Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Adopsi Anak dan Dampaknya
Para ahli lebih banyak yang menyarankan kepada orang tua angkat untuk menjelaskan status adopsi anaknya, supaya baik orang tua dan anak memunyai rasa aman dan nyaman dalam menghadapi kawan-kawan orang tua dan anak adopsi yang sering mempertanyakan status anak. Rasa ingin tahu anak adopsi dapat menjadi "tanda" bagi orang tua untuk siap-siap memberi informasi tentang status adopsi. Orang tua perlu menjawab pertanyaan: "Aku ini berasal dari mana? Meliputi diskusi tentang kelahirannya, proses reproduksi, dan adopsinya.
Jika anak adopsi Anda tidak bertanya, Anda dapat menciptakan sendiri sebuah topik, menggali apa dipikirkan anak dan apa yang anak ingin tahu? Lebih baik berespon terhadap pertanyaan, dibandingkan membanjiri anak dengan informasi. Ronny Diamond adalah Direktur Spence Chapin Adoption Resource Center (https://www.parents.com/family-life/adoption/parenting/talking-to-kids-about-adoption/), memberi tipsnya melandaskan usia anak, sebagai berikut.
KANAK-KANAK (1-4 TAHUN)
Kanak-kanak adalah seorang pemikir pemula, dan pola pikirannya sangat harfiah. Mereka belum memunyai kapasitas mental untuk berpikir logis atau yang dapat melihat hubungan sebab akibat. Cara berpikirnya masih egosentris, dalam arti melihat sesuatu hanya berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Saat ini, saat untuk mulai dengan cerita adopsi. Anak-anak biasanya suka cerita adopsinya, jika mereka sebagai pusat perhatian, dan juga menceritakan bagaimana mereka dapat masuk dalam keluarga Anda. Arti adopsi belum sungguh-sungguh tertanam dalam usia ini. Berikut ini, contoh cerita dasar tentang adopsi yang dapat diceritakan kepada anak.
Ia dilahirkan dengan cara yang sama seperti anak lain dalam dunia.
Ia tumbuh dalam perempuan lain, tetapi perempuan itu tidak siap atau mampu untuk menjadi ibu bayi itu pada waktu itu.
Anda sangat ingin menjadi orang tua.
Anda mengadopsinya dan ia dijadikan anak Anda selama-lamanya.
Anda tidak boleh melupakan untuk bercerita tentang saat-saat kelahirannya, seperti saat-saat mengadopsinya, merupakan kejadian yang sangat mengagumkan. Dengan demikian, ia akan mendengar kegembiraan Anda yang meluap-luap menanti kehadirannya di dunia dan dalam keluarga Anda. Tugas utama dalam keluarga yang mengadopsi anak adalah cerita dan cerita lagi tentang proses adopsi. Anak pada masa ini, memerlukan pengulangan cerita untuk memahami konsep-konsep baru dan menyeluruh. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua sering menganggap bahwa anaknya hanya cukup sekali mendengarkan cerita tentang adopsi dan orang tua menganggap tidak mungkin anak diajak berdialog terus menerus.
Sebaiknya orang tua tidak berharap bahwa anak dapat mengerti hanya dengan satu atau dua kali diskusi. Perbincangan tentang adopsi merupakan proses yang abadi. Ada sebuah cerita tentang anak adopsi ditinjau dari sudut pandang orang tua, khususnya ibu, yaitu Mary Chavoustie (Chicken Soup in the Soul, Daily Inspirations for Women, 2005), yang menceritakan bahwa Mary rajin mencari informasi mengenai jawaban yang tepat yang disesuaikan dengan tahap perkembangan usia anak, jika anak bertanya tentang statusnya. Suatu malam, ketika Mary menyiapkan makan malam, anak adopsinya (3 tahun) memanggilnya sambil menahan tetesan air mata, "Mama, Sarah berkata kalau engkau bukan mamaku sesungguhnya atau senyatanya. Dia pasti salah. Bukankah begitu, ma?" Mary berkata dengan pelan, "Sentuhlah tangan mama." Mary bertanya, "Apakah mama nyata bagi kamu?" "Ya, mama nyata!" Dia berkata sambil tersenyum gembira. Kemudian Mary berkata, "Mama adalah mamamu yang sesungguhnya, dan cinta mama kepada kamu, adalah nyata atau sungguh-sungguh."
MASA ANAK ANAK SEKOLAH (5-11 TAHUN)
Sekitar usia 6 atau 7 tahun, anak yang diadopsi mulai dapat mendiferensiasikan atau melihat perbedaan berbagai cara untuk membentuk sebuah keluarga. Sekarang, anak dapat mengerti bahwa banyak anak bergabung dalam keluarganya karena dilahirkan dalam keluarga itu, sementara yang lain menjadi anggota keluarga justru setelah dilahirkan, dan ini yang disebut adopsi. Konsep tentang orang tua menjadi lebih jelas pada usia ini, yaitu terdapat dua set konsep tentang orang tua yaitu, orang tua yang melahirkan anak dan orang tua yang membesarkan anak.
