Skip to main content

Bahagia Tanpa

Socrates, seorang filsuf Yunani kuno, menekankan bahwa kebahagiaan tidak berasal dari kekayaan, sebagaimana ia menunjukkan kepuasan dengan hidup sederhana dan tidak terpengaruh oleh materi. Rasul Paulus pun menekankan pentingnya rasa cukup dalam kehidupan beriman, memperingatkan bahwa ketamakan bisa menjauhkan kita dari iman. Pertanyaan untuk merenungkan adalah apa yang tetap membuat kita bahagia meski tanpa barang-barang tersebut, yang mencerminkan hubungan kita dengan Tuhan dan kepuasan kita terhadap-Nya.

  • Socrates
  • kekayaan
  • ibadah
  • rasa cukup
  • keinginan daging
  • kepuasan
  • Socrates, filsuf Yunani, percaya bahwa kebijaksanaan menghilangkan obsesi terhadap kekayaan.
  • Ia menemukan kebahagiaan tanpa memiliki banyak barang, berbeda dari dorongan iklan yang mengejar kepuasan melalui materi.
  • Rasul Paulus mengingatkan bahwa ibadah yang disertai rasa cukup membawa keuntungan, dan kita tidak dapat membawa apa pun saat mati.
  • Ketertarikan pada harta benda dapat menjauhkan kita dari iman dan menghasilkan frustrasi.
  • Penting untuk merenungkan hal-hal yang membuat kita bahagia meskipun tidak dimiliki, untuk memperdalam hubungan dengan Tuhan.
  • Kepuasan sejati berasal dari keinginan yang kecil, bukan dari harta yang melimpah.

Bacaan: 1 Timotius 6:6-11

Seorang Filsuf Yunani kuno, yakni Socrates (469 -- 399 SM), percaya bahwa jika Anda sungguh-sungguh bijak, Anda tidak akan terobsesi oleh kekayaan. Untuk mempraktikkan apa yang ia khotbahkan secara ekstrem itu, ia bahkan menolak untuk mengenakan sepatu.

Socrates suka mengunjungi pasar, tetapi ia hanya memandang beraneka ragam pakaian yang dipamerkan dengan penuh kekaguman. Saat seorang teman bertanya mengapa ia demikian terpesona, ia menjawab, "Saya suka pergi ke sana dan menyadari betapa saya bahagia meski tak memiliki banyak hal yang ada di sana."

Bahagia

Sikap di atas bertentangan dengan iklan yang terus-menerus menyerang mata dan telinga kita. Para pemasang iklan menghabiskan jutaan rupiah untuk mengatakan bahwa kita tak akan bahagia bila tidak memiliki produk terbaru mereka.

Rasul Paulus menasihati anak rohaninya, Timotius, demikian, "Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup memberi keuntungan besar. Sebab, kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia, dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah" (1 Timotius 6:6-8). Jika kita terpikat pada harta benda, Paulus memperingatkan, kita bisa melenceng dari iman dan frustrasi karena keinginan daging (ayat 9, 10).

Marilah kita bertanya kepada diri sendiri, "Hal-hal apakah yang meski tidak kumiliki, tetapi tidak mengurangi kebahagiaanku?" Jawaban atas pertanyaan ini akan mengungkapkan banyak tentang hubungan kita dengan Tuhan dan kepuasan kita terhadap Dia.

KEPUASAN BUKAN BERASAL DARI HARTA YANG BERLIMPAH, TETAPI DARI KEINGINAN YANG SEDIKIT.

Diterjemahkan dari:
Nama situs : SABDA.org
Alamat situs : http://sabda.org/publikasi/e-rh/2003/01/24/
Judul asli renungan : Bahagia Tanpa
Penulis renungan : Vernon Grounds
Tanggal akses : 23 Januari 2017
Tipe Bahan
Kolom e-Wanita
kategori