Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Bagaimana Menjadi Pendengar yang Lebih Baik Lagi

Pernahkah Anda memerhatikan tatapan kosong dalam mata seseorang ketika Anda mulai berbicara? Mungkin Anda merasa bahwa Anda memunyai sesuatu yang penting untuk disampaikan, atau mungkin ingin memberitahukan sesuatu yang berarti bagi Anda. Tetapi, Anda segera mempersingkat percakapan dan memutuskan untuk tidak mencobanya lagi dengan orang tersebut karena Anda dapat melihat dari tatapannya bahwa ia sama sekali tidak berminat mendengar Anda.

Kita semua pernah mengalami hal seperti ini, yaitu menyadari bahwa teman bicara kita tidak mendengarkan apa yang sedang kita katakan. Kita pasti merasa sangat kecewa dengan keadaan itu, atau betapa patah semangat kita untuk menceritakan apa saja kepada orang seperti itu, setidaknya pada waktu itu. Seandainya hal yang sama terjadi berulang-ulang, kita tentu kehilangan minat untuk bercakap-cakap dengan orang tersebut.

Berfokus pada Hal-Hal yang Negatif

Pada suatu hari, seorang wanita cantik berusia 30-an datang kepada saya untuk berkonsultasi. Pada awal sesi konsultasi, ia berkata, "Saya telah berada di sini selama beberapa waktu dan Anda telah mendengar saya berbicara. Apa penilaian Anda tentang saya?"

"Misalnya dalam hal apa?" tanya saya.

"Ya, dalam cara saya berbicara. Bukankah saya seorang yang membosankan?"

"Tidak," jawab saya. "Anda tidak membosankan. Apa sebabnya Anda bertanya demikian?"

"Saya tahu bahwa memang pekerjaan Anda adalah mendengarkan," ia mengalihkan percakapan, "dan Anda telah melakukannya dengan baik sekali. Tetapi, bukankah Anda merasa bosan dan bukankah Anda senang bila sesi ini berakhir?"

"Tidak," kata saya dengan tegas. "Tetapi kadang-kadang, Anda membuat saya frustrasi karena Anda tetap mempertahankan pandangan yang negatif menguasai pikiran Anda. Tampaknya, Anda sudah memutuskan untuk memercayai hal-hal yang negatif tentang diri Anda."

"Kalau begitu," jawabnya, "saya sekarang menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dengan diri saya. Cara saya berbicara. Orang-orang tampaknya tidak tertarik. Pada saat saya membuka mulut dan mulai berbicara, saya melihat wajah-wajah mereka berubah: dari ekspresi gembira berubah menjadi tatapan yang kosong. Itu pasti karena nada suara saya. Saya ingin Anda memberi tahu saya yang sebenarnya. Saya sama sekali tidak memunyai teman!" Pernyataannya ini diakhiri dengan isak yang tersendat-sendat.

Saya melihat bahwa wanita ini bukannya sulit untuk didengarkan, melainkan ia memang mengatakan bahwa ketika ia tidak sedang berbicara tentang dirinya sendiri, pikirannya menjadi kosong. Ia tidak bisa memikirkan hal lain untuk diucapkan. Oleh karena itu, yang keluar dari mulutnya adalah sesuatu yang tidak berarti atau dangkal. Ia memberi tahu saya bahwa ketika masih kecil, ia tidak diberi kesempatan untuk berbicara atau bahkan untuk berpikir. Tidaklah mengherankan jika ia memiliki perasaan-perasaan yang negatif tentang kemampuannya bercakap-cakap.

Mendengarkan Tidak Selalu Mudah

Ada orang-orang tertentu yang memang sulit untuk didengar. Misalnya, orang-orang yang berbicara dengan nada datar dan terus-menerus bicara, sehingga tidak ada kesempatan bagi orang lain untuk bicara. Hal itu dapat menyebabkan orang merasa tidak sabar dan jengkel. Jenis lain dari orang yang sulit didengarkan adalah orang yang kurang suka humor. Segala sesuatu yang dibicarakannya adalah hal-hal yang serius dan sangat berat. Tentu saja, hal ini membosankan. Kemudian, ada orang yang dalam pembicaraannya selalu menyalahkan segala sesuatu: negara kita, presiden kita, pemerintah kita, kota kita, dsb.. Kita juga tahu jenis orang yang suka mengambil alih percakapan. Orang seperti itu dapat menjadi orang-orang yang membosankan untuk didengarkan, dan mungkin kita ingin melarikan diri darinya.

Namun demikian, bukankah kita yang menyebut diri Kristen seharusnya rela mengembangkan kebiasaan mendengarkan yang baik, sekalipun dengan orang-orang yang cenderung menjengkelkan atau membosankan? Memang sifat manusiawi kita yang egois cenderung menghindar dari suasana yang demikian. Tetapi, bagi mereka, terutama para pembicara yang buruk, sangat penting untuk merasa sungguh-sungguh didengarkan.

Apa Artinya Menjadi Pendengar yang Baik

Mendengarkan lebih dari sekadar mendaftarkan ke dalam kepala kita apa yang sedang disampaikan. Saya ingat suatu kejadian yang menjelaskan hal ini. Saya berkata kepada seorang teman, "Hai, saya mencetak skor 118 dalam permainan bowling." Teman saya tidak melihat kepada saya atau memberi respons atas pernyataan saya, tetapi sebaliknya ia membuat komentar atau mengucapkan sesuatu yang lain. Saya berkata, "Hai, dengar tidak yang saya katakan?" Ia menjawab seenaknya, "Ya, saya dengar. Kamu mencetak skor 118 dalam permainan bowling." Saya berkata lagi, "Tetapi kamu tidak bereaksi. Sebenarnya, saya berharap kamu akan berteriak atau mengatakan sesuatu. Itu prestasi yang baik bagi saya." (Saya adalah pemain bowling yang sangat jelek dan kalaupun saya pernah mencetak skor yang baik dengan susah payah, itu pun tidak sampai 100). Tampaknya, ia mulai mengerti apa yang saya harapkan. Kini, ia berusaha menggantikan sikapnya yang kurang memerhatikan dengan tertawa dan memberi selamat atas prestasi bowling yang saya peroleh. Ia telah "mendaftarkan" apa yang saya katakan; tetapi ia bukan pendengar yang baik. Pendengar yang baik memberi respons dengan cara yang sedemikian rupa, sehingga Anda merasakan perhatian mereka. Hal itu terungkap dalam ekspresi wajah mereka. Anda mendengarnya melalui kata-kata yang mereka ucapkan, pertanyaan-pertanyaan membesarkan hati yang mereka ajukan, dan rasa simpati yang mereka ungkapkan.

Apa Hasil dari Mendengarkan dengan Benar?

Sungguh menakjubkan bagaimana seorang pendengar yang baik dapat menolong membebaskan orang. Cara itu juga mendorong mereka berbicara. Mereka merasa diterima dan dihargai: mereka sendiri mungkin terheran-heran dengan keterbukaan mereka dan bagaimana kata-kata mereka mulai mengalir dengan bebasnya. Kebosanan menjadi surut. Suara mereka menjadi lebih hidup. Mereka menjadi tertarik untuk didengar! Orang yang tidak suka humor, sekarang mendapati diri mereka suka humor. Orang yang negatif menyadari bahwa ternyata ada juga hal-hal positif tentang dirinya. Banyak orang yang saya temui benar-benar membutuhkan seseorang yang mau menjadi teman yang baik, yang mendengarkan mereka.

Dalam pekerjaan saya sebagai seorang psikolog dan penasihat pernikahan, saya menemukan bahwa banyak pasangan yang sudah menikah mengalami kesulitan di bidang ini. Mereka mengeluh karena kurangnya komunikasi. Namun sebenarnya, yang mereka maksudkan adalah kurangnya kemampuan untuk mendengarkan dengan baik -- pengetahuan bagaimana mendengarkan atau keinginan untuk mendengarkan. Maria, misalnya, dengan perasaan terluka mengungkapkan kekurangan ini dalam pernikahannya, "Billy tidak mau mendengarkan saya. Saya mengatakan sesuatu, tetapi ia hanya duduk diam. Ia tidak memberikan respons. Saya tidak menikmati saat keluar makan malam bersamanya, sebab sepanjang waktu makan tersebut hanya saya yang aktif membuka pembicaraan". Billy memang seorang yang tenang. Meski demikian, ia dapat belajar menjadi seorang pendengar yang baik. Saya ingat seorang wanita yang diceritakan oleh seorang kenalan. "Wah, kamu seorang teman yang menyenangkan untuk mengobrol!" Tetapi ia menjawab, "Saya sebenarnya tidak menyumbangkan apa-apa. Yang saya lakukan hanyalah mendengarkan!"

Mendengarkan Berarti Peduli

Mengapa penting sekali menjadi pendengar yang baik, terutama bagi pasangan kita? Hal ini menunjukkan bahwa Anda benar-benar peduli pada mereka. Ini berarti Anda memberikan diri Anda kepadanya. Ini juga membuat mereka merasa dihargai dan dihormati. Mereka merasa diterima dan betapa senangnya kalau kita diterima! Ini dapat mempererat hubungan suami istri dan membuat kehidupan ini sangat berarti dan indah, seperti yang direncanakan Allah dari semula. Hal ini memperagakan kasih Kristus dan bahkan menarik kita lebih dekat kepada-Nya. Mendengarkan itu memulihkan gairah, juga mempertinggi kehidupan kita secara luar biasa. Jika kita mengasihi seseorang, bukankah kita tidak berkeberatan untuk melakukan hal ini bagi mereka?

Bagaimana Anda Dapat Memperbaiki Kemampuan Mendengarkan?

Bagaimana caranya seorang pendengar yang buruk atau biasa-biasa saja dapat menjadi pendengar yang baik? Bagaimana seorang pendengar yang baik dapat memperbaiki dirinya di bidang ini? Saya pernah menyombongkan diri sebagai seorang pendengar yang agak lumayan. Kemudian, selama mengikuti sebuah seminar di The American Psychological Association Convention (Konvensi Asosiasi Psikologi Amerika) beberapa tahun yang lalu, saya baru menyadari betapa saya perlu memperbaiki kemampuan mendengarkan. Sesi yang berbicara kepada saya adalah, "The Attributes of Good Listening" (Ciri-ciri Mendengarkan yang Baik). Supaya terlihat lebih keren, para pembicara berbicara secara berlebihan, bahwa hal-hal yang mereka katakan dapat membuat seseorang menjadi pendengar yang baik. Cara itu sungguh menyenangkan, tetapi juga mengesankan. Sesi itu menyadarkan saya akan beberapa bidang di mana saya masih kurang.

Saya Mendengarkan dan Belajar

Sumber perbaikan lain bagi saya adalah "mengadakan penilaian berdasarkan buku seorang teman"; teman ini adalah pendengar terbaik yang pernah saya kenal. Tidak banyak teman yang dapat mendengarkan dengan baik. Dengan teman ini, saya mendapati diri saya benar-benar bebas. Kami mulai membahas hal-hal yang lucu dan menyenangkan sampai hal-hal rohani, kadang-kadang hanya dalam waktu singkat. Waktu berjalan begitu cepat saat kami berbincang bersama. Itu sungguh merupakan saat yang menyenangkan.

Dari berbagai sumber yang telah menolong saya menjadi pendengar yang lebih baik, dari keluhan-keluhan yang telah saya dengar tentang masalah ini, dan dari pengalaman-pengalaman saya sendiri, saya mengumpulkan beberapa gagasan tentang bagaimana kita dapat memperbaiki kebiasaan-kebiasaan mendengarkan kita.

  1. Pandanglah lawan bicara Anda!

  2. Berikanlah umpan balik -- komentar, ajukan pertanyaan, anggukan kepala, katakan "Ya", atau sesuatu yang lain!

  3. Ketika mengajukan sebuah pertanyaan, cobalah memahami pikiran orang tersebut! Jangan alihkan ke topik yang lain!

  4. Usahakanlah untuk ada bersama orang itu secara emosional! Biarlah hal itu tampak di wajah Anda. (Saya memunyai seorang klien yang mengatakan bahwa ia tidak merasa bersama orang itu, jika ia tidak mengingatkan dirinya akan hal itu.)

  5. Perlihatkan antusiasme! Anda dapat melakukan hal ini dengan nada suara Anda; dengan ekspresi wajah Anda; dengan menggerakkan tangan atau anggota badan Anda untuk menyatakan rasa simpati atau sikap Anda.

  6. Janganlah mulai membicarakan pengalaman Anda yang sama karena cara ini dapat mengacaukan percakapan tersebut!

  7. Berilah dia kesempatan untuk menyelesaikan percakapannya! Jika ia menyimpang dari apa yang sedang dibicarakannya karena pertanyaan Anda yang mungkin agak menyimpang (atau hal yang lain), tunjukkanlah minat Anda dengan mengatakan sesuatu seperti, "Hai, jangan biarkan saya terkatung-katung. Coba ceritakan kelanjutan dari cerita kamu tadi." (Bukankah kita pun sering tidak menyelesaikan percakapan kita karena seseorang memotong percakapan kita, dan tidak memberi kesempatan kepada kita untuk menyelesaikannya?)

  8. Jika Anda tidak tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan, cobalah menempatkan diri Anda di posisi orang tersebut dan cobalah mengerti perasaannya. Ungkapkanlah pengertian ini, mungkin akan menghasilkan percakapan yang lebih luas dan menarik.

  9. Ingatlah, Tuhan Yesus selalu mendengarkan orang-orang yang datang kepada-Nya. Ia juga mendengarkan kita, meskipun kita mungkin mengatakan hal-hal yang tidak menarik.

  10. Perhatikanlah betapa seringnya kita membaca kata-kata di dalam Alkitab, "Allah mendengar"; "Telinga-Nya (tertuju) kepada teriak mereka..."; "Ia (Allah) menyendengkan telinga-Nya kepadaku." Bagaimana seandainya Allah terlalu sibuk untuk mendengarkan kita?

Jika kita mengikuti petunjuk-petunjuk ini, saya yakin kita akan mendapati percakapan kita dengan orang lain menjadi semakin menyenangkan, tidak hanya bagi orang lain, tetapi juga bagi diri kita sendiri. Selain itu, kita juga akan mengembangkan suatu kualitas yang akan selalu menjadi kebutuhan yang sangat mendesak saat ini, karena tidak akan pernah cukup jumlah orang yang sungguh-sungguh mendengarkan dengan baik.

Sumber: Jeannette Acrea, Improving the Quality of Your Listening, Nartamore Christian Foundation.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul majalah : Kalam Hidup, Oktober 2007
Penulis : BES
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup
Halaman : 27 -- 31
Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar