Skip to main content

Florence Nightingale (1820 -- 1910)

Dua bayi perempuan, Florence dan Parthenope Nightingale, lahir di Eropa pada awal abad ke-19 dan dibesarkan dalam keluarga kaya. Meski terasing dalam kehidupan yang glamor, Florence menemukan tujuan hidupnya dalam merawat orang sakit, memulai perjalanan keperawatan yang revolusioner yang membawa perubahan signifikan di bidang kesehatan selama Perang Crimea dan membuka Sekolah Keperawatan Nightingale di London, yang menandai awal profesi keperawatan modern.

  • Dua bayi perempuan
  • Florence Nightingale
  • pelayanan orang sakit
  • Institute for the Care for Sick Gentle Woman
  • perawat wanita
  • perang Crimea
  • Sekolah Keperawatan Nightingale
  • Dua bayi perempuan dari keluarga Nightingale lahir saat perjalanan keliling Eropa; Parthenope di Napoli dan Florence di 1820.
  • Florence dibesarkan dalam keluarga kaya, namun merasa tergerak untuk melayani orang miskin di sekitar rumahnya.
  • Di usia 24 tahun, Florence menginginkan untuk merawat orang sakit, meski stigma sosial menghalanginya untuk menjadi perawat.
  • Dia terinspirasi oleh dokter dari Amerika yang mendorongnya untuk melakukan kebaikan meskipun tidak biasa bagi wanita terhormat.
  • Florence menjadikan Kaiserworth di Jerman sebagai tujuan pelayanannya untuk pendidikan keperawatan dan pelayanan sosial.
  • Pada 1850, Florence terlibat dengan orang-orang Kristen yang taat yang membantunya dalam misinya.
  • Dia melakukan pekerjaan keperawatan pertamanya di institusi untuk wanita sakit di London, memperkenalkan inovasi dalam perawatan.
  • Pada 1854, dia ditunjuk oleh Sidney Herbert untuk memimpin tim perawat di rumah sakit militer selama Perang Crimea.
  • Florence menghadapi tantangan dalam meyakinkan dokter tentang pentingnya perawat wanita selama perang.
  • Setelah perang, Florence menjadi pahlawan nasional dan mendirikan Sekolah Keperawatan Nightingale pada tahun 1860.
  • Sepanjang hidupnya, Florence terus berusaha melakukan perubahan dalam sistem perawatan kesehatan dan militer.

Dua bayi perempuan dilahirkan di tengah keluarga William (W.E.N) dan Fanny Nightingale dalam suatu perjalanan panjang keliling Eropa. Parthenope, anak pertama, lahir di Napoli, Yunani. Putri kedua diberi nama sesuai dengan nama sebuah kota di Italia, tempat dia dilahirkan pada tanggal 12 Mei 1820: Florence.

Gambar: Florence Nightingale

Florence Nightingale dibesarkan dalam sebuah keluarga kaya yang tinggal di luar kota London, dikelilingi pesta-pesta yang terus berlangsung, sebuah rumah musim panas bernama Lea Hurst, dan tamasya ke Eropa. Tetapi, pada tahun 1837, pada usia tujuh belas tahun, dia menulis di buku hariannya, "Pada tanggal 7 Februari, Tuhan berbicara kepada saya dan memanggil saya untuk melayani-Nya." Tetapi pelayanan apa?

Dia menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- tetapi, saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk-gubuk sekitar Embley, rumah keluarganya.

Pada saat Florence berusia 24 tahun, dia merasa yakin bahwa panggilannya adalah merawat orang sakit. Tetapi pada tahun 1840-an, para gadis Inggris terhormat tidak akan diperbolehkan menjadi perawat. Pada masa itu, perawat tidak melebihi fungsinya sebagai pembantu yang melakukan semua pekerjaan di setiap rumah sakit umum (para orang kaya dirawat di rumah sendiri) dan dianggap sebagai peminum atau pelacur.

Tetapi, Florence yang belum menikah dan masih tinggal bersama orang tuanya, merasa hampir gila karena merasa tidak produktif dan frustrasi. Dia bertanya kepada seorang dokter tamu dari Amerika, Dr. Samuel Howe, "Apakah pantas bagi seorang gadis Inggris mencurahkan hidupnya untuk menjadi seorang perawat?" Dia menjawab, "Di Inggris, semua yang tidak biasa, dianggap tidak layak. Tetapi, bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi atau tidak wajar, bagi seorang wanita terhormat, bila melakukan suatu pekerjaan yang membawa kebaikan bagi orang lain."

