Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Hati Bapa

Setiap orang Kristen mempunyai kebutuhan yang berbeda sesuai dengan pertumbuhan rohaninya. Orang Kristen yang dewasa membutuhkan pengenalan akan Allah secara kepenuhan-Nya (Dia yang ada dari mulanya). Orang Kristen yang masih muda membutuhkan pengenalan akan kuasa Roh Kudus dan firman Allah. Tetapi, seorang Kristen anak-anak membutuhkan pengenalan akan Bapa. Banyak orang Kristen yang belum mengenal Allah sebagai Bapa secara utuh, menjadi terhambat pertumbuhan rohaninya, sebab kekristenan yang sehat haruslah didasari oleh pengenalan akan kasih Bapa.

Gambar: hati Bapa

Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang percaya sulit mengenal Allah sebagai Bapa. Mereka lebih mudah mengenal Roh Kudus atau Yesus daripada Allah sebagai Bapa. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Bertahun-tahun saya tidak mengerti akan hal itu, sampai suatu waktu Allah mewahyukan rahasia mengenai hal tersebut. Sebenarnya, maksud Allah menciptakan keluarga ialah agar setiap anak di dalam keluarga dapat mengenal sifat-sifat Allah Bapa melalui hubungan anak-anak dengan ayah mereka. Seorang anak tidak langsung menjadi dewasa, tetapi ia perlu mengalami proses pertumbuhan melalui seorang Bapa. Apakah tujuannya? Tujuannya adalah pengenalan -- mengenal sifat-sifat Bapa. Begitu juga seorang ayah, semakin dia membesarkan dan mengasihi anaknya, semakin pahamlah dia akan kasih Bapa Surgawi. Oleh sebab itulah, setan sangat berambisi menyerang dan merusak gambar bapa-bapa di dalam keluarga, agar anak-anak mereka menjadi rusak karena pengenalan yang salah terhadap Bapa Surgawi. Gambaran kita terhadap Bapa Surgawi menjadi rusak karena kita sering sekali memunyai pengalaman yang buruk dan menyakitkan dari bapa kita di dunia. Banyak orang Kristen yang lebih sulit memanggil Bapa daripada memanggil nama Yesus atau Roh Kudus. Kita sering berpikir bahwa Bapa di surga bersifat seperti bapa kita di dunia ini.

Pernahkah Anda mengalami perlakuan-perlakuan yang tidak adil dan sangat menyakitkan pada masa lalu? Seorang anak kecil, secara tiba-tiba dibangunkan dengan kasar oleh seorang laki-laki mabuk dan tinggi besar. Anak itu belum sadar sepenuhnya ketika sebuah tamparan keras mendarat di kepalanya. "Bangsat! Enak-enak tidur ya ... Pintu kamar belum dikunci!" Betapa kaget, bingung, dan tidak berdayanya anak tersebut terhadap perlakuan seorang laki-laki tinggi besar yang disebut "bapa". Tidaklah heran, apabila kemudian hari kelak, anak itu sulit membayangkan betapa manis dan bijaknya Bapa Surgawi karena sudah ada gambar yang keliru. Ia menganggap Bapa Surgawi sama dengan bapanya yang di rumah. Apakah Allah tinggal diam? Allah berfirman, bahwa Dia akan bertindak untuk memulihkan gambar-gambar yang telah rusak itu. "... untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang durhaka kepada pikiran orang-orang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya." (Lukas 1:17) Sungguh Allah tidak akan membiarkan dirimu terus disiksa oleh kehausan akan kasih Bapa, Ia berjanji akan membuat hati Bapa berbalik kepada anak-anak-Nya. Tahukah Anda, bahwa semua perlakuan yang menyakitkan dirimu, itu juga menyakitkan Bapa Surgawi. Bapa sangat merindukan dirimu. Bapa sangat tersiksa apabila Anda disiksa.

Suatu hari saya membaca koran tentang suatu peristiwa yang sangat memilukan hati. Ada seorang ayah yang panik saat rumahnya terbakar. Ia menggendong kedua anaknya, yang seorang di tangan kiri dan yang lain di sebelah kanan. Ia tampak berjuang mati-matian untuk keluar dari sergapan api yang menyala itu. Tanpa disengaja, tangan kanannya terkena api. Secara refleks, ia mengebaskan tangannya karena kepanasan. Kontan anak tersebut terjatuh dari loteng dan mendarat tepat di atas api yang menyala-nyala. Anak tersebut menangis sambil menjerit tak berdaya. Matanya memandang penuh harapan agar bapanya dapat menolongnya. Apa daya? Betapa hancur hati ayah tersebut. Ia harus keluar segera karena rumah segera runtuh dan anak di tangan kiri yang masih bayi perlu diselamatkan. Terpaksa ia meninggalkan anaknya dengan hati tersayat-sayat. Sampai di luar rumah ia masih mendengar jeritan dan teriakan minta tolong dari sang anak. "Papa... tolong, Papa... tolong." Akhirnya, suara tersebut melemah dan berhenti. Anaknya telah mati. Setiap orang yang membaca kisah ini terutama seorang ayah, pasti hancur hati dan menangis. Sesudah saya membaca kisah tersebut, Bapa di surga berfirman kepada saya, "Nak, demikian juga Aku... Hatiku lebih sakit lagi apabila seseorang melukai anak-Ku." Yakinlah bahwa Bapa sangat mengasihi engkau!