Menurut penelitian David Brodzinsky, anak-anak berusia 6-8 tahun yakin bahwa anak adopsi hampir sama dengan anak yang bukan adopsi yaitu cerdas, bahagia, populer, dan memunyai rasa percaya diri. Bagaimanapun, setelah mereka mencapai usia 10-12 tahun, anak adopsi mulai mengenali bahwa ada beberapa aspek adopsi yang sulit dan membingungkan, seperti perasaan kehilangan dan merasa berbeda dengan yang lain. Terutama anak adopsi yang memunyai warna kulit yang berbeda dengan orang tua angkatnya. Walaupun berusaha untuk memandang adopsi secara positif, anak-anak pada usia ini lebih sering mengalami perasaan yang bercampur antara marah dan sedih sejalan dengan meningkatkan ketidakpastian tentang diri mereka.
Selama masa ini, anak adopsi mulai bergejolak untuk memahami lingkungan tempat mereka lahir, dan berpikir tidak ada pilihan untuk menjadi anak dari ibu biologisnya. Pertanyaan penolakan mereka adalah, "Mengapa?" Jika ia (ibunya biologis) tidak memunyai uang yang cukup, mengapa ia tidak mencari pekerjaan? Jika ia berpikir bahwa anak tidak dapat diasuh dengan orang tua tunggal, mengapa ia tidak menikah? Jika ia tidak tahu cara menjadi seorang ibu, mengapa ia tidak minta seseorang untuk mengajarinya? Problem kompleks yang muncul adalah anak adopsi berusaha untuk memahami keputusan ibu biologisnya menyerahkannya ke panti asuhan atau orang tua angkatnya. Anak-anak adopsi pada usia ini berdukacita karena orang tua dan keluarganya yang tidak pernah diketahuinya, sementara orang tua angkat mungkin berdukacita, karena anak biologisnya yang tidak pernah mereka ketahui kedatangannya.
Sebagai orang tua angkat, Anda perlu menolong anak untuk memahami bahwa kesedihan adalah bagian dari kisah adopsinya seperti juga kebahagiaan, dan wajar kalau merasakan keduanya. Anak mengatasi perasaan-perasaan ini dengan berbagai cara:
- Beberapa anak terbuka dan berbicara tentang perasaannya.
- Beberapa anak menutupi dan menghindarinya.
- Beberapa anak marah dan mengacau.
- Beberapa anak berpikir bahwa adopsi bukanlah masalah besar.
Hal yang sangat penting adalah tetap menjalin dialog terbuka dengan anak, sehingga Anda dapat memahami bagaimana anak melihat proses adopsi ini, dan Anda dapat memberi alternatif jawaban, jika anak memunyai konsep yang salah. Hanya perbincangan mengenai adopsi berubah sepanjang waktu, berbicara dengan anak tentang adopsi mesti selalu berubah sesuai dengan tahap perkembangan fisik, emosi, dan kematangan intelektual mereka.
MASA PRA REMAJA DAN REMAJA (12-18 TAHUN)
Anak-anak yang telah memasuki usia remaja, mereka mulai mandiri dan menjaga jarak dengan orang tua dalam usahanya untuk membentuk identitas dirinya sendiri, apakah ia anak adopsi atau bukan? Jika anak kurang memperoleh informasi, tugas pembentukan identitas makin kompleks. Orang tua perlu membantu remajanya melalui proses ini dengan memahami keperluan mereka terhadap informasi, menolong mereka memperolehnya, dan memberi kesempatan mereka untuk bereksplorasi. Sementara bagian alamiah terjadi dalam proses individualisasi, eksplorasi ini biasanya memunculkan konflik dalam keluarga. Hal yang paling penting adalah menjaga saluran komunikasi yang terbuka. Dengan memperhatikan penjelasan tentang cara-cara memberi penjelasan tentang adopsi kepada anak adopsi sesuai dengan perkembangan usia mereka, maka dapat dipelajari bahwa tidak ada cara yang paling tepat dalam membicarakan adopsi.
Apa yang penting adalah mendengarkan apa yang anak Anda katakan, mengikuti perasaannya, dan Anda selalu siap menolong ketika anak Anda menghadapi tantangan. Proses membina hubungan yang menyenangkan dengan anak adopsi selalunya Anda lakukan sejak anak tersebut hadir dalam kehidupan keluarga Anda. Selamat menikmati kebersamaan Anda dengan anak adopsi Anda. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Diambil dari: | ||
Judul tabloid | : | Keluarga, Edisi 40, Tahun II -- 2008 |
Judul artikel | : | Adopsi Anak dan Dampaknya |
Penulis | : | Dra. Srisiuni Sugoto, M.Si |
Penerbit | : | PT. Anugerah Panca Media, Surabaya |
Halaman | : | 24 |
Komentar