Florence sering bertanya-tanya, mengapa gereja Protestan tidak seperti Catholic Sisters of Charity -- suatu jalan bagi para wanita untuk mencurahkan hidupnya dengan melayani orang lain. Dr. Howe menceritakan kepadanya tentang Kaiserworth di Jerman, yang didirikan oleh Pendeta Theodor Fliedner. Tempat itu mempunyai rumah sakit yang dilengkapi ratusan tempat tidur, sekolah perawatan bayi, sebuah penjara berpenghuni dua belas orang, sebuah rumah sakit jiwa untuk para yatim, sekolah untuk melatih para guru, dan sekolah pelatihan untuk para perawat yang disertai ratusan diaken. Setiap kegiatan selalu diikuti dengan doa.

Bahkan, sebelum dia memutuskan untuk pergi, dengan semangat tinggi, Florence menanggapi bahwa Kaiserworth adalah tujuannya.

Tahun 1846, Florence melakukan perjalanan ke Roma bersama teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge. Dalam perjalanan itu, dia bertemu dengan Sidney Herbert dan istrinya, Liz. Mereka adalah orang Kristen yang taat. Kemudian, Sidney Herbert menjabat sebagai menteri perang, sekaligus seorang teman dan pendorong -- semangat bagi Florence Nightingale.

Bulan Juli 1850, saat usainya tiga puluh tahun, Florence pergi ke Kaiserworth, Jerman selama dua minggu. Setahun kemudian, dia pulang ke rumah dan tinggal selama tiga bulan. Dia pulang dengan sikap baru. Sekarang, dia tahu bahwa dirinya harus membebaskan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Florence menyadari bahwa dirinya merasa bersemangat dan sangat bersukacita -- bukan karena status sosial keluarga kaya -- tetapi, saat dia merawat keluarga-keluarga miskin yang hidup di gubuk-gubuk.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Tiga tahun kemudian, dia melaksanakan pekerjaan keperawatannya yang pertama sebagai pengawas di Institute for the Care for Sick Gentle Woman in Distressed Circumstances. Dia memasukkan berbagai pemikiran baru ke dalam institusi itu dan menerapkan beberapa ide yang revolusioner, seperti pipa air panas ke setiap lantai, elevator untuk mengangkut makanan pasien, dan para pasien dapat langsung memanggil para perawat dengan menekan bel. Dia juga menetapkan bahwa institusi tersebut bukan institusi sekte -- institusi tersebut menerima semua pasien dari semua denominasi dan agama. (Komite institusi ini sebelumnya menginginkan agar institusi tersebut hanya menerima jemaat Gereja Inggris saja).

Pada tahun 1854, ketika Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap Rusia untuk menguasai Crimea dan Konstantinopel -- pintu gerbang menuju Timur Tengah -- Sidney Herbert, sebagai Menteri Perang, meminta Florence untuk mengepalai sebuah tim perawat bagi rumah sakit militer di Scutari, Turki. Florence menggunakan kesempatan ini. Dia tiba bersama sebuah tim pilihan yang terdiri dari 38 orang perawat. Hanya 14 orang perawat yang mempunyai pengalaman di lapangan; 24 orang lainnya adalah anggota lembaga keagamaan yang terdiri dari biarawati Katolik Roma, Dissenting Deaconnesses, perawat rumah sakit Protestan, dan beberapa biarawati Anglikan yang berpengalaman di bidang penyakit kolera. Teman-temannya, Charles dan Selina Bracebridge juga turut bersama tim tersebut untuk mendorong semangatnya.

Selama perang berlangsung, Florence menghadapi pertempuran berat untuk meyakinkan para dokter militer bahwa para perawat wanita pun diperlukan di sebuah rumah sakit militer. Perang Crimea telah membongkar sistem kemiliteran Inggris yang ternyata mengirim ribuan prajurit untuk menjemput kematiannya sendiri akibat kekurangan gizi, penyakit, dan diabaikan. Sebanyak 60.000 prajurit Inggris dikirim ke Crimea. Sejumlah 43.000 meninggal, sakit, atau terluka, dan hanya 7.000 yang terluka oleh musuh. Sisanya merupakan korban lumpur, kekacauan, dan penyakit.

Pada saat perang akan berakhir, laporan dan saran Florence Nightingale membuat Inggris seperti dilanda badai. Dia menjadi pahlawan wanita negara tersebut. Pada tahun 1860, Sekolah Keperawatan Nightingale dibuka di London dan kelas pertamanya diikuti lima belas orang murid wanita muda. Sepanjang hidupnya, sebelum dia meninggal saat sedang tidur pada usia sembilan puluh tahun di tahun 1910, dia bekerja tanpa lelah untuk mengadakan perubahan-perubahan di kemiliteran yang berhubungan dengan perawatan kesehatan dan medis. Sebab dia telah bersumpah, "Semua yang terjadi di Crimea, tidak boleh terulang kembali."

Bahan diedit seperlunya dari:

Judul buku : Penabuh Drum di Medan Perang
Judul asli : The Drummer Boy`s Battle
Penulis : Dave dan Neta Jackson
Penerjemah : Lie Ping
Halaman : 179 -- 183
Penerbit : Gospel Press, Batam Center 2004

Download Audio

Tipe Bahan
kategori