Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Pemujaan Berhala Masih Ada Hari Ini: Mengapa Pemimpin Gereja Modern Masih Melawan Pertempuran Lama
Beberapa pembaca tampaknya suka melihat pokok berita pada blog ini dan memutuskan bahwa mereka tidak perlu membaca sebuah artikel tentang Perjanjian Lama, mungkin mereka malah lebih suka memilih sebuah blog tentang kepemimpinan.
Lagi pula, Anda mungkin tidak memiliki ukiran patung batu di dalam rumah, dan Anda belum pernah bepergian ke Asia dan membeli patung lambang suku atau hal lain yang menggambarkan ilah yang salah. Jadi, mengapa sebuah percakapan tentang pemujaan berhala menjadi kepentingan untuk Anda?
Tidak Ada yang Baru di Bawah Matahari
Percaya atau tidak, peringatan yang paling umum tentang dosa di dalam Alkitab bukanlah tentang berbohong, bergosip, berzina, mencuri, atau membunuh. Dosa yang paling umum di dalam Alkitab yang harus kita hindari, tolak, dan jauhi adalah pemujaan berhala.
Dan, itu bukan hanya tiang Asyera di dalam Perjanjian Lama.
Nyatanya, dalam Perjanjian Lama, 1 Yohanes 5:21 (AYT) berkata, "Anak-anakku, jauhkanlah dirimu dari berhala-berhala." Jadi, kelihatannya pemujaan berhala masih mencoba masuk ke dalam hidup kita dan mengacaukan kita dari penyembahan dan ketaatan kepada Allah.
Pemujaan berhala bukan hanya sekadar isu penyembahan berhala. Itu bukan hanya masalah dalam Perjanjian Lama atau masalah orang Yahudi. Itu merupakan masalah pada manusia.
Apakah itu dikarenakan pahatan kayu atau perunggu setinggi 12 inci dapat menjadi sesuatu yang buruk bagi kita? Atau, apakah itu dikarenakan kita berbuat sesuatu yang mengerikan pada diri kita ketika kita menempatkan pemujaan dan perhatian yang seharusnya untuk Allah pada hal yang lainnya?
Ketika berbicara tentang pemujaan berhala, bahayanya bukanlah berada dalam bendanya, melainkan pada diri kita sendiri.
Adalah John Calvin yang mengatakan bahwa hati kita merupakan pabrik berhala. Dalam dunia yang fana, orang-orang terus-menerus mencari sesuatu yang bisa disembah walaupun Sang Pencipta ada di hadapan kita secara jelas.
Kita semua mencari sesuatu untuk disembah dan dilayani. Berhala datang dengan mudah, tetapi sulit menjauh.
Ada tema konsisten tentang pemujaan berhala di keseluruhan Alkitab dan juga di dalam hidup kita.
Dalam 1 Tesalonika 1:9-10, Alkitab menjelaskan hidup kita yang baru, kelahiran baru kita dalam Kristus dengan cara: "kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar." Tentu saja, dibandingkan dengan berhala yang mati dan salah, melayani Allah yang hidup adalah hal yang pasti.
Berhala Tidak Mengenal Batasan
Apakah menjadi seorang penyembah Allah yang benar berarti kita tidak lagi harus bersaing dengan masalah pemujaan berhala? Saya harap sesederhana itu.
Apa pun yang bukan dari Allah membuat dirinya menentang Allah, bahkan dalam hidup kekristenan. Jadi, kita terus-menerus memiliki berhala yang muncul dalam hidup kita. Kita harus mengusir mereka, tetapi mereka akan selalu ada selama kita masih hidup di bumi.
Bagaimana dengan para pemimpin? Apakah kepemimpinan berarti kita mendapat pembebasan dari ancaman pemujaan berhala dalam hidup kita? Hmm ... tidak. Beberapa dari kita memiliki "pemujaan berhala pelayanan" dalam hidup kita -- hal-hal yang kita kejar dalam tempat yang seharusnya bagi Allah.
Jika Anda ingin menjadi seorang pendeta yang setia atau seorang guru Alkitab yang setia dalam konteks pelayanan, Anda harus mengenali kesamaan yang kita semua miliki terhadap berhala-berhala di dunia. Setiap adat menciptakan berhala-berhala, dan kita harus waspada untuk berbalik dari mereka, bahkan menghancurkan mereka.
Terusiklah dengan Berhala Anda Sendiri
Kisah Para Rasul 17 menceritakan cerita Paulus di Athena, dan bagaimana rohnya "merasa disusahkan di dalam dirinya karena ia melihat kota itu penuh dengan patung-patung berhala" (Kisah Rasul 17:16, AYT). Ini merupakan pesan yang menarik yang sering kita abaikan. Apakah roh kita merasa susah di dalam diri kita karena berhala-berhala yang ada di dalam budaya kita?
Saya tidak menunjuk hanya pada berhala-berhala "di luar sana". Ini bukan hanya tentang berhala-berhala tetangga. Kita harus mengenali bahwa kita semua tertarik pada beberapa berhala tersebut. Dan, orang-orang di gereja kita pun semuanya tertarik dengan berhala-berhala itu juga.
Melihat orang-orang terperangkap dalam pemujaan berhala harus membangkitkan rasa kasihan untuk jiwa-jiwa mereka sebagaimana mereka terperangkap dalam kebodohan-kebodohan mereka. Namun, hal itu juga harus memicu rasa benci pada semua hal yang akan mengatur dirinya melawan satu Allah yang benar.
Pendeta-Pendeta, Berkhotbahlah Melawan Berhala
Berhala-berhala tidak akan pergi dengan sendirinya. Dengan kuasa Injil, kita harus meruntuhkannya -- menghancurkan mereka. Kita perlu membuang mereka dari hidup kita dan meninggalkan mereka. Para pendeta perlu mengindentifikasinya dan berkhotbah melawan berhala.
Sebagaimana kasih kita kepada Allah bertumbuh, toleransi kita pada pemujaan berhala akan semakin menurun.
Berhala besar apakah yang ada dalam budaya kita yang lebih luas? Berhala apa yang ