Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Para Ibu dalam Alkitab

Artikel ini adalah pelajaran perbandingan antara dua orang ibu dalam Alkitab. Masing-masing memunyai anak untuk dibesarkan, tetapi pengajaran dan moral yang diajarkan kepada anak-anak mereka mempengaruhi menjadi orang Kristen yang bagaimana mereka nanti. Karena itu sangatlah penting untuk bisa memberikan contoh yang baik untuk anak-anak kita.

Para ibu di dalam Alkitab memberi kita pelajaran yang berharga. Setiap peristiwa yang tercatat sangatlah penting. Mereka membuat kita melihat segala sesuatu dari sudut pandang Tuhan. Jika kita bisa melihat ibu mana yang berbuat baik dan benar di mata Tuhan dan ibu mana yang tidak, maka kita akan tahu apa yang seharusnya kita perbuat dan apa yang seharusnya tidak kita perbuat. Penyelidikan ini memberi kita sekilas pandangan bagaimana dua orang ibu bertindak.

Ibu yang menjadikan anaknya penyembah berhala: Ibu Mikha

Peran ibu

Ibu ini hanya dikenal sebagai ibu Mikha. Mikha dan ibunya adalah orang Israel dari suku Efraim. Mereka hidup pada masa bangsa Israel masih berupa negara muda di Tanah Perjanjian.

Tanpa adanya pemimpin seperti Musa, Yosua, atau tua-tua, yang sudah hidup sejak zaman Keluaran, yang memimpin mereka, "setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangannya sendiri." (Hakim-hakim 17:6).

Kejadiannya dimulai dengan Mikha mengakui sudah mencuri sejumlah besar uang perak dari ibunya. Ia mengakuinya setelah mendengar ibunya mengutuki si pencuri. Ibu Mikha memaafkan dan memohon supaya Tuhan memberkati anaknya. Kemudian ia berkata kepada Mikha, "Aku mau menguduskan uang perak itu bagi TUHAN, aku menyerahkannya kepada anakku untuk dibuat patung pahatan dan patung tuangan." (Hakim-hakim 17:3).

Kita mendapati ibu Mikha memberikan sebagian uang perak itu kepada tukang perak untuk melaksanakan maksudnya. Setelah selesai, berhala itu diletakkan di dalam rumah Mikha. Mikha sangat terpesona.

Mikha membangun sebuah kuil. Ia membuat efod, yaitu pakaian imam. Ia bahkan menambahkan beberapa berhala rumah. Ia menahbiskan salah seorang anaknya laki-laki menjadi imamnya (Hakim-hakim 17:5).

Ketika seorang Lewi datang ke kotanya, Mikha cepat-cepat menjadikan dia imam di rumahnya. Ia sangat gembira. Katanya, "Sekarang, aku tahu bahwa TUHAN berbuat baik kepadaku, sebab ada orang Lewi menjadi imamku." (Hakim-hakim 17:13).

Di permukaan, ibu Mikha melakukan hal yang baik. Ia membuat anaknya berpikir tentang Tuhan dan menjadikannya penyembah yang taat. Sayangnya, ia menjadikannya penyembah berhala.

Ibu ini tidak memiliki pemahaman dasar tentang satu Tuhan yang benar. Walaupun ia tahu bahwa berkat datang dari Tuhan (Hakim-hakim 17:2b), ia tidak tahu bahwa Tuhan tidak ada sangkut pautnya dengan berhala (Keluaran 20:3,23; Imamat 19:4; 26:1; Ulangan 29:16-26). Ia mencampuradukkan keduanya. Anaknya juga mencampur aduk.

Sangat mudah memang untuk mencampur aduk, dan sekarang ini malah jauh lebih mudah daripada dulu. Kalimat "setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri" tampaknya cukup menjelaskan kondisi pada zaman kita hidup sekarang ini.

Akan tetapi, meski tak ada seorang pun di antara kita yang benar-benar membayar seorang pemahat untuk membuatkan satu atau dua berhala untuk anak-anak kita, kita harus menyadari bahwa kalau kita tidak memahami pengajaran Alkitab, kita akan mencampuradukkannya dengan pengajaran dunia.

Tindakan-tindakan kita membawa akibat yang fatal dan kekal bagi mereka. Kita hanya perlu mengingat apa yang terjadi pada Mikha. Ia menjadi seorang penyembah berhala, dan ia menjadikan anaknya seorang penyembah berhala. Akan tetapi, kebobrokan ini tidak berakhir sampai di situ.

Bani Dan, suku tetangga, menemukan benda pahatan yang disembah Mikha dan sangat menginginkannya. Mereka mencurinya dan menyakinkan imamnya untuk bergabung dengan mereka (Hakim-hakim 18:1-31).