Bapa di surga tidak melihat kesalahan tetapi Ia melihat motivasi kita. Percayalah, Dia sangat mengasihi kita, Dia ingin kita mempunyai hati yang seperti Dia.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Marilah kita mengenal hati Bapa. Dia adalah pribadi yang dapat kita percayai. Kita aman di dalam naungan-Nya. Apakah hati Bapa itu? Hati Bapa selalu ingin menghargai dan memerhatikan kita. Tidak seperti beberapa bapa di dunia ini yang jarang memberikan perhatian kepada anak-anaknya. Saya sering sekali melayani gadis-gadis yang luar biasa haus akan kasih sayang laki-laki. Mereka mudah "jatuh cinta" kepada laki-laki yang memunyai figur kebapakan. Mengapa? Bapa mereka jarang menatap mata mereka. Mereka jarang dielus-elus dan dijamah oleh tangan bapa mereka. Sering sekali bapa kita tidak mengajar kita dengan pengertian, tetapi dengan pukulan-pukulan yang sangat menyakitkan hati kita. Tidak demikian Bapa kita, Ia mengajar kita dengan mata-Nya. "Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kau tempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu." (Mazmur 32:8) Bapa memerhatikan kita setiap saat. Seorang teman saya bekerja begitu keras dari pagi sampai malam. Ia berusaha mencapai keberhasilan hanya untuk diperlihatkan kepada bapanya dan berharap mendapatkan pujian darinya. Mengapa? Sebab bapanya sangat sulit mengeluarkan kata-kata pujian kepada anaknya. Ia haus akan pujian. Bagaimana dengan Bapa kita? Ia dapat menerima engkau dan mengasihi engkau, tanpa engkau harus berbuat sesuatu terlebih dahulu.

Teman saya, Douglas Easterday, membeli mobil baru dengan uang tabungannya. Bersama anak lelakinya yang berusia 10 tahun, ia memelihara dan mencuci mobil itu hampir setiap hari. Suatu hari, sang anak melihat ayahnya sangat sibuk. Dengan hati bangga, ia berinisiatif untuk membantu orang tuanya. Dengan gesit ia pergi ke kamar mandi mencari ember dan kain. Ia tidak dapat menemukan kain yang biasa dipakai bapanya untuk mencuci mobil. Akhirnya, sampailah ia ke dapur dan menemukan sabut besi yang biasa dipakai ibunya mencuci panci. Ia berpikir bahwa panci saja bersih apabila dicuci dengan sabut besi, apalagi mobil! Dengan sabut itulah ia mencuci mobil. Ia begitu rajin menggosokkan sampai seluruh bagian mobil tersebut telah rata digosok. Betapa kagetnya tatkala ia melihat bahwa mobil tersebut telah penuh dengan goresan-goresan. Ia takut sekali dan merasa bersalah. Dengan wajah pucat pasi ia melapor kepada bapanya. Tentu saja teman saya sangat terkejut waktu mendengar laporan itu. Sewaktu ia ingin mencari "hukuman" apa yang cocok untuk anaknya, tiba-tiba Bapa di surga berkata, "Hambaku, janganlah engkau menghukum anakmu, ia memunyai motivasi yang benar, tetapi ia belum mengerti cara yang benar." Teman saya memeluk anak itu dan berkata: "Anakku, Papa tahu hatimu, engkau ingin menolong Papa, tidak apa-apa anakku." Bapa di surga tidak melihat kesalahan tetapi Ia melihat motivasi kita. Percayalah, Dia sangat mengasihi kita, Dia ingin kita memunyai hati yang seperti Dia. Saat ini, terimalah hati Bapa di dalam hatimu, engkau akan sembuh dan dipulihkan.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah : Bangkit, Edisi 1992 -- 1993
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan Pelayanan Bersama Indonesia, Jakarta
Halaman : 26 -- 29

Download Audio

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar