Skip to main content

Orang-Orang Biasa dalam "Hall of Faith"

Surat Nabi Yeremia menegaskan pentingnya menciptakan kesejahteraan kota, meskipun dalam kondisi sulit sebagai orang asing atau tawanan. Transformasi pribadi melalui perjumpaan dengan Tuhan menjadi kunci untuk mempengaruhi masyarakat dan sejarah, seperti yang dicontohkan oleh para pahlawan iman di dalam kitab Ibrani, termasuk individu-individu biasa yang berani mengambil langkah iman. Saatnya bagi generasi sekarang untuk merespons rencana Tuhan dan mewujudkan transformasi, sehingga dapat diakui dalam "Hall of Faith" di surga.

  • Kesejahteraan kota
  • Transformasi
  • Hall of Faith
  • Perubahan hidup
  • Keselamatan
  • Pahlawan iman
  • Nabi Yeremia menginstruksikan umat Israel untuk berdoa dan berusaha untuk kesejahteraan kota tempat mereka tinggal, meskipun dalam keadaan pembuangan.
  • Transformasi pribadi diperlukan agar terjadi transformasi di kota, membutuhkan perjumpaan dengan Tuhan untuk perubahan hidup.
  • Hall of Faith dalam Kitab Ibrani mencatat individu-individu dari latar belakang beragam yang berkontribusi besar dalam sejarah umat manusia.
  • Contoh-contoh transformasi termasuk Rahab yang menyelamatkan intel Israel dan Rut yang setia mendampingi mertuanya, membawa dampak positif dalam sejarah.
  • Petrus, Yohanes, dan Paulus juga mengalami transformasi yang signifikan setelah bertemu dengan Yesus dan mengubah wajah sejarah dunia.
  • Setiap orang diajak untuk merespons rencana Tuhan dan mewujudkan transformasi dalam hidup mereka sendiri.
  • Keinginan untuk nama kita tercatat dalam "Hall of Faith" di surga melambangkan harapan akan kontribusi kita dalam rencana Tuhan.

"Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu aku buang dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." (Yeremia 29:7)

Ayat tersebut merupakan bagian dari surat Nabi Yeremia yang dikirimkan kepada tua-tua, imam-imam, nabi-nabi, dan seluruh rakyat Israel dalam pembuangan di Babel. Hidup sebagai orang asing apalagi sebagai bangsa tawanan memang berat. Perlakuan diskriminatif menjadi hal yang lumrah. Mungkin mereka tidak lagi bebas menyembah Tuhan, harus membayar pajak dalam jumlah besar, atau bahkan kerja paksa tanpa upah. Namun demikian, Tuhan ingin umat-Nya (apa pun status dan kedudukannya), berkarya bagi kesejahteraan kota di mana pun mereka berada. Istilah populernya, Tuhan ingin ada transformasi di kota tersebut.

Tugas tersebut jelas tidak mudah. Sebelum terjadi transformasi di kotanya, pribadi-pribadi warga kota tersebut harus mengalami transformasi lebih dulu. Hal itu tidak mungkin terjadi tanpa perjumpaan pribadi dengan Tuhan sehingga seluruh aspek hidupnya diperbarui, termasuk tujuan hidupnya. Perintah Tuhan tersebut ditujukan kepada seluruh lapisan orang Israel karena siapa pun yang berjumpa dengan Allah, kehidupannya akan berubah dan berdampak bagi kehidupan masyarakatnya. Perubahan (hidup) itulah yang kini lazim dikenal dengan istilah transformasi.

