Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Mengapa Memiliki Anak jika Mereka Mungkin Berakhir di Neraka?

Transkrip audio

Minggu ini, saya membuka Twitter untuk melihat tajuk utama Washington Post ini: "Memutuskan apakah akan memiliki anak tidak pernah sesulit ini. Memperkenalkan terapis keragu-raguan orang tua." Nah, saya tidak yakin pertanyaannya lebih kompleks daripada seratus tahun yang lalu, ketika kematian bayi mencapai 24 persen di negara ini. Namun demikian, memiliki anak selalu merupakan keputusan yang mengubah hidup, pasti, dan itu datang dengan beberapa implikasi yang sangat kompleks, terutama ketika Anda memperhitungkan kenyataan yang mendalam ini: setiap anak yang kita bawa ke dunia ini adalah makhluk abadi, seseorang yang akan hidup selamanya. Realitas ini mengarah pada pertanyaan seperti ini dari Claire.

"Pendeta John, sesuatu yang baru-baru ini saya pergumulkan sebagai ibu dari dua anak kecil adalah, mengapa kita sebagai orang percaya terus memiliki anak ketika kita tahu bahwa ayat-ayat seperti Roma 9:18 adalah benar? Kedengarannya sedikit seperti perdebatan natalisme/antinatalisme, tapi itu benar-benar didorong oleh doktrin pilihan. Mengetahui bahwa anak-anak kita bisa menjadi orang-orang yang Allah pilih untuk dikeraskan (hatinya), apakah bagaimana pun sepadan dengan risiko memiliki anak?"

Ya, itu sepadan dengan risikonya, dan saya akan memberi Anda empat kesimpulan -- saya harap itu alkitabiah -- untuk mendukung jawaban saya.

Beranakcuculah dan Berlipatgandalah

Kita menjadi orang tua karena itu adalah panggilan ilahi yang luhur, suci.
  1. Facebook
  2. Twitter
  3. WhatsApp
  4. Telegram

Pertama, kepatuhan selalu sepadan dengan risikonya. Nah, mengapa saya mengatakannya seperti itu? Sebab, ketika Allah berkata kepada Adam pada mulanya, "Beranakcuculah dan berlipatgandalah, dan penuhilah bumi" (Kejadian 1:28), Dia tahu persis ke mana arah dunia ini.

Dia tahu semua kengerian sejarah. Dia tahu apa arti kejatuhan bagi kebinasaan dan penderitaan, kesengsaraan, kengerian relasional, dan malapetaka. Tidak ada yang membuat Allah lengah. Dia tahu semua itu ketika Dia berkata, "penuhilah bumi." Ini tidak seperti Dia sedang berbicara dengan seorang pria yang suci dan, segera setelah pria itu jatuh (dalam dosa), dia berkata, "Ups, ups -- saya memberi mereka nasihat yang buruk." Allah tidak pernah memberikan nasihat yang buruk karena Dia tahu semua yang akan terjadi mendatang. Dia mempertimbangkan segalanya ketika Dia memberikan nasihat-Nya. Dia tahu segala sesuatu yang akan terjadi mendatang, tetapi Dia berkata, "Penuhilah bumi ini dengan manusia." Ini adalah keturunan yang akan mengalami kebinasaan atau penebusan.

Dengan perkataan lain, bukan kita yang telah menemukan doktrin pilihan dan bertanya-tanya apakah itu berarti kita harus memiliki anak. Allah menciptakan doktrin pilihan dan memerintahkan kita untuk memiliki anak. Itu sebabnya saya mengatakan itu sepadan dengan risikonya, karena kepatuhan selalu sepadan dengan risikonya. Allah tahu abad kedua puluh satu akan datang. Dia tahu setiap abad dan semua yang akan terjadi. Dan, Dia tidak pernah membatalkan perintah untuk memenuhi bumi.

Bijaksana dan Baik

Kedua, ketika kita berpikir tentang fakta bahwa orang-orang terhilang dan orang-orang diselamatkan, kita harus selalu ingat bahwa Allah itu bijaksana dan baik tanpa batas. Dia memiliki tujuan untuk fakta ini. Dia memiliki tujuan dengan adanya beberapa yang hilang dan beberapa yang selamat. Dia memiliki tujuan, dan itu bijaksana. Tujuan-tujuan itu baik.

Dia tahu apa yang Dia lakukan. Dia memiliki alasan yang baik mengapa kepada satu orang diperlihatkan belas kasihan dan yang lain dilewatkan dalam pemberontakan dan ketidakpercayaan mereka. Kita harus sangat, sangat berhati-hati agar tidak berpikir dengan cara yang menyiratkan bahwa jalan Allah itu bodoh atau tidak bijaksana atau kejam.

