Salib seharusnya tidak menjadi objek pemujaan, melainkan alat untuk mengorbankan sifat egois kita demi kepentingan orang lain, seperti yang diajarkan oleh Yesus. Setiap hari, kita dihadapkan pada pilihan antara kehendak pribadi atau kehendak Kristus, menggambarkan penderitaan kita sebagai bagian dari pengalaman Kristus dalam menguduskan umat-Nya. Dengan mengizinkan salib menyalibkan sifat mementingkan diri kita, kita dapat hidup untuk melayani orang lain.
- salib
- pengorbanan diri
- mementingkan diri sendiri
- tuntutan Kristus
- kehendak Kristus
- penderitaan Kristus
- hidup untuk orang lain
- Salib harus berfungsi untuk mengurangi mementingkan diri sendiri dan memfokuskan pada pelayanan kepada orang lain.
- Menjadikan salib sebagai objek pemujaan bukanlah tujuan yang benar; salib harus menjadi alat untuk pengorbanan diri.
- Pengorbanan diri yang disertai dengan kesombongan bukanlah apa yang dimaksud dengan salib Yesus.
- Kehidupan Kristen melibatkan pengorbanan terus-menerus dan memilih antara kehendak pribadi dan kehendak Kristus.
- Penderitaan yang dialami karena perjuangan melawan sifat mementingkan diri adalah bagian dari mengikuti Kristus.
- Pengorbanan pribadi harus dilakukan untuk kehidupan yang bermanfaat bagi orang lain, merayakan hidup melalui salib Kristus.
- Yesus rela menderita demi umat-Nya, dan kita juga diajak untuk menanggung kehinaan-Nya.
Tuhan, aku tidak akan membuat tanggungan salibku menjadi semacam pemujaan berhala. Salib bertujuan melepaskan aku dari sikap mementingkan dan memikirkan diri sendiri agar berguna bagi orang lain. Akan tetapi, bila aku terus-menerus memusatkan pikiranku pada salibku, aku tidak berguna bagi diriku ataupun orang lain. Oswald Chambers, seorang tokoh Kristen, pernah berkata, "Pengorbanan diri bisa menjadi suatu penyakit." Aku tidak boleh menjadikan salibku sebagai suatu objek pemujaan; aku harus menjadikannya suatu alat penyaliban bagi diriku. Salibku bersaing dengan tuntutan Kristus kepadaku. Salib itu menjadi salib pribadiku bila aku dihadapkan dengan suatu pilihan, yaitu ketika Kristus berkata, "Tinggalkan segala sesuatu yang bisa menyaingi-Ku, lalu ikutlah Aku."
Aku tidak dapat membuat salib bagi diriku sendiri, sebab itu adalah bentuk kemunafikan yang paling buruk. Salib itu ada di sana atau tidak ada sama sekali. Bila aku menyangkal sedikit kesenangan untuk diri sendiri dan aku menjadi sombong karenanya, jelas itu bukan salib yang dibicarakan Yesus.
Aku harus menanggung salibku terus-menerus. Aku tak dapat mati sekali untuk selamanya. Aku harus "mati setiap hari" seperti yang dilakukan Paulus (1 Korintus 15:31). Pada hari ini, yang harus disalibkan dalam hidupku mungkin adalah kesombongan, besok iri hati atau sesuatu yang lain. Sepanjang hidupku dan sepanjang nafsu duniawiku mencari-cari keunggulan diriku, maka aku akan selalu dihadapkan pada pilihan ini: kehendakku atau kehendak Kristus. Dengan demikian, aku tidak pernah bebas dari rasa sakit karena salibku. Sekarang, aku mengerti mengapa Paulus berkata, "Aku ... menggenapkan ... apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat" (Kolose 1:24). Penderitaan salibku adalah penderitaan Kristus yang Ia tanggung bagi orang lain. Hanya, bila aku menderita karena matinya sifat mementingkan diri sendiri, aku dapat hidup (seperti dilakukan Kristus) untuk orang lain. Itulah hidup "megah" yang dinyatakan Paulus dengan gembira, "Tetapi aku sekali-kali tidak mau bermegah, selain dalam salib Tuhan kita Yesus Kristus, sebab olehnya dunia telah disalibkan bagiku" (Galatia 6:14).
Itulah sebabnya, Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. Karena itu, marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya (Ibrani 13:12-13).
Diambil dari: | ||
Nama situs | : | Paskah |
Alamat situs | : | http://paskah.sabda.org/menanggung_salib |
Penulis renungan | : | W. Glyn Evans |