Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
The Golden Rule
"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang lain perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." (Matius 7:12)
The Golden Rule atau Pedoman Emas merupakan strategi hubungan antarmanusia yang paling kuat, yang pernah ada dalam sejarah dunia. Walaupun sudah ada selama beribu-ribu tahun dan dituliskan oleh tokoh-tokoh spiritual seperti Confusius dan Buddha jauh sebelum Yesus menuliskannya, pedoman emas ini tetap menjadi prinsip masa kini.
Pelaksanaan aturan ini akan menghasilkan sesuatu yang berharga. Tujuan memperlakukan orang lain sama seperti kita ingin diperlakukan adalah untuk menghormati orang lain sebagai insan yang berharga secara inheren (spiritual), sebagai ciptaan ajaib yang unik, tidak peduli dengan ketidaksempurnaan dan ketidakberhargaan mereka dalam masyarakatnya. Setiap orang adalah unik, tidak ada duanya.
Pikirkanlah sejenak bagaimana Anda diperlakukan oleh bermacam-macam figur kekuasaan selama hidup Anda. Menurut saya, Anda akan mengenali adanya fakta sederhana ini, yaitu ketika Anda diperlakukan dengan tidak hormat dan tidak berharga, maka bukan saja Anda yang memandang diri Anda jelek, tapi juga pemimpin Anda. Para pemimpin ini adalah ketika untuknya Anda rela menempuh jarak tambahan sepanjang 1 mil, orang itu justru berjalan lebih jauh dari 1 mil tambahan tersebut untuk Anda; orang yang tetap menaruh kepercayaan kepada Anda ketika Anda mengacaukan keadaan; dan orang yang mengenali potensi dan nilai Anda sebagai orang yang unik.
Herb Kelleher, seorang CEO (Chief Executive Officer) Southwest Airlines, telah menunjukkan kerelaannya untuk menjalani jarak yang lebih jauh dari 1 mil tambahan itu bagi para karyawan di perusahaannya. Dia telah membuat prioritas untuk mengingat nama karyawannya, ikut memberi kontribusi dan bekerja bersama dengan mereka ketika ada situasi yang membutuhkan bantuannya. Dia memerhatikan bagasi tas penumpang dan memberi salam kepada penumpang dalam kostum "Bunny", si Kelinci Paskah. Dia telah menunjukkan tingkat pengecualian yang sesungguhnya untuk memerhatikan, menghibur karyawannya, dan memberi tanggapan pada mereka. Mungkin, contoh paling dramatis tentang komitmen pada pimpinan yang mereka cintai itu terjadi ketika mereka mengumpulkan uang sebesar $160.000 untuk memasang iklan pada "Hari Para Boss" dalam USA Today. Dalam iklan itu, mereka menyatakan terima kasihnya pada Kelleher karena ia bukan hanya seorang bos, namun juga karena telah menjadi sahabat mereka.
Cara Anda memperlakukan orang lain dapat menjadi bentuk pemenuhan diri. Sebagai seorang pemimpin, Anda akan menemukan yang Anda cari dalam diri orang lain. Mereka akan melakukannya sama seperti atau kurang dari pengharapan Anda. Pedoman Emas menantang kita untuk memberikan orang lain kesempatan dan tanggapan yang sama seperti yang kita inginkan dari orang lain. Banyak penelitian yang telah memastikan dampak ramalan pemenuhan diri Pygmalion. Penelitian yang paling terkenal tentang ini adalah penelitian yang diadakan di ruang kelas oleh Robert Resenthal dan Lenore Jacobson (1). Keduanya adalah psikolog Harvard. Mereka membagi siswa secara acak ke dalam kelompok tinggi dan rendah berdasarkan tingkat IQ yang sebenarnya fiktif. Setelah guru mereka mengumumkan siapa saja yang masuk ke dalam kelompok IQ tinggi dan IQ rendah, guru itu memberi perhatian khusus pada kelompok IQ "tinggi". Mereka memberi beberapa pertanyaan kepada kelompok ini. Mereka menunggu jawabannya dalam waktu yang cukup lama dan secara umum memberi perhatian istimewa pada mereka. Akibatnya, siswa-siswa kelompok ini menjadi yang lebih baik dan memiliki kemampuan tinggi. Bayangkanlah apa yang akan terjadi jika semua siswa diperlakukan sebagai orang yang istimewa (karena mereka memang istimewa) seperti kita juga ingin diperlakukan istimewa (karena kita juga istimewa).