Sebagai akibatnya, satu suku bangsa menjadi bobrok dan berdosa terhadap Tuhan. Bahkan kelak akan tiba masanya dalam sejarah Israel ketika orang-orang dari suku lain mengunjungi tempat ini untuk menyembah berhala (1 Raja-raja 12:28-30).

Ibu yang menginginkan anak-anaknya menjadi orang-orang terdekat Yesus: Ibu Yakobus dan Yohanes

Ibu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, hidup di zaman Yesus. Anak-anaknya satu generasi dengan Tuhan kita. Ketiga-tiganya menjadi pengikut Yesus. Malahan, ibu ini adalah salah satu dari perempuan-perempuan yang mencukupi keperluan Tuhan kita. Namanya adalah Salome (Matius 27:56; Markus 15:40-41; Markus 16:1).

Injil Tuhan tentang kerajaan surga sangat mengesankan ibu ini, begitu pula anak-anaknya. Seperti hampir semua orang lain, ia tengah menunggu-nunggu kedatangan Mesias, raja penyelamat, untuk membebaskan tanah yang sekarang disebut Palestina dari kekuasaan Romawi.

Walaupun latar belakang Yesus hanyalah seorang tukang kayu, ibu anak-anak Zebedeus ini menaruh percaya pada Dia. Suatu hari di tahun ketiga penginjilan-Nya, Yesus berjalan ke Yerusalem bersama para pengikut-Nya dan ketika berada di sana, untuk kedua kalinya Ia menubuatkan kematian-Nya (Markus 10:32-34).

Menangkap kesempatan, bersama anak-anaknya ibu ini mendekati Tuhan. Ia berlutut di hadapan Yesus dan mengajukan permohonan khusus. Katanya, "Perintahkanlah supaya kedua anakku boleh duduk dalam Kerajaan-Mu, satu di sebelah kanan-Mu dan satu di sebelah kiri-Mu." (Matius 20:21).

Ibu anak-anak Zebedeus ini punya iman yang besar. Walaupun Yesus sama sekali tidak memperlihatkan kerajaan yang Ia bicarakan, ia sudah melihat cukup banyak mukjizat untuk mengetahui bahwa tak ada yang mustahil bagi Yesus. Segala yang dikatakan Sang Guru pastilah benar.

Ketika Yesus memulai pemerintahan-Nya, ibu ini tahu bahwa ia menginginkan anak-anaknya menjadi orang-orang terdekat-Nya. Sebagaimana Yakobus dan Yohanes sendiri, ia ingin agar mereka duduk tepat di sebelah Sang Raja sehingga mereka bisa "mendapat bagian dalam kemuliaan dan kekuasaan Kristus dan menjadi yang terbesar dalam kerajaan Tuhan."

Tuhan kita mengingatkan mereka pada kenyataan. Lagipula, kerajaan Yesus bukanlah seperti kerajaan dunia. Ia bertanya kepada ibu dan anak, apakah mereka tahu apa yang mereka minta. Dan Ia membetulkan gagasan salah kaprah mereka tentang kebesaran (Matius 20:22-28; Markus 10:38-45).

Meskipun demikian, ibu anak-anak Zebedeus ini tidak tergoyahkan. Ia mempertahankan imannya dan tetap menjadi pengikut setia. Seorang perempuan yang kurang beriman pasti sudah berpaling dari Tuhan.

Tetapi ibu ini bukanlah orang yang tidak mengenal Kitab Suci -- yang kita sebut Perjanjian Lama. Ia adalah seorang murid Firman. Dan jauh sebelum bertemu dengan Anak Allah, Salome sudah mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan pikirannya.

Kita dapat melihat bahwa kasih ini menular pada anak-anaknya. Yohanes adalah contoh yang sempurna. Ia adalah murid Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai penginjilan-Nya. Yohanes Pembaptis, seperti yang mungkin Anda ingat, bukanlah jenis penginjil yang sembarangan, yang tinggal di padang gurun.

Suatu hari, ketika Yesus berada di sekitar tempat Yohanes Pembaptis sedang membaptis, Yohanes dan temannya berinisiatif untuk mengikuti Yesus ke tempat Ia tinggal dan melewatkan hari itu bersama-Nya (Yohanes 1:35-39).

Beberapa bulan kemudian, Yesus datang ke tempat asal Yohanes. Begitu Tuhan memanggil dia dan kakaknya, Yakobus, untuk mengikuti-Nya, mereka langsung meninggalkan segalanya dan pergi mengikuti Dia (Matius 4:21-22; Markus 1:19-20).

