Perdebatan tentang perempuan dalam kepemimpinan pelayanan telah berlangsung lama dan sering kali membuat kemajuan yang sedikit, dengan kedua belah pihak yakin akan kebenaran posisi mereka. Namun, lebih penting untuk merayakan kontribusi perempuan, seperti empati, kemampuan mengerjakan banyak hal, kelembutan, gairah, kecerdasan relasional, optimisme, dan integritas, yang semuanya sangat berharga dalam komunitas gereja dan dapat meningkatkan efektivitas pelayanan.
- Perempuan dalam kepemimpinan
- Karunia wanita
- Empati
- Kemampuan multitasking
- Kelembutan
- Gairah
- Kecerdasan relasional
- Optimisme
- Integritas
- Perdebatan tentang peran perempuan dalam kepemimpinan pelayanan telah berlangsung lama, meskipun saat ini terasa lebih intens karena berlangsung secara daring.
- Kedua pihak perdebatan menggunakan kitab suci untuk mendukung posisi masing-masing, dan tidak ada yang berhasil meyakinkan pihak lawan.
- Penulis lebih tertarik untuk merayakan kontribusi wanita alih-alih terlibat dalam perdebatan yang tidak berujung.
- Berbagai kualitas perempuan yang positif, antara lain:
- Empati: Kemampuan memahami situasi dan menavigasi konflik untuk hasil positif.
- Kemampuan multitasking: Fokus pada banyak tujuan dan memperhatikan nuansa dalam hubungan.
- Kelembutan: Mampu mengkomunikasikan kebenaran dengan cara yang lembut.
- Gairah: Memiliki ide dan pemikiran yang bersemangat, menjadi pendorong dalam situasi sulit.
- Kecerdasan relasional: Kemampuan mengembangkan hubungan yang penting dalam pelayanan pastoral.
- Optimisme: Pandangan positif dan pencarian peluang dalam situasi sulit.
- Integritas: menunjukkan kehormatan dan kejujuran yang tinggi.
- Setiap kualitas ini membawa nilai tambah dalam tim kepemimpinan dan komunitas gereja.
Perdebatan panjang mengenai perempuan dalam kepemimpinan pada pelayanan telah berlangsung sejak lama. Ini bukanlah hal yang baru meskipun perdebatan tersebut, yang kini berlangsung secara daring, membuatnya jadi terasa seolah-olah baru. Namun, benar, percakapan ini telah berlangsung selama beberapa dekade, dan, jika Anda bertanya kepada saya, kita telah membuat sedikit kemajuan.
Kedua pihak menggunakan kitab suci untuk mempertahankan posisi mereka. Keduanya yakin sepenuhnya bahwa mereka benar. Keduanya menganggap Allah ada di pihak mereka.
Dan, sangat sedikit yang pernah “memenangkan” seseorang ke pihak lawan.
Sejujurnya, saya lelah berdebat tentang hal itu. Bahkan, saya pikir saya tidak ingin terlibat dalam perdebatan tersebut lebih lama lagi. Apa yang ingin saya lakukan, sebaliknya, adalah merayakan berbagai karunia wanita yang sudah menjadi pembicaraan di mana-mana.
Tidak satu pun dari kualitas ini terbatas hanya bagi wanita, juga tidak semua wanita memiliki sifat-sifat ini. Akan tetapi, dalam beberapa tahun, saya bekerja di dalam dan di sekitar gereja, dan dengan para pendeta, saya telah menemukan banyak wanita yang telah membawa sifat-sifat tidak ternilai ini ke dalam pembicaraan, dan tim kami akan menjadi lebih buruk tanpa mereka.
Karunia apa yang dapat Anda lewatkan dengan tidak melibatkan wanita dalam komunitas Anda?
1. Empati.
Saya telah bekerja dengan wanita yang memiliki kemampuan untuk berempati dengan situasi, orang, dan keadaan, dengan cara yang tampaknya asing bagi saya dan banyak rekan kerja saya. Bahkan, ada saat-saat ketika tampaknya para wanita ini memiliki indra keenam untuk apa yang terjadi di bawah permukaan konflik, masalah, atau ketegangan dalam rapat.
