Skip to main content

Hana -- Tokoh Wanita Dalam Alkitab (1 Samuel 1-2)

Hana, ibu nabi Samuel, mengalami kesedihan mendalam karena ketidakmampuannya untuk memiliki anak dan perlakuan kejam dari Penina, istri Elkana yang lain. Namun, dia tetap berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan dan akhirnya mendapatkan jawaban atas doanya dengan lahirnya Samuel, yang kemudian diserahkan kembali kepada Allah. Kisahnya mengajarkan bahwa menunggu tidak selalu buruk, dan kepercayaan pada Allah dapat mendatangkan anugerah dalam hidup kita.

  • Hana
  • Samuel
  • penantian
  • doa
  • percaya kepada Allah
  • kehidupan normal
  • ujian iman
  • Hana adalah salah satu dari dua istri Elkana dan ibu dari nabi Samuel.
  • Keberadaan Hana yang mandul menyebabkan Penina, istri Elkana lainnya, menyakitinya secara emosional.
  • Hana mengalami kepedihan mendalam akibat keinginannya yang belum terwujud, tetapi tetap berdoa kepada Tuhan.
  • Allah mendengarkan doa orang yang tulus dan memungkinkan mereka menghampiri-Nya dengan percaya.
  • Hana tidak menyerah pada kesulitan dan terus mencari Tuhan, yang akhirnya mengabulkan permohonannya.
  • Setelah bertemu dengan Allah, keadaan hati Hana berubah meski anaknya, Samuel, belum lahir.
  • Setelah melahirkan, Hana menyerahkan Samuel kembali kepada Tuhan dengan penuh rasa syukur.
  • Proses melepaskan anak untuk menjalani kehidupan mereka sendiri adalah hal yang wajar bagi orang tua.
  • Kisah Hana menunjukkan bahwa menunggu hasil bukanlah kutukan, tetapi bisa menjadi waktu untuk anugerah jika kita percaya kepada Allah.
  • Hana mengakhiri kisahnya dengan pujian kepada Allah, mencerminkan kehidupan yang penuh makna.

Dia adalah salah seorang dari dua istri Elkana. Dia lebih dikenal sebagai ibunya Samuel; salah satu nabi Israel.

Hana mandul, sehingga Penina, istri Elkana yang lain, menggunakan keadaan itu untuk menyakitinya. Suatu perbuatan yang kejam untuk dilakukan. Hal ini terjadi dari tahun ke tahun hingga menyebabkan kepedihan yang mendalam bagi Hana.

Keinginan hati yang tidak dikabulkan menyebabkan rasa sakit yang mendalam. Namun, bukannya membiarkan rasa sakit membuatnya pahit hati kepada Tuhan, Hana malah menggunakan rasa sakit hatinya sebagai sebuah katalisator untuk berdoa (1 Samuel 1:12-20).

Allah selalu mendengar doa orang benar yang disampaikan dengan kesungguhan hati (Yakobus 5:16). Ingatlah bahwa Kristus telah membenarkan kita (1 Korintus 1:30) dan karena itu kita juga bisa dengan penuh keberanian menghampiri-Nya untuk menerima apa yang kita minta dari-Nya (Ibrani 4:14-16).

Wanita yang dikasihi Tuhan, apakah engkau memiliki kerinduan yang kelihatannya tidak dikabulkan Tuhan. Curahkanlah isi hati Anda kepada Tuhan. Mungkin kita tidak mengerti apa yang kita alami, namun satu hal yang pasti, mereka yang percaya kepada Allah tidak akan dipermalukan.

Hana adalah seorang pendoa. Dia mengalami apa yang kebanyakan dari kita menyebutnya "getirnya kehidupan" . Dia tidak menyerah. Dia mencari Allah. Dia mencurahkan seluruh isi hatinya kepada-Nya, dan Dia menjawab dan mengabulkan keinginannya.

Perhatikan bahwa keadaan Hana berubah setelah pertemuannya dengan Allah. Dia mulai menjalani kehidupan normalnya kembali (1 Samuel 1:18).

Sesuatu telah berubah di dalam hati Hana sebelum anaknya lahir. Dia percaya kepada Allah sebelum dia melihat hasilnya.

Tidak lama kemudian, Hana melahirkan Samuel. Setelah anaknya disapih, Hana menyerahkannya kembali kepada Tuhan (1 Samuel 1:24-28).

Semua ibu tahu bahwa waktunya akan tiba (atau telah tiba) saat anak-anak mereka beranjak dewasa dan meninggalkan mereka. Itulah saatnya untuk membiarkan mereka pergi, tidak lagi menahan dan mengekang emosi mereka. Inilah waktunya untuk berhenti memengaruhi mereka. Biarkanlah mereka menjadi apa yang Allah kehendaki atas mereka.

Hal ini mungkin termasuk mengajak dan mendoakan mereka. Membiarkan mereka pergi dan menggenapi kehendak Allah. Anda akan selalu menjadi orang tua mereka, namun bukan lagi pemandu mereka. Bagi beberapa orang tua, hal ini tidaklah mudah. Mungkin Anda akan menitikkan air mata. Namun, hal itu adalah sesuatu yang benar untuk dilakukan (Kejadian 2:24).

Mereka mungkin berada di dekat Anda dan sering mengunjungi Anda, tapi kini mereka sudah bebas dari Anda dalam banyak hal.

Allah memakai Hana untuk menunjukkan kepada kita bahwa hal ini tidak mustahil. Untuk seseorang memperlakukan anaknya seperti yang dilakukan Hana. Bahkan, saat dia tahu bahwa anak merupakan pemberian Allah. Kita diberi hak istimewa untuk merawat, membimbing, dan mendidik mereka dan kemudian membiarkan mereka menjalani kehidupan mereka sendiri.

Kisah Hana berakhir dengan ucapan syukur dan kemuliaan yang diberikannya kepada Allah (1 Samuel 2:1-11). Hidupnya sempurna. Kenyataan bahwa dia harus menunggu sesuatu tidak berarti hidupnya telah berakhir.

Menunggu sesuatu bukanlah suatu kutukan. Bahkan, Allah selalu memakainya untuk mendatangkan anugerah jika kita tetap percaya kepada-Nya. Tetaplah percaya kepada Allah. Itulah yang disampaikan kepada Anda dari kehidupan Hana. (t/Setya)

Diambil dan diterjemahkan dari:

Nama situs : The Living Word Library
Judul artikel asli : Hannah - Women of the Bible
Penulis : Tidak dicantumkan
Alamat URL : http://www.wordlibrary.co.uk/article.php?id=161&type=bible
Tipe Bahan
Kolom e-Wanita