Yakobus dan Yohanes mengasihi Yesus. Kadang-kadang, mereka terlalu berlebihan. Pernah Yesus ditolak di suatu desa. Seketika itu juga, anak-anak Zebedeus merasa sangat tersinggung. Mereka mengutip bacaan dari Kitab Suci dan bertanya kepada Yesus apakah mereka perlu menurunkan api dari langit, "seperti yang dilakukan Elia" (Lukas 9:54-56).

Ini bisa membantu kita memahami mengapa Yesus memberikan tempat khusus dalam hati-Nya untuk anak-anak Zebedeus. Mereka adalah anggota "lingkaran terdalam"-Nya dan merupakan dua dari tiga murid yang paling dekat dengan-Nya.

Kapan saja Tuhan tidak ingin sendirian atau tidak ingin berada dalam kumpulan orang banyak, Ia akan mengajak kedua kakak-beradik ini dan seorang rasul lainnya menemani-Nya (Markus 5:37-43; 9:2-13; Matius 26:37-46). Juga ada pengertian di antara para rasul bahwa Yohanes adalah "murid yang dikasihi Yesus" (Yohanes 13:21-25).

Yohanes adalah satu-satunya murid yang tidak meninggalkan Yesus selama masa sengsara-Nya. Sama seperti ibunya, yang menolak untuk meninggalkan Anak Allah selagi Ia menanggung dosa dunia di atas kayu salib, Yohanes tinggal sedekat mungkin dengan Guru, Tuhan, dan Tuannya.

Beberapa tahun kemudian, Yohanes menulis, "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: 'Ibu, inilah anakmu!' Kemudian kepada murid-Nya: 'Inilah ibumu!'" (Yohanes 19:26-27).

Anak-anak Zebedeus ini terus melayani Tuhan, yang telah bangkit, sepanjang hidup mereka. Yakobus adalah rasul pertama yang menjadi martir (Kisah Para Rasul 12:2). Yohanes yang terakhir. Dari antara semua rasul, dialah paling lama melayani Kristus.

"Kita dapat melihat bahwa kasih ini menular pada anak-anaknya. Yohanes adalah contoh yang sempurna. Ia adalah murid Yohanes Pembaptis sebelum Yesus memulai penginjilan-Nya."

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Yohanes menulis lima dari enam puluh kitab dalam Alkitab. Tema tentang kasih ada di mana-mana dalam tulisannya. Dalam Injil Yohanes, ia menulis tentang kasih Allah dan kasih Anak-Nya, Yesus Kristus. Dalam 1, 2, 3 Yohanes, surat-suratnya kepada gereja awal, Yohanes juga menulis tentang kasih di antara saudara-saudara seiman. Dalam Wahyu, Yohanes menceritakan penglihatannya yang memberi kita gambaran tentang sejarah dunia ini.

Semua tulisannya memantulkan sesuatu yang disebut Yesus sebagai hukum yang terutama (Matius 22:34-40). Tulisan-tulisannya membantu kita bahkan sampai pada hari ini dan menarik kita untuk mendekat pada Yesus, sebagaimana mereka menarik semua percaya, sampai pada hari Tuhan datang dengan seluruh kemegahan dan kemuliaan-Nya untuk membalas semua orang sesuai dengan perbuatannya (Wahyu 22:12).

Kedua ibu ini sama-sama punya pengaruh besar terhadap anak-anak mereka. Yang satu memalingkan anaknya jauh dari Tuhan sementara yang lain menarik anaknya dekat kepada Tuhan. Pilihan yang diambil oleh para ibu ini tergantung pada seberapa baik mereka memahami firman Tuhan.

Hal yang sama juga berlaku bagi Anda dan saya. Karena itu, kita harus berusaha sekuat tenaga membaca Alkitab dan memahami firman Tuhan. Jika Anda merasa bahwa penyelidikan ini bermanfaat, kami mengajak Anda untuk menyelidiki ibu-ibu lain dalam Alkitab.

Lakukanlah secara pribadi di rumah atau bersama keluarga, teman, atau kelompok gereja. Anda akan menjadi lebih bijaksana, dan anak-anak Anda akan mendapatkan banyak manfaat.

Renungan

Apakah Anda pernah merenungkan atau belajar dari kesuksesan dan kegagalan orang tua Anda dalam mengajar anak-anak mereka di dalam Tuhan? Pengajaran dan moral apa saja yang dapat Anda berikan kepada anak-anak Anda dalam segala hal yang Anda ucapkan dan lakukan?

Download Audio

Diambil dari:
Judul majalah : Warta Sejati, edisi 48/1 - 2006
Penulis : Susan Estrada
Halaman : 10 -- 14

Taxonomy upgrade extras: