Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Kisah Kaum Perempuan

Pernahkah terbayangkan oleh kita serta bertanya dalam hati bagaimana rasanya menjadi seorang wanita, istri, dan ibu, yang percaya pada Kristus, tetapi berlatar belakang kaum SALAM? Sudah tentu itu akan mengandung bahaya bagi semua anggota keluarga.

Berikut ini adalah kisah kaum wanita yang setiap hari terpaksa menanggung derita karena mempertahankan iman dalam Kristus Yesus. Kehadiran Open Doors di tengah-tengah mereka untuk menguatkan melalui program pemuridan yang telah dirancang secara khusus bagi mereka.

Women to women

Kisah Hosneara: Badai Iman bagi Hosneara

Hosneara Begum, usia 33 tahun, latar belakang SALAM, berkata, "Saya yang pertama percaya kepada Kristus setelah itu suami saya juga menjadi percaya setelah saya memperkenalkan Yesus sebagai jalan keselamatan."

Ia melanjutkan, "Akibat dari komitmen yang kami ambil, keluarga suami saya menolak untuk memberikan rumah dan tanah bagian kami. Orang-orang mulai mengejek kami." Putranya bernama Ahsan Habib, 13 tahun, menderita sakit kantung kemih sejak lahir. Orang-orang itu mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh karena orangtuanya percaya Kristus. "Ada kalanya iman saya menjadi lemah, merasa seperti berada dalam badai iman."

"Kemudian, saya ikut dalam pelatihan dan pemuridan yang diselenggarakan oleh Open Doors. Selama pelatihan, saya menemukan kasih Allah bagi saya dan keluarga saya. Saya mulai memahami gambar diri, betapa berharganya saya di mata-Nya. Tuhan menciptakan saya serupa dan segambar dengan-Nya."

"Hal yang penting, saya juga belajar mengetahui bahwa Allah adalah satu-satunya penyembuh. Hanya Dialah yang bisa menyembuhkan anak saya. Jadi, mulai sekarang kami sekeluarga ingin berbuat baik dan bermurah hati kepada semua orang sehingga mereka dapat melihat Yesus dalam hidup kami. Teruslah berdoa bagi kesembuhan anak saya sehingga melalui hal itu Allah dapat diberitakan dan dimuliakan."

Sahana Aktar: Tidak Diakui oleh Keluarga dan Masyarakat

"Seluruh anggota keluarga rumah tangga saya menjadi pengikut Kristus. Namun, hal itulah yang membuat ketika saya datang ke rumah orangtua saya, mereka menolak dan mengunci semua pintu, tidak mengizinkan saya masuk. Di tempat kami tinggal, ketika anak-anakku bermain, pergi ke sekolah, mereka mengejek kami. Terkadang, orang yang lewat depan rumah kami, mereka melemparkan lumpur ke atap rumah dan membuang sampah di depan rumah kami. Setiap hari, tetangga kami berdiri di depan jendela dan mengeluarkan kata-kata penghinaan terhadap agama Kristen dan Yesus. Tolong doakan kami sekeluarga sehingga tetap berdiri teguh dalam iman kami dan cakap menanggung segala perkara dan memuliakan Tuhan melalui kesetiaan."

Monira Begum (27): Iman yang Tak Tergoyahkan

"Ketika suami saya dan saya menjadi orang Kristen, tetangga-tetangga mulai membenci dan mengkritik kami. Tidak ada lagi yang mau berbicara dengan kami, tidak diundang ke acara sosial. Penduduk desa memblokir jalan dari rumah kami sehingga kami tidak bisa pergi ke mana-mana. Mereka datang bersama kelompok massa dan memaksa kami keluar dari desa; mereka tidak berhasil. Iman kami tetap teguh dan kami percaya Tuhan selalu bersama kami."

Diambil dari:
Judul buletin : Open Doors Frontline Faith
Edisi : Mei - Juni 2016
Penulis artikel : Redaksi Open Doors
Halaman : 6 -- 7
kategori: 

Komentar