Yesus menganjurkan Pedoman Emas, namun Dia juga melangkah lebih jauh. Dia menyarankan kita supaya kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan, walaupun mereka tidak pantas diperlakukan demikian dan telah melakukan hal-hal yang menyakitkan kita. Dia menganjurkan, jika mereka menyerang kita (menampar kita di pipi kiri, kita seharusnya tidak menyerang balik, tapi justru mengizinkan mereka untuk menyerang dengan memberikan pipi kanan). "... siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu" (Matius 5:39). Pendekatan ini memang pasif, tapi memunyai kekuatan yang sangat besar dan telah teruji sepanjang zaman, dan kemudian muncul kembali dalam lembaran sejarah yang dramatis, seperti dalam ajaran Mahatma Gandhi. Filosofinya yang sama ini menunjukkan hasil beberapa tahun kemudian, yaitu pergantian kekuasaan revolusioner besar yang mengubah wajah India selamanya.
Akhirnya, ajaran Yesus melebihi semua interpretasi normal tentang Pedoman Emas. Dia mengorbankan hidup-Nya untuk orang lain, sebuah tindakan yang berada di atas pemahaman komprehensif kita tentang Pedoman Emas dalam hidup kita sehari-hari. Bagaimanapun juga, hidup dan memimpin berdasarkan Pedoman Emas pada tingkat yang sesuai dengan perkembangan zaman, menawarkan kita potensi untuk mendapatkan beberapa hasil yang kukuh.
Dalam sesi tanya jawab usai ceramah tentang kepemimpinan, seorang peserta menyampaikan kisah nyata menakjubkan yang terjadi karena adanya suatu kekeliruan. Peserta itu, seorang administrator sekolah, menceritakan pengalaman pribadinya. Kisahnya diawali dengan idenya untuk mengirimkan surat pujian pada orang tua atau wali murid di sekolahnya yang putra atau putrinya telah menerima minimal tiga nilai terbaik semester sebelumnya. Ide itu kedengarannya hebat bagi peserta lainnya sampai ia menceritakan kelanjutannya. Asistennya mendapat tidak saja daftar siswa yang memenuhi kriteria itu, tapi juga menerima daftar lainnya. Asistennya tanpa sengaja juga mengambil daftar yang berisikan nama-nama siswa yang tingkah lakunya buruk. Siswa-siswa ini direncanakan akan dipindahkan ke sekolah anak-anak nakal. Surat pujian dilayangkan pada keluarga-keluarga siswa yang namanya tercantum pada kedua daftar. Menurut Anda, apa yang terjadi? Semua siswa yang namanya tercantum dalam daftar sekolah anak-anak nakal masuk mendapat nilai terbaik pada semester berikutnya. Banyak di antara mereka baru pertama kalinya mendapat perhatian lebih dan diperlakukan seolah-olah mereka adalah anak yang istimewa. Konsekuensinya adalah mereka menjadi orang yang istimewa dan menikmati hidup dengan perlakuan yang mereka terima.
Pelajaran penting dari cerita itu bukanlah agar kita memberi penghargaan pada orang-orang yang berperilaku jelek. Namun, disarankan supaya kita memberi orang lain manfaat yang sama seperti yang ingin kita terima. Sedikit empati akan membantu kita memahami orang lain. Apa yang kita rasakan pada saat kita berada dalam posisi atau situasi orang lain? Bagaimana kita memberi respons terhadap semua situasi ketika kita mengikuti prinsip, "Lakukanlah kepada orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan oleh mereka?" Manakala Anda bertindak sesuai dengan prinsip ini, Anda akan menemukan adanya "zat kimia" yang kuat dilepaskan dari dalam diri Anda dan penerima tindakan Anda. Hasilnya bisa lebih berharga daripada emas.
Pedoman emas adalah suatu pedoman yang bernilai tinggi untuk kepemimpinan.
Catatan:
1. Robert Rosenthal dan Lenore Jacobson, Pygmalion in the Classroom; teacher Expectations and Pupils's Intellectual Development (New York: Holt, Rinehart dan Winston, 1968).
Diambil dan disunting seperlunya dari: | ||
Judul buku | : | The Leadership Wisdom of Jesus |
Penulis | : | Charles C. Manz |
Penerjemah | : | Rene Johanes |
Penerbit | : | PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta 2004 |
Halaman | : | 69 -- 72 |
Komentar