Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Pintu Masuk Dosa
Melalui Telinga
Dalam Kejadian 3 diceritakan tentang awal mula kejatuhan manusia ke dalam dosa. Hawa telah mengotori kekudusan yang Tuhan anugerahkan kepadanya. Salah satu indranya (telinga) telah dipakai untuk berkompromi dengan ular. Melalui indra pendengarannya, Hawa telah menanamkan benih dosa dalam dirinya. Hawa tidak kuat mendengar rayuan ular, sehingga terjerumuslah ia ke dalam dosa yang membawa derita dan kesakitan bagi umat manusia.
Banyak Hawa pada zaman sekarang ini yang termakan rayuan iblis -- telinganya diberikan untuk suara iblis. Entah itu disadari atau tidak, banyak kali para istri memengaruhi suaminya untuk melakukan korupsi dengan mengajukan bermacam-macam tuntutan. Para istri bisa saja berkata, "Tetangga kita baru beli mobil, kita jangan ketinggalan, gengsi dong." Atau, "Papikan termasuk orang yang berbobot, perusahaan maju karena otak Papi yang brilian. Tuntut dong, imbalannya. Harus ada bonus." Dan kalimat-kalimat lain yang dapat menggoyahkan iman suami. Dampaknya, kehancuran akan menemani suami yang memberikan telinganya berkompromi dengan istri yang semacam ini.
Para istri yang tidak beriman, sering mendesak suaminya untuk banyak menuntut dari kantornya dengan membanggakan kelebihan suaminya. Jangan sesat! Firman Tuhan melarang manusia mengingini harta sesamanya. Firman Tuhan melarang manusia yang menyombongkan diri. Tidak boleh merasa lebih dari yang lainnya, sebab sama seperti tubuh, semua anggotanya sama-sama dibutuhkan (1 Korintus 12). Jangan biarkan telingamu menjadi pintu masuk bagi iblis yang membawa dosa.
Melalui Mata
Dalam 1 Samuel 15, diceritakan tentang perbuatan dosa yang dilakukan Saul, sehingga ia ditolak oleh Tuhan sebagai raja. Saul memberikan indra penglihatannya (mata) kepada iblis sehingga menjadi pintu masuk dosa. Matanya tidak tahan melihat harta kekayaan berharga milik bangsa Amalek. Tuhan telah menyuruh Saul untuk membumihanguskan semuanya. Akan tetapi, Saul dan rakyatnya mengambilnya untuk diri mereka dengan alasan untuk korban persembahan kepada Tuhan. Sepintas lalu, perbuatan Saul ini kelihatan baik, tetapi di mata Tuhan merupakan kejahatan. Saul telah mengambinghitamkan Tuhan demi kepentingannya sendiri.
Saul-saul pada zaman sekarang ini pun sering mengambinghitamkan Tuhan untuk mencari keuntungan diri sendiri. Orang-orang tersebut mengaku sebagai orang yang sudah bertobat dan pengikut Yesus, tetapi perbuatannya tidak menggambarkan perbuatan sebagai orang bertobat. Para pelayan Tuhan sering terjerumus dalam dosa semu akibat mata yang tidak tahan melihat tumpukan rupiah yang tebal. Berkat atau uang yang seharusnya disalurkan kepada orang lain atau teman sepelayanan, dimasukkan ke kantong sendiri. Perbuatan dosa jenis ini sering kali menggerogoti para pelayan Tuhan. Dalam suatu acara KKR, penginjilan, atau pertunjukkan, biasanya ada berkat yang diberikan oleh donatur untuk tim. Namun, berkat itu sering tidak sampai kepada yang berhak menerima karena si koordinator (bendahara) tidak menyalurkannya.
Belum lagi, penyunatan berkat berupa sandang dan pangan yang dikuasai sendiri. Begitu licik dan lihainya iblis merayu, "Jangan berikan berkat ini kepada si anu dan si anu, mereka itu bukan orang penting, ambil saja untuk dirimu sendiri." Dari mata, timbul ketamakan yang mempermalukan diri sendiri di hadapan sesama manusia dan di hadapan Tuhan. Banyak orang menganggap perbuatan seperti ini hal yang sepele -- bukan dosa, padahal ini termasuk perbuatan dosa walau kelihatannya semu. Alkitab menjelaskan bahwa cara hidup jemaat (orang percaya) adalah sehati dan sejiwa (Kisah Para Rasul 4:32-37).
Ananias dan Safira adalah contoh orang-orang yang melakukan dosa kecurangan. Mereka menyelewengkan sebagian uang hasil penjualan tanahnya, tidak mau berbagi rata dengan orang lain. Mereka menyunat berkat untuk orang lain. Akibat dari dosa ini, kedua suami istri ini harus kehilangan nyawanya (Kisah Para Rasul 5:1-11). Sebagai orang percaya, waspadalah terhadap telinga dan matamu. Kedua indra ini sangat dominan menjadi pintu masuk bagi dosa. Jangan tergiur oleh harta orang lain, jangan serakah dan mengangkangi hak atau berkat orang lain. Dalam Kisah Para Rasul 4:32-37, dijelaskan bahwa harta kekayaan yang kita miliki itu, di dalamnya tersimpan juga hak orang lain. Jadi, sangat bertentangan dengan firman Tuhan bila kita menguasai sendiri apalagi mengambil dan menyunat milik orang lain. Tutuplah pintu masuk dosa dari kedua indra pendengaran dan penglihatan Anda.
Diambil dari: | ||
Judul majalah | : | Pukat, Tahun XIV, Edisi Januari - Februari 1996 |
Judul artikel | : | Pintu Masuk Dosa |
Penulis | : | Cucu |
Penerbit | : | GBI Mawar Saron, Jakarta |
Halaman | : | 9 -- 10 |
Komentar