Dengan menggunakan keterampilan empati mereka, para wanita yang dengannya saya telah bekerja telah mampu menavigasi keadaan yang sulit ini untuk mencapai hasil yang lebih positif bagi semua yang terlibat.
2. Kemampuan untuk mengerjakan banyak hal sekaligus.
Saya tidak memaknai kemampuan untuk melakukan banyak hal sekaligus dalam bentuk kata yang paling sederhana. Saya tidak berbicara tentang kemampuan untuk berjalan dan berbicara pada saat yang bersamaan. Saya berbicara tentang kemampuan untuk fokus pada banyak tujuan yang berbeda, untuk melihat hal-hal dengan cara yang memiliki nuansa, dan memperhatikan kaitan antara hal-hal yang mungkin tidak disadari oleh orang lain.
Ini sangat penting bagi lingkungan gereja karena, tidak peduli apa pun yang sedang kami kerjakan, selalu ada banyak lapisan yang terlibat. Kita tidak hanya berusaha mencapai tujuan yang nyata (seperti menyusun suatu kebaktian Minggu) tetapi juga perlu menjadi selaras dengan tujuan yang lebih abstrak -- seperti mendengarkan arahan spiritual dan mencoba melayani komunitas orang-orang dengan kebutuhan dan keinginan unik.
3. Kelembutan.
Banyak wanita yang bekerja dengan saya memiliki kemampuan luar biasa untuk mengomunikasikan pesan sedemikian rupa sehingga kebenaran tidak dikorbankan, tetapi juga tidak dengan mengesampingkan kelembutan.
Baik dalam komunikasi publik dan komunikasi antarpribadi, saya telah melihat banyak hati menjadi lembut atas pesan yang sulit karena karunia yang harus dikomunikasikan seorang wanita dengan cara yang menyenangkan.
4. Gairah.
Hanya karena wanita yang bekerja dengan saya dalam pelayanan sangatlah lembut, tidak berarti mereka tidak bersemangat. Faktanya, salah satu hal yang saya sukai dari bekerja dengan wanita di gereja adalah mereka penuh dengan ide dan pemikiran serta tidak takut untuk menceritakan apa yang mereka pikirkan.
Gairah yang mereka miliki seperti mesin yang kuat, yang membuat kendaraan bergerak, bahkan ketika keadaan menjadi sulit.
5. Kecerdasan relasional.
Pelayanan pastoral bersifat sangat relasional, dan kecuali kita memiliki orang-orang dalam tim kepemimpinan kita yang dikaruniai dengan kemampuan untuk mengembangkan dan mengembangkan hubungan, gereja kita akan mengalami kesulitan.
Tentu saja, kecerdasan relasional tidak terbatas pada wanita, tetapi saya telah melihat banyak wanita dalam pelayanan dapat menangani masalah relasional yang sulit di tempat kerja dan saya tidak ingin kehilangan kualitas ini.
6. Optimisme.
Wanita cenderung lebih optimis daripada pria. Mereka cenderung melihat gelas sebagai setengah penuh dan mencari peluang, bahkan dalam situasi terburuk. Ini bukan hanya pendapat saya. Itu terbukti benar.
7. Integritas.
Jika Anda mengeklik artikel Forbes, Anda akan melihat wanita juga cenderung menunjukkan integritas dan kehormatan yang lebih tinggi daripada pria. Saya harus mengatakan, dalam pengalaman saya, ini benar.
Meskipun saya telah bekerja dengan semua jenis pria dan wanita yang memiliki integritas luar biasa, saya bersyukur atas cara para wanita dalam tim kami bersifat terbuka dan menerima akan keyakinan dari Roh Kudus, dan cenderung mengarahkan kami kembali kepada Yesus. (t/N. Risanti)
| Diterjemahkan dari: | ||
| Nama situs | : | Church Leaders |
| Alamat situs | : | https://churchleaders.com/pastors/pastor-articles/174133-justin-lathrop-qualities-women-bring-to-a-leadership-team.html |
| Judul asli artikel | : | 7 Qualities Women Bring to a Leadership Team |
| Penulis artikel | : | Justin Lathrop |
| Tanggal akses | : | 16 Mei 2018 |

