Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Seorang Ibu Tersenyum Kembali
Ia datang dengan tas kecil berisi barang-barang miliknya dan 3 orang anaknya. Ia tidak ada sepeser uang pun dan ia tidak memiliki rumah sejak suaminya tewas tahun 2008. Ia empat kali mencoba mengungsi ke rumah lain tapi semuanya menolaknya.
Sebagai pengikut Kristus dari latar belakang agama lain, Tina (bukan nama sesungguhnya) tidak memiliki tempat tinggal di tengah tekanan yang datang dari keluarganya. Semakin lama orang-orang Kristen dari latar belakang agama lain semakin ditekan dan dibuang oleh keluarga karena iman mereka.
Bahkan, anaknya yang paling tua menolak Tina. "Sebelum Ibu menyangkal Yesus, jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini," ujar putrinya.
Tina merasa lega ketika putri keduanya mengundang ibu dan adik-adiknya tinggal bersama. Namun rasa lega itu hanya sesaat karena putrinya ini pun mulai menekannya, ketika ia menolak menyangkal Yesus menantu laki-lakinya memukuli Tina.
Tidak tahan lagi terhadap tekanan yang dialami, Tina meminta bantuan sebuah pelayanan lokal yang melayani orang-orang lokal yang menjadi pengikut Kristus. Mereka membawa Tina beserta staf Open Doors yang mengatur agar Tina bisa tinggal di rumah singgah yang merupakan proyek Open Doors bagi saudara-saudara dari latar belakang agama lain seperti Tina. Di rumah singgah ini Tina dan teman-temannya diperlengkapi dengan pelatihan keterampilan untuk membantu mereka mandiri di kemudian hari.
Butuh waktu beberapa bulan lamanya bagi Tina dan anak-anaknya untuk menyesuaikan diri. Beberapa kali Tina konseling dengan pembimbingnya mengenai pergumulan dan tantangan lain yang ia hadapi. "Pertama kali bertemu Ibu Tina, dia kelihatan begitu tertekan", staf Open Doors mengingat kembali pertemuan mereka. Namun beberapa waktu kemudian keluarga ini mulai memiliki teman yang banyak.
Bebas dari aniaya, Tina mulai belajar untuk bekerja dan memiliki penghasilan sementara masih tinggal di rumah singgah. Ia adalah pekerja keras. Mulai dari menjadi buruh cuci hingga mengumpulkan botol bekas sudah ia jalani.
"Saya tidak bisa membaca,tapi anak-anak saya bisa," ujar Tina, "setiap hari mereka membacakan saya Alkitab. Firman Tuhan menguatkan iman saya." Meskipun buta huruf, Tina sekarang sudah menjadi ketua Pendalaman Alkitab dari sebuah kelompok kecil.
"Tina terlihat sangat berbeda sekarang," Ujar staf Open Doors, "ia selalu tersenyum!"
Setelah beberapa bulan tinggal di rumah singgah, Tina mulai kuat dan imannya bertumbuh. Ia kembali menemui menantunya. Meskipun menantunya adalah pemimpin agama lain, Tina dengan berani menginjili menantunya. Setelah beberapa bulan bersaksi akhirnya menantunya menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan dibaptis.
Sekarang Tina hanya bisa mengucap syukur, "Saya berterima kasih kepada Bapak yang mengizinkan saya tinggal di rumahnya." Dengan senyum di wajahnya, Tina melanjutkan, "Sekarang hidup saya bersama anak-anak sudah dipulihkan."
Diambil dan disunting seperlunya dari:
Judul buletin | : | Frontline Faith, Edisi Juli - Agustus 2010 |
Judul artikel | : | Seorang Ibu Tersenyum Kembali |
Penulis | : | Tidak dicantumkan |
Penerbit | : | Yayasan Open Doors Indonesia |
Halaman | : | 8 -- 9 |
Komentar