Skip to main content

Potret Ibu: Ibu Kartini Terperangkap di Sudirman

Artikel ini menggambarkan tantangan dan perkembangan yang dihadapi wanita karir saat ini, di mana meskipun perempuan mengalami kemajuan dalam dunia profesional, pergeseran tanggung jawab dalam pendidikan anak dan relasi keluarga seringkali menimbulkan kekhawatiran. Dengan meningkatnya penggunaan baby-sitter dan sekolah, hubungan antara orang tua dan anak dapat terancam, menyebabkan kesulitan dalam pengenalan dan pengasuhan mereka. Artikel ini mengajak wanita karir untuk meresapi peran mereka dan berdialog tentang solusi serta alternatif dalam menjaga hubungan baik dengan anak dan pasangan.

  • Suka Duka Wanita Karir
  • Pendidikan Anak
  • Keluarga dan Karir
  • Bayi Sitter
  • Asosialisasi Anak
  • Quality Time
  • Pengasuh Anak
  • Pentingnya peran wanita dalam dunia kerja dan kemajuan dalam karir mereka.
  • Perubahan struktural keluarga dan pola pendidikan anak akibat kesibukan orang tua.
  • Peningkatan kebutuhan akan pengasuh anak, seperti baby-sitter, sebagai solusi sementara bagi orang tua yang sibuk.
  • Risiko hubungan yang semakin renggang antara orang tua dan anak akibat kurangnya waktu berkualitas bersama.
  • Pertanyaan reflektif bagi wanita karir untuk mengevaluasi hubungan mereka dengan anak dan pasangan.
  • Diskusi dalam buletin mengenai cara menjaga hubungan anak dan orang tua bagi wanita karir.
  • Tema yang akan dibahas meliputi alternatif pengasuh, dampak pendidikan dari baby-sitter, dan pentingnya quality time.
  • Buletin ini mengajak pembaca untuk berbagi pengalaman dan berkontribusi dalam dialog tentang tantangan orang tua.

Suka Duka Wanita Karir

Sambil menantikan suami saya turun dari kantornya di wilayah jalan Sudirman, saya memperhatikan beberapa karyawan wanita yang baru saja pulang kerja. Cukup banyak. Ach..... lebih banyak lagi wanita dengan berbagai macam mode pakaian kerja berjalan di sepanjang jalan Jenderal Sudirman.

Di dalam hati saya berkata: "Terima Kasih Ibu Kartini, tanpa engkau pemandangan Jenderal Sudirman akan begitu hambar, tanpa bunga-bunga merah, kuning, dan berbagai warna ceria pakaian wanita." Tiba-tiba sebuah mobil kijang berhenti di depan saya. Isinya cukup padat. Ada beberapa orang anak, suster, pembantu rumah tangga, dan supir. Tak lama kemudian seorang ibu mendekat dan masuk ke dalam mobil. Di dalam hati saya berkata: "Oh ibu Kartini, tanpa sengaja engkau telah menceraikan anak-anak ini dari ibu mereka."

Kita harus mengakui bahwa nasib kaum wanita saat ini mengalami banyak kemajuan. Wanita tidak lagi bisa dianggap remeh oleh kaum pria. Wanita mempunyai potensi yang kadang jauh lebih besar dari potensi kaum pria. Kesempatan meniti karir semakin luas bagi kaum wanita. Akan tetapi bersamaan dengan itu pula, struktur keluarga dan pola pendidikan anakpun bergeser. Sekarang, orang tua tidak lagi menjadi pemeran utama usaha pendidikan anak. Di dalam kesibukan orang tua meniti karir, sekolah swasta dan negeri sudah hadir untuk menggantikan peran mereka. Semakin banyak sekolah yang menambah waktu belajar murid di sekolah, sehingga orang tua tidak perlu bingung kemana mereka harus menitipkan anak. Yayasan penyalur baby-sitter semakin banyak. Taraf hidup para pembantu mulai meningkat. Kaum wanita berekonomi rendah mendapatkan kesempatan kerja lebih baik sebagai baby-sitter. Dengan keberadaan baby sitter, kekhawatiran para orang tua semakin dapat teratasi ... asal ada uang!!! Tapi sekali lagi ... kehadiran sekolah dan yayasan penyalur baby-sitter yang pada mulanya untuk membantu orang tua, kini membuat jurang perceraian anak dan orang tua semakin besar.

Jikalau anda adalah salah satu dari Kartini-Kartini tersebut, renungkanlah:

  1. Apakah anda memaksakan anak anda untuk berdikari sebelum dia dapat berdiri tegak?

  2. Apakah anda mulai melihat gejala 'asosialisasi', sikap dingin, dan individualisme pada anak?

  3. Apakah anda mulai merasa sulit mengenal anak anda, apalagi menangani kenakalannya?

  4. Apakah anda mulai merasa anak anda lebih cinta TV daripada anda, apalagi cinta Firman Tuhan ataupun gereja?

  5. Apakah anak anda sangat emosional ketika baby sitternya pulang mudik?

  6. Apakah hubungan anda dan suami mulai terasa tegang dan penuh konflik?

Jikalau 90% dari jawaban anda adalah "Ya", mungkin anda adalah "Ibu Kartini yang tersesat di Sudirman (atau area business lain)."

Anda mungkin berkata, "Habis bagaimana?... Inilah tuntutan hidup zaman ini." Saya tidak menganjurkan anda untuk berhenti dari pekerjaan atau pindah dari kota tempat anda tinggal. Melalui buletin ini, saya ingin mengajak anda untuk berdialog. Diharapkan melalui dialog ini kita bisa menemukan jalan keluar bagi kondisi anda. Di dalam buletin ini ada beberapa hal yang akan dibahas:

  • Informasi dan diskusi tentang "memelihara hubungan anak & orang tua" bagi wanita karir.

  • Bagaimana memilih alternatif pengasuh.

  • Menanggulangi pengaruh negatif pendidikan dari para baby-sitter.

  • Peran hubungan suami-istri dalam pendidikan anak.

  • Apa arti "Quality Time" dalam pendidikan anak? dan sebagainya

Karena buletin ini merupakan dialog, maka diharapkan anda bersedia membagi pengalaman, tanggapan, komentar, kesulitan, saran/ide, dll. Anda akan dibantu oleh para ibu yang berpengalaman, para penginjil dan pendidik anak, serta psikolog. Tulisan atau masukan andapun dapat menjadi kontribusi besar bagi orang tua lain yang membaca buletin ini.

Diambil dari: Buletin Eunike (Edisi 01 - 05)

Dipublikasikan di: http://c3i.sabda.org/30/nov/1999/konseling_potret_ibu_ibu_kartini_terperangkap_di_sudirman

Tipe Bahan
kategori