Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Memandang Segala Sesuatu dengan Perspektif-Ku
Oleh: Prita Atria
"... semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8)
Renungan yang kubaca kali ini berkisah tentang atlet basket yang bernama Curt Brinkman yang ia kehilangan kedua kakinya dalam sebuah kecelakaan saat ia berusia 16 tahun. Mungkin, sebagian banyak orang termasuk saya sendiri akan merasa sangat terpukul jika melihat diri saya kehilangan kedua kaki. Bagaimana tidak, saya mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Saya mungkin tidak bisa melakukan banyak hal dengan diri saya sendiri. Dan pastinya, saya akan merepotkan banyak orang di sekitar saya. Namun, tidak bagi Brinkman. Brinkman melihat musibah tersebut dengan cara pandang yang berbeda. Ia memandang bahwa musibah tersebut sebagai jalan untuk meraih kesuksesan dalam bidang olahraga yang lain. Dan, kenyataan membuktikan ketekunan dan kerja kerasnya. Brinkman berhasil menjuarai perlombaan maraton di Boston pada tahun 1980 dalam divisi kursi roda pria. Brinkman juga memecahkan rekor dunia dengan mencapai garis finish dalam waktu 115 menit atau 17 menit lebih cepat dari rekor maraton yang pernah ada.
Ketika kita bisa mengubah cara pandang kita akan suatu masalah, ketika kita punya niat yang kuat, dan mau berusaha dengan sungguh-sungguh, tidak ada yang tidak mungkin bagi siapa pun untuk meraih yang terbaik dalam hidupnya. Meski kita memiliki keterbatasan sekali pun, kita pasti mampu meraih yang kita impikan. Akan tetapi, banyak juga orang yang melihat keterbatasan tersebut menjadi penghalang, menjadikannya sebagai alasan untuk tidak memberanikan diri menghadapi hidup dan melangkah maju. Sebenarnya, bukan karena keterbatasan yang menjadi penghambat kita meraih impian. Justru, sikap kita memandang dan memahami keterbatasan tersebut yang memampukan kita untuk mempunyai perspektif lain melihat kehidupan.
Renungan yang kubaca hari ini, menceritakan tokoh Alkitab yang mengalami perasaan rendah diri karena keterbatasan fisiknya. Ia adalah Mefiboset, keturunan Saul. Dilahirkan dengan memiliki cacat fisik pada kedua kakinya, membuatnya merasa rendah diri dan tidak berharga lagi sebagai manusia. Apalagi, pada zaman tersebut ada pandangan negatif terhadap orang cacat yang dianggap sebagai kelompok orang yang terbuang. Keterbatasan fisik yang dimiliki Mefiboset membuatnya kehilangan gairah hidup.
Jika pada saat ini kita sedang mengalami masalah, keterpurukan, kesedihan, yang membuat diri kita merasa tertekan, ambillah respons yang tepat. Kuatkan iman dan serahkan seluruh pergumulan kita kepada Tuhan. Jika kita hanya berfokus pada masalah, itu hanya akan membuat kita menjadi ragu, tidak bersemangat, dan putus asa dalam memandang kehidupan. Sebaliknya, jika kita memfokuskan diri kita untuk melihat kemampuan Tuhan yang luar biasa, itu akan membuat kita memiliki pengharapan yang besar untuk menjalani hidup.
Seperti ayat yang kita baca hari ini, "... semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Filipi 4:8). Daripada berfokus untuk memikirkan masalah yang berada di luar kendali dan kekuatan kita, lebih indah apabila kita selalu memikirkan semua yang Tuhan katakan. Sebab, apa yang Tuhan katakan adalah janji-Nya untuk selalu menyertai kehidupan kita.
Serahkanlah segala kekhawatiran kita pada diri-Nya, karena rencana-Nya adalah rencana yang membawa damai sejahtera dalam hidup kita.
Komentar