Panggilan Luhur dan Suci

Ketiga, adalah panggilan yang luhur dan suci bukan hanya bagi seorang wanita untuk secara fisik melahirkan seorang anak, tetapi terlebih lagi bagi orang tua untuk menderita dalam rasa sakit persalinan rohani sampai Kristus terbentuk di dalam anak-anak mereka. Paulus mengatakan ini dalam Galatia 4:19 kepada orang-orang Kristen belum dewasa yang dikasihinya, dan dia tidak sepenuhnya yakin bahwa mereka telah diselamatkan. Dia berkata, "Anak-anakku, demi kamu, aku rela sekali lagi menanggung sakit melahirkan sampai Kristus dinyatakan dalam kamu!"

Kita memilih menjadi orang tua bukan karena mengasuh anak itu mudah atau karena hasil yang pasti. Itu tidak mudah, dan itu tidak pasti. Kita menjadi orang tua karena itu adalah panggilan ilahi yang luhur, suci. Semua risiko dan semua kesedihan yang dibawanya adalah bagian dari panggilan dan tujuan Allah yang luhur, suci, berharga, dan terhormat.

Demi Orang-orang Pilihan

Gambar: anak baca Alkitab

Keempat, pikirkan sejenak bersama saya tentang fakta bahwa Tuhan telah menunda kedatangan kedua sekarang selama dua ribu tahun. Dia tidak memutuskan untuk melakukan itu dari tahun ke tahun. Kita tahu dari Kitab-kitab Injil bahwa hari itu telah ditetapkan dalam pikiran Bapa sejak awal. Sekarang, apa artinya pertanyaan yang diajukan Claire tentang kebijaksanaan memiliki anak?

Dalam 2 Petrus, kita melihat bahwa beberapa orang telah menyatakan skeptisisme bahwa Tuhan tidak akan pernah kembali karena itu sudah begitu lama (dalam sudut pandang mereka). Petrus menjawab seperti ini:

"Akan tetapi, saudara-saudara yang kukasihi, jangan lupakan kenyataan yang satu ini bahwa bagi Tuhan, satu hari seperti seribu tahun, dan seribu tahun seperti satu hari. Tuhan tidak pernah berlambat-lambat memenuhi janji-Nya seperti yang dianggap beberapa orang sebagai keterlambatan. Sebaliknya, Dia sabar terhadap kamu karena Dia tidak ingin seorang pun binasa, tetapi supaya semua orang dapat datang kepada pertobatan." (2 Petrus 3:8-9, AYT)

Dengan perkataan lain, Allah menunda kedatangan Kristus agar semua orang pilihan akan bertobat dan diselamatkan dan memiliki pengalaman sukacita kekal di hadirat Allah. Allah membuat pilihan itu. Dia membuat pilihan untuk menetapkan hari yang jauh. Dia membuat pilihan itu dengan mengetahui bahwa ribuan, bahkan jutaan, orang lain akan dilahirkan selama penundaan Kristus yang tidak akan percaya tetapi akan binasa.

Inilah implikasi untuk pertanyaan yang sedang kita hadapi. Kita harus menghargai sukacita dan pujian serta kemuliaan kekal bagi Allah yang diberikan oleh setiap anak yang ditebus kepada Allah. Kita harus menghargai kegembiraan dan pujian itu lebih dari rasa takut akan kesedihan jika ada yang terhilang. Karena Allah melakukannya. Tidak ada cara lain untuk memahami penundaan ini. Allah telah merencanakan sejarah dan waktu kedatangan-Nya yang kedua seperti yang Dia miliki karena prioritas besar yang Dia berikan pada pertobatan dan keselamatan dan sukacita kekal dari orang-orang pilihan-Nya yang akan lahir dan dibawa ke dalam kerajaan. Dia tidak membiarkan fakta bahwa banyak orang akan memberontak dan menolak kasih-Nya memaksa Dia untuk menahan dari orang-orang pilihan-Nya sukacita kekal mereka.

Sekarang, saya pikir kita harus juga menerapkan pola pikir Allah ketika kita berpikir tentang anak-anak kita. Kita akan berdoa, bekerja, menderita, menangis, dan bahkan mungkin mati agar Kristus dibentuk di dalam mereka. Akan tetapi, kita tidak akan membiarkan kemungkinan kesedihan beberapa orang menghalangi kita untuk mengejar dan berharap akan kebahagiaan kekal semua orang. (t/Jing-Jing)

Download Audio

Diterjemahkan dari:
Nama situs : Desiring God
Alamat situs : https://desiringgod.org/interviews/why-have-kids-if-they-might-end-up-in-hell
Judul asli artikel : Why Have Kids If They Might End Up in Hell?
Penulis artikel : John Piper

Komentar