Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Xiao Hu dan Pembantu Naaman

"Ni hao, bolehkah saya membantumu?" Ia pun segera membantu mengangkat dan membereskan barang-barang kami. Marganya Hu dan ia biasa dipanggil Xiao Hu. Orangnya cukup baik, senang membantu, dan penuh perhatian. Dan yang membuat saya kagum pada Xiao Hu adalah ketulusan dalam memberi bantuan dan perhatian bagi orang yang membutuhkan. Karena itu, tidak mengherankan jika ia sanggup menjadi saluran terang Tuhan bagi orang-orang di sekitarnya, meskipun pekerjaan sehari-harinya adalah pembantu rumah tangga.

Xiao Hu, seorang wanita yang hidup bersama suami dan seorang putri. Suaminya bekerja sebagai juru masak di sebuah asrama kecil, sedangkan pekerjaan utama Xiao Hu adalah membersihkan dan merapikan rumah. Ia tinggal di depan rumah kami. Setiap hari ketika ia berangkat bekerja, wajahnya yang berseri-seri selalu menyapa orang-orang yang ditemuinya. Sore hari sepulang dari tempat kerjanya, wajahnya pun tetap berseri-seri dan selalu menyebar senyum.

Mulanya saya pikir itu karena mungkin ia baru mengalami peristiwa yang membuat dia tersenyum senang. Namun lama-kelamaan, saya melihat bahwa itu sudah merupakan karakter dan kebiasaan hidupnya sehari-hari. Setiap hari, ia berjalan kaki pulang pergi dari dan menuju tempat kerjanya sejauh 4 km. Jadi, ia harus berjalan kaki 8 km! Sewajarnya jika sepulang kerja, raut wajahnya berubah karena penat atau kelelahan. Namun, yang membuat saya kagum adalah ketika melihatnya pulang kerja, ia selalu tersenyum dan menyapa orang-orang dengan ramah. Sepulang kerja, ia biasanya beres-beres rumah sejenak dan bermain-main bersama putri semata wayangnya. Setelah makan malam usai, ia mulai keluar untuk memberikan perhatian bagi orang yang membutuhkan dan menawarkan bantuan seperlunya secara praktis.

Lingkungan tempat tinggal kami adalah daerah universitas. Mayoritas penduduk adalah mahasiswa dan dosen. Di pinggir jalan banyak pedagang-pedagang kecil. Xiao Hu memunyai prinsip untuk mengunjungi paling sedikit lima rumah dalam seminggu walau hanya sejenak. Ia percaya bahwa hidupnya bisa menjadi berkat saat ia memberikan perhatian sejenak dan membantu jika diperlukan. Tinggal di lingkungan tersebut, saya semakin memahami bahwa Xiao Hu cukup dikenal oleh orang-orang. Kebanyakan orang yang kenal menghargai dan senang berkomunikasi dengannya.

Saya sekeluarga juga menerima perhatian dan bantuannya. Sebagai orang asing, ada banyak kendala untuk hidup, namun Xiao Hu senang datang untuk membantu kami. Misalnya, pergi mengantar anak ke dokter, mencari atau membetulkan kerusakan di rumah, menjahit seprai, dan menemani istri saya ke pasar. Waktu itu memang ada kendala bahasa, tetapi ia mengerti bahasa hati kami sekeluarga. Ia sama sekali tak mau menerima imbalan jasa. Ia juga melakukan hal ini bagi orang-orang lain. Melihat dan memerhatikan hidupnya yang demikian, saya tidak habis pikir, apa yang membuatnya memunyai kekuatan ekstra, kasih, dan perhatian yang konsisten?

Karena tertarik untuk melihat kehidupannya yang menjadi berkat, kami pelan-pelan mengenal Xiao Hu. Walaupun ia seorang PRT, namun tidak sedikit mahasiswa yang mengunjungi rumahnya. Para mahasiswa tidak datang untuk minta bantuan belajar, karena Xiao Hu hanya jebolan SD. Mereka datang untuk beribadah bersama Xiao Hu dan keluarganya. Ternyata ia juga rajin memberitakan Kabar Baik Tuhan kepada mahasiswa. Banyak mahasiswa yang membutuhkan perhatian dan pertolongan, karena mereka jauh dari keluarga. Mereka mendapatkannya dari Xiao Hu. Jadi, karena hidup Xiao Hu menjadi berkat, akhirnya mereka pun bisa menerima Kabar Baik yang disampaikan olehnya. Xiao Hu mengajarkan Alkitab kepada mereka.

Saya salut! Mengapa? Karena saya mengetahui orang-orang yang diajar Alkitab olehnya bukan mahasiswa perantauan saja, melainkan juga beberapa dosen dan mahasiswa pascasarjana. Tingkat pendidikan dan status sosialnya tak menjadi halangan untuk menjadi berkat bagi para mahasiswa dan dosen, yang notabene lebih berpendidikan dan berpengalaman. Ia tidak minder ketika melayani orang-orang yang berpendidikan tinggi. Ia tak hanya menjalankan ibadah bersama para mahasiswa, tetapi juga ada orang-orang biasa, yang juga datang untuk belajar Alkitab dengannya.

Suatu hari, saya datang ke gereja rumah yang ia pimpin. Dalam segala kesederhanaannya, ia mengajar Alkitab dan menjadi berkat. Ternyata Xiao Hu adalah gembala sidang gereja rumah. Jemaatnya 30 -- 40 orang. Hampir semua jemaat adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi. Namun demikian, semua jemaatnya telah melihat terang Tuhan melalui hidup dan perbuatannya.

Kunci hidup Xiao Hu adalah: "Ucapkanlah syukur dalam segala hal." Ia mengucap syukur, karena walaupun ia orang yang sederhana dengan pendidikan rendah, Tuhan mau mengangkat dia menjadi anak-Nya. Ia tidak minder berada di tengah-tengah orang yang berpendidikan tinggi. Ia bersyukur untuk hidup yang dianugerahkan-Nya. Ia penuh semangat menebarkan perbuatan baik -- walau dalam segala keterbatasan -- sebagai rasa terima kasihnya kepada Tuhan. Ia tetap tersenyum, kendati beberapa penyakit tahunan terus mengganggunya. Mengucap syukur memampukannya melayani dengan yang ada padanya. Ia tak minder dan tak ada kesombongan pada dirinya.

Saya berterima kasih kepada Tuhan karena saya mengenal Xiao Hu. Kadang pekerjaan atau pelayanan yang seharusnya saya kerjakan sedikit terhambat, karena terus berpikir belum bisa ini atau itu, belum ada ini dan itu. Saya seharusnya bersyukur atas apa pun yang sudah saya bisa dan apa pun yang sudah saya punya. Sikap hati seperti ini akan menolong saya untuk memaksimalkan yang sudah Tuhan percayakan. Jika Dia nanti akan memberi lagi yang belum kita punya dan yang belum kita bisa, itu berarti anugerah. Dia mau agar saya melakukan tugas panggilan hidup dari-Nya, sesuai dengan karunia-Nya.

Alkitab juga pernah mencatat kisah mukjizat kesembuhan Naaman. Banyak orang berkhotbah dan menulis bahwa Tuhan memakai Elisa untuk menyembuhkan Naaman. Namun, saya melihat bahwa Tuhan tidak hanya memakai Elisa, tetapi juga gadis kecil yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga Naaman. Dalam 2 Raja-raja 5:2-5 tercatat, "Orang Aram pernah keluar bergerombolan dan membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel. Ia menjadi pelayan pada isteri Naaman. Berkatalah gadis itu kepada nyonyanya: 'Sekiranya tuanku menghadap nabi yang di Samaria itu, maka tentulah nabi itu akan menyembuhkan dia dari penyakitnya.' Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya, katanya: 'Begini-beginilah dikatakan oleh gadis yang dari negeri Israel itu.' Maka jawab raja Aram: 'Baik, pergilah ....'"

Jika gadis itu tidak bekerja secara baik sebagai pembantu istri Naaman dan jika perkataannya tidak dapat dipercaya oleh istri Naaman, nyonya tersebut tak mungkin mau mendengarkannya. Kemungkinan besar, gadis pembantu rumah tangga Naaman tersebut hidupnya baik dan dapat dipercaya. Ia bekerja dengan penuh tanggung jawab sehingga ketika ia berbicara, nyonyanya mau mendengarkan dan menghargai sarannya. Gadis itu pastilah orang yang bertanggung jawab akan tugas yang diberikan oleh juragannya. Jika ia tidak bertanggung jawab, juragannya pasti tidak suka. Kalau sudah tidak suka, kemungkinan besar juragannya sulit percaya terhadapnya. Ia juga mungkin PRT yang tak mudah mengeluh kepada juragannya. Orang akan bosan jika terus mendengarkan keluhan pembantu. Jika gadis itu minder, ia bisa saja tidak menyampaikan informasi kepada juragannya, karena merasa tidak akan didengarkan.

Jika ia tidak punya harapan akan kesembuhan juragannya, ia tidak akan menyampaikan informasi yang baik itu, karena ia sendiri ditawan dan menderita akibat dijauhkan dari sanak famili dan komunitasnya. Jadi, gadis itu orang yang kompeten dalam kerja, tingkah laku, dan perkataanya. Ia juga baik karena walau ditekan dan ditawan, masih tetap mengharapkan yang terbaik untuk juragannya -- musuh orang sebangsanya. Gadis itu baik sehingga ucapannya pun didengar, dipercaya, dan menjadi bagian yang penting dalam mukjizat kesembuhan Naaman dari penyakit kusta.

Xiao Hu dan pembantu di rumah Naaman sama-sama orang sederhana dan memunyai banyak keterbatasan. Mereka sama-sama berpendidikan rendah, namun hidup mereka bisa memengaruhi orang-orang yang berpendidikan tinggi dan jabatan yang tinggi pada zaman hidup mereka masing-masing. Kendati zaman di antara mereka terpaut lebih dari 2.500 tahun, namun prinsipnya sama: Tuhan bisa memakai siapa saja, termasuk orang-orang berpendidikan serta status sosial yang rendah. Kita mungkin merasa sebagai orang-orang biasa, namun Tuhan juga mau memakai kita. Sombong dan minder adalah penyakit kronis setiap orang berdosa. Orang yang sudah lahir baru seharusnya memancarkan terang Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Dengan hikmat dan pengertian dari Tuhan, mari kita kalahkan penyakit keminderan dan kesombongan kita agar kita memancarkan sinar kemuliaan Tuhan di dunia ini.

Diambil dan disunting seperlunya dari:

Judul buku : Sejuta Sehari
Penulis : Hendra Rey
Penerbit : ANDI, Yogyakarta 2008
Halaman : 138 -- 146

Dipublikasikan di: http://kesaksian.sabda.org/xiao_hu_dan_pembantu_naaman

Komentar