"Hall of Faith"

Kalau kita melihat "Hall of Faith" (ruang para pahlawan iman) dalam Kitab Ibrani 11 -- semacam "Hall of Fame" (ruang kemasyhuran bagi bintang-bintang cemerlang di bidangnya), misalnya di Holywood terdapat nama dan tanda telapak tangan mereka -- kita akan menjumpai sejumlah nama yang memiliki latar belakang atau reputasi kurang sedap. Ada Yakub sang penipu, Rahab si pelacur, Gideon yang penakut, atau Yefta si perampok dan anak haram perempuan sundal. Selain itu, banyak pula yang tidak disebutkan namanya. Mereka yang tidak disebutkan di sini jelas bukan orang sembarangan karena banyak nabi besar pun tidak disebutkan namanya.

Baik nabi-nabi besar, nabi-nabi kecil, maupun hanya orang-orang biasa (ordinary people), mereka semua telah membuat perbedaan besar bagi komunitasnya, bangsanya, bahkan dalam sejarah umat manusia. Itulah sebabnya, mereka dipandang layak masuk ke dalam "Hall of Faith".

Menentukan Sejarah

Rahab bukanlah wanita terhormat. Selain termasuk bangsa kafir, ia juga seorang pelacur. Namun, ketika ia bertemu dengan para pengintai Israel, hidupnya berubah. Ia mengambil langkah iman, sehingga menyelamatkan kedua intel Yosua, yang pada gilirannya berakibat pada keselamatan nyawanya dan nyawa sanak keluarganya. Ia telah mengambil bagian dalam rencana Tuhan dalam sejarah Israel. Hal yang sama juga kita jumpai pada diri perempuan Samaria yang poliandri (memiliki banyak suami) ketika bertemu Yesus di sumur Yakub. Kesaksiannya membawa seluruh kota datang dan percaya kepada Tuhan Yesus (Yohanes 4:29-30,39).

Wanita lain dari bangsa asing yang kafir, yang tak kalah pentingnya dalam sejarah karya penyelamatan ialah Rut. Menantu Naomi ini sudah ditinggal mati suaminya. Namun, dengan setia Rut menemani mertuanya yang telah kehilangan suami dan kedua anaknya. Dalam perjalanan pulang ke bangsanya (Israel), berkali-kali Naomi memaksa Rut kembali ke bangsanya. Rut bukannya tidak memiliki orang tua dan sanak keluarga yang dikasihi di Moab. Namun kecintaannya pada Tuhan yang dikenalnya melalui mertuanya, dan kasih serta tanggung jawabnya kepada mertua yang tinggal sebatang kara membuatnya bersikap tegas, "... Bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku." (Rut 1:16) Langkah iman dan kesetiaan Rut tidak sia-sia. Namanya tercantum dalam silsilah yang menurunkan Juru Selamat (Matius 1:5).

Pada awal sejarah gereja, Yerusalem gempar oleh pewartaan Petrus dan Yohanes, mantan nelayan yang dikenal sebagai orang biasa yang tidak terpelajar (Kisah Para Rasul 4:13). Begitu pula dengan Paulus. Mantan penganiaya jemaat ini mampu "menjungkirbalikkan dunia". Mereka bukan hanya mengalami kebangunan rohani setelah berjumpa dengan Yesus, melainkan juga transformasi pribadi dengan sejumlah tindakan iman, sehingga mengubah wajah dunia saat itu. Mereka adalah pribadi-pribadi yang mengalami transformasi, sehingga berani tampil dan mengambil risiko. Dengan tindakan iman, mereka telah turut menentukan jalannya sejarah dunia.

Seperti halnya para pahlawan iman yang telah melakukan kehendak Allah pada generasinya, sekarang inilah bagian kita untuk mewujudkan transformasi dengan merespons rencana Tuhan atas hidup kita masing-masing. Maka, bila saatnya nanti kita kembali, betapa bahagianya menyaksikan nama kita ada dalam "Hall of Faith" di surga.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul majalah : Bahana, Edisi Mei 2005, Volume 169
Judul asli artikel : Ordinary People dalam Hall of Faith
Penulis : Indayati Oetomo
Penerbit : Yayasan ANDI, Yogyakarta 2005
Halaman : 34
Tipe Bahan
Kolom e-Wanita
kategori