikel : How to Be a Good Wife (in God's Eyes)
Penulis artikel : Sarah

Komentar