Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Konflik dan Perselingkuhan

Konflik dan perselingkuhan merupakan masalah yang selalu menjadi sorotan dalam pernikahan, yang dapat menyebabkan hancurnya rumah tangga. Kenyataan ini tidak saja tampak dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi juga terjadi pada pasangan yang usia pernikahannya sudah lama. Konflik dan perselingkuhan menjadi tantangan kehidupan dalam pernikahan. Mengapa demikian?

Gambar: konflik rumah tangga

Konflik merupakan masalah yang dapat menyebabkan pertengkaran, perselisihan, atau benturan di antara kedua belah pihak. Jika konflik tidak diatasi sedini mungkin dengan disertai solusi yang baik, maka akan menimbulkan masalah yang jauh lebih buruk dari sebelumnya. Terjadinya konflik masalah rumah tanggadalam rumah tangga merupakan suatu hal yang wajar, dan setiap pasangan suami istri harus memahami dan mengerti faktor penyebab dari konflik tersebut.

Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab konflik.

1. Perbedaan Latar Belakang

a. Pendidikan

Perbedaan tingkat pendidikan dapat memicu terjadinya konflik atau masalah dalam pernikahan. Perbedaan tingkat pendidikan, dapat menjadi masalah jika pasangan suami istri tidak memiliki pemahaman yang benar dan tujuan pernikahan berdasarkan firman Tuhan. Pernikahan bukanlah masalah tingkat pendidikan, tetapi masalah tujuan dan peranan. Mungkin seorang istri memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari suaminya atau istri memiliki penghasilan yang lebih baik dibanding suaminya, sehingga bisa terjadi sikap mendominasi atau sebaliknya suami merasa minder (lebih rendah dari istrinya).

b. Status Sosial

Perbedaan status sosial pada umumnya terjadi dalam pernikahan golongan tertentu. Seperti pernikahan dalam golongan keluarga kaya atau keluarga yang masih mengakui tingkat-tingkat keturunan (strata). Seorang suami mungkin berasal dari keluarga kaya dan istri dari keluarga yang tidak punya. Jika pasangan suami istri tidak menciptakan suasana yang baik dan saling mengerti, maka konflik akan timbul, sama seperti pada konflik perbedaan pendidikan.

c. Kegemaran

Perbedaan kegemaran pun dapat memicu terjadinya konflik dalam pernikahan, bukan saja pada pasangan muda tetapi juga sering terjadi pada pasangan yang sudah lama menikah. Kegemaran merupakan suatu kesenangan yang ada dalam kehidupan seseorang, tetapi apabila kegemaran ini tidak disertai dengan penguasaan diri dan keseimbangan, maka akan menciptakan masalah, bukan saja pada pasangan suami istri, juga pada diri orang itu sendiri.

d. Adat Istiadat

Adat istiadat tiap-tiap suku memiliki ciri khas tertentu, dan secara tidak langsung adat istiadat ikut membentuk pribadi setiap orang yang bertumbuh di dalamnya. Karena adanya ciri khas tertentu dari setiap suku, maka ada perbedaan dalam pola kehidupan, sehingga itu pun akan terbawa dalam kehidupan pernikahan.

2. Perbedaan Kepribadian

Terjadinya konflik dalam pernikahan tidak hanya disebabkan oleh perbedaan latar belakang, tetapi juga perbedaan kepribadian dari suami istri. Membangun sebuah rumah tangga penuh dengan tantangan, termasuk tantangan yang ditimbulkan akibat perbedaan kedua belah pihak. Pada prinsipnya, dalam mencari pasangan hidup jangan mencari pasangan yang cocok karena setiap manusia diciptakan berbeda, tetapi belajarlah mencocokkan diri dengan pasangan sehingga saling melengkapi. Perbedaan pada kepribadian akan menimbulkan konflik jika prinsip saling menerima dan mengimbangi tidak diadopsi oleh suami istri. Perbedaan kepribadian adalah gaya pribadi (dominan, intim, stabil, cermat), tipe pribadi (sanguin, plegmatik, melankolik, kolerik).

Pada prinsipnya, dalam mencari pasangan hidup jangan mencari pasangan yang cocok karena setiap manusia diciptakan berbeda, tetapi belajarlah mencocokkan diri dengan pasangan sehingga saling melengkapi.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Pernikahan adalah perpaduan emosi dua pribadi yang saling melengkapi, meskipun keduanya berbeda dan tetap memegang teguh jati diri masing-masing. Namun, mereka adalah satu kesatuan yang pada prinsipnya tertulis dalam Kejadian 2:24, yaitu "Satu daging". Jika ada konflik dalam hubungan suami istri, hal utama yang harus dilakukan adalah mencari akar penyebab konflik itu, misalnya ketidakmampuan untuk menerima orang lain seperti apa adanya, tidak mau mengampuni, kurangnya pengorbanan bagi pihak yang lain, dsb.. Sebenarnya, ini hanya masalah egoisme yang ada pada seseorang, sehingga muncul masalah-masalah tersebut. Solusi utama bagi pasangan suami istri dalam menyelesaikan semua ini, yaitu naikkan doa syafaat bagi pasangan Anda, memuji Allah untuk apa yang akan Dia kerjakan, dan belajarlah untuk saling menerima. Jika mungkin, ajaklah pasangan Anda untuk berdoa bersama, karena jika kita sepakat meminta sesuatu maka Allah akan mengabulkannya (Matius 18:19).

Pernikahan bukanlah perjalanan hidup yang mudah, apalagi bagi pasangan anak-anak Tuhan. Ini suatu perjuangan karena di tengah masyarakat kita diperhadapkan dengan berbagai tantangan dan godaan. Di mana pun kita berada, kita dituntut untuk tetap setia pada pasangan. Jika salah satu pasangan tidak menjaga kesucian hubungan, maka hal itu akan menjadi jalan masuk bagi iblis untuk terus merongrong kehidupan kita. Oleh karena itu, suami atau istri harus selalu mendoakan pasangannya (saling mendoakan). Jika pasanganmu yang menyakiti hatimu, tetaplah menampilkan sikap yang pengasih dan penyayang karena sebagai murid Yesus, kita diminta untuk menjadi serupa dengan Dia sebagai pengasih dan penyayang (Mazmur 103:8).

Dalam keadaan tertentu, ada baiknya kita berdoa dan berpuasa untuk memohon pertolongan Tuhan atas konflik yang terjadi dalam pernikahan atau keluarga. Berpuasa tidak selalu bertendensi kepada "tidak makan dan tidak minum". Berpuasa bisa punya arti luas; menahan emosi; menahan untuk tidak mengeluh; menahan kelakuan untuk menang sendiri, dan lain-lain. Bila ada orang yang berpuasa bagi mereka yang terlibat masalah dan berdoa, Allah berjanji untuk memberkati puasa itu dan memperbaiki kerusakan hubungan di dalam berkeluarga (Yesaya 58:6-12).

Penyelesaian konflik dalam pernikahan, bukanlah meninggalkan pernikahan atau bercerai. Hadapi masalah tersebut dan mencari akar penyebabnya. Izinkan Tuhan Yesus memerintah dalam pernikahan karena Yesus adalah satu-satunya yang dapat merobohkan tembok-tembok kekerasan yang memisahkan suami istri dengan kasih-Nya (Efesus 2:14).

Menghindari Konflik dengan Hati yang Mengucap Syukur

Hati yang mengucap syukur hanya dimiliki oleh orang-orang yang memahami berkat yang sudah diterima dari Tuhan. Orang yang suka mengucap syukur, jarang terlibat konflik (Ibrani 13:15).

Untuk menghindari terjadinya konflik, jangan bosan mengucapkan "terima kasih" terhadap pasangan Anda untuk hal-hal kecil yang dia lakukan, seperti ketika pasangan Anda mengambilkan sesuatu untuk Anda. Ucapkan terima kasih karena terima kasih merupakan kalimat yang memberi dampak positif bagi seseorang dan dapat disebut sebagai "magic words". Ucapan terima kasih juga membuat kita merasa lebih dihargai, sehingga menimbulkan keinginan untuk melakukan lebih kepada orang yang mengucapkannya. Prinsipnya adalah jika kita ingin dihargai, maka hargailah orang lain terlebih dahulu. Jika kita ingin dihormati, maka hormatilah orang lain terlebih dahulu. Ini prinsip hidup yang paling mendasar dan berlaku mutlak bagi pasangan suami istri.

Mengatasi Konflik Pernikahan

Mengatasi konflik dalam pernikahan bukanlah suatu masalah yang mudah. Terlebih, jika pasangan suami istri masih dikendalikan oleh kepribadian yang egois dan tidak mau melangkah maju menuju sebuah perubahan (belajar), serta tidak berusaha memperbaiki konflik tersebut secepat mungkin. Konflik akan selesai jika pasangan suami istri mau mengadopsi prinsip saling menerima dan saling memberi, dalam arti terbuka kepada pasangan, sehingga tindak lanjut untuk mengatasi konflik dapat dilakukan seperti langkah berikut:

1. Buatlah daftar sebanyak mungkin hal-hal yang dapat kita banggakan dari pasangan kita.

Tiap hari, nikmati bersama lima dari hal tersebut selama 1 minggu sampai daftar itu habis. Berikanlah kritikan yang dapat membuat pasangan Anda semakin baik, tetapi cara memberikan kritikan haruslah sesuai dengan situasi dan kondisi. Seseorang dapat menerima kritikan dengan baik, sangat bergantung pada cara menyampaikan kritikan tersebut.

2. Membina komunikasi yang baik dan sopan, serta mendiskusikan bersama hal-hal yang menjadi harapan dan impian dalam keluarganya.

Mungkin dimulai dengan membicarakan hal-hal umum, seperti memilih rumah idaman, menata dekorasi rumah, merencanakan anggaran biaya sekolah anak, dan dsb.. Semakin tinggi frekuensi pasangan melakukan diskusi, akan membuat hubungan menjadi lebih akrab. Mengapa hal seperti ini begitu penting? Setiap pasangan, bahkan yang paling berbahagia sekalipun, pasti akan melewati masa-masa sulit ketika mereka menemui ketidaksepahaman dalam memecahkan sebuah masalah. Dengan demikian, akan timbul perasaan dalam diri keduanya sebagai sebuah tim yang harus mencapai cita-cita, yakni mempertahankan keutuhan pernikahan.

3. Usahakan selalu menghargai pendapat pasangan Anda.

Ketika saling bertukar pikiran, jangan pernah saling menjatuhkan. Sebaliknya, jadikan ajang komunikasi tersebut sebagai sarana untuk mengekspresikan rasa setia, mempertebal komitmen, serta memperkuat cinta. Jika hal itu terlaksana dengan baik, maka tiap-tiap pihak akan merasakan keuntungan hidup berumah tangga dan ini merupakan suatu kebahagiaan tersendiri.

Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul majalah : Kalam Hidup, Februari 2007
Judul artikel : Konflik dan Perselingkuhan
Penulis artikel : Vic. Maidiantius, M.Th
Penerbit : Yayasan Kalam Hidup, Bandung 2007
Halaman : 12 -- 13

Download Audio

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar