Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Tayangan Ulang dari Tuhan
Dulu pimpinan saya adalah seorang yang super sibuk karena masih bertugas sebagai pejabat pemerintah di Pontianak. Karena itu saya jarang sekali bertemu dan berkomunikasi dengan beliau. Oleh kesibukannya pulalah kami mengembangkan suatu kebiasaan yang sampai saat itu sudah berjalan lama tanpa ada masalah. Kalau ada keperluan, pimpinan saya selalu menuliskan memo di sebuah kertas kecil lengkap dengan tanda tangannya. Saya pasti mengenali memo itu karena tulisannya antik dan isinya singkat tapi tegas. Memo-memo seperti itu penting ada karena begitu sibuknya beliau sehingga untuk telepon pun sangat jarang.
Waktu itu rumah pimpinan saya sedang direnovasi dan salah satu toko tempat beliau membeli bahan bangunan adalah milik kenalan beliau sehingga pembayarannya tidak perlu dilakukan secara tunai. Renovasi selesai, tagihan bahan bangunan yang sudah diambil dari toko tersebut pun harus segera dibayar. Seperti biasa, pimpinan saya menulis sebuah memo agar saya membuka cek kontan untuk diberikan kepada si pembawa memo. Biasanya yang datang menagih adalah pemilik toko sendiri, tapi karena ada urusan lain, dia menyuruh anak buahnya untuk menagih. Setelah menerima memo dari orang tersebut, saya langsung menyerahkan cek kontan kepadanya. Sebagai gantinya seharusnya orang itu menyerahkan kuitansi asli sebagai bukti sudah lunas kepada saya. Namun entah karena lupa atau sengaja tidak membawanya, ia tidak menyerahkannya. Saya pikir tak apalah karena pimpinan saya dan pemilik toko itu kenal baik, ia pasti tahu kalau kami sudah melunasinya.
Suatu hari pimpinan saya ditelepon oleh pemilik toko tersebut karena sudah dua bulan lebih tagihan tersebut belum dilunasi dan kuitansi aslinya masih ada di tokonya. Kami heran mengapa bisa demikian, bukankah waktu itu sudah dibayar? Lalu kami mengadakan pertemuan untuk memperjelas masalah ini. Kami duduk berempat di satu meja, si pemilik toko dengan seorang karyawannya di satu sisi, saya dengan pimpinan saya di sisi yang lain. Saat itu saya benar-benar bingung karena saya punya kelemahan tidak dapat mengingat wajah orang yang baru saya kenal atau lihat. Kadang pelanggan yang datang pagi hari, sorenya saya sudah lupa bagaimana rupanya. Apalagi orang yang datang menagih waktu itu hanya singgah kira-kira 5 menit untuk mengambil cek kontan.
Sedangkan orang itu bersikeras bahwa dia tidak pernah datang menagih. Akhirnya saat mereka sedang mendesak orang itu supaya mengaku, saya menyempatkan diri berdoa, mohon agar Tuhan memberi saya daya ingat yang baik. Meskipun doa saya begitu singkat, tetapi Tuhan mendengarnya. Tiba-tiba saya melihat tayangan ulang peristiwa penyerahan cek tersebut dalam gerakan lambat, persis seperti kalau kita menonton pertandingan sepak bola di televisi, kalau terjadi gol pasti akan diperlihatkan tayangan ulangnya dalam gerakan lambat. Saya melihat orang tersebut datang dengan motor bututnya yang ia parkir di samping pintu masuk dan saya ingat betul jaket yang dikenakannya. Spontan saya berkata, "Betul kamu orangnya, kamu yang datang menagih dengan motor tua dan memakai jaket jeans biru muda!" Mendengar itu ia tidak dapat mengelak lagi dan akhirnya mengakui bahwa ia sudah menguangkan cek tersebut ke rekening pribadinya.
Saya sangat bersyukur karena akhirnya semua beres. Cinta kasih Tuhan sangat besar bagi anak-anak-Nya. Tuhan pasti menolong bila anak-anak-Nya berada dalam kesulitan. Dan jika dibandingkan dengan dahulu, sekarang saya sudah lebih bisa mengingat orang-orang yang baru saya lihat/kenal. Kiranya segala kemuliaan hanya bagi Tuhan kita Yesus Kristus.
Diambil dari:
Judul buletin | : | Warta Sejati, Edisi 28/Januari - Februari 2002 |
Penulis | : | Goyanti |
Penerbit | : | Departeman Literatur Gereja Yesus Sejati Pusat Indonesia, Jakarta |
Halaman | : | 23 -- 24 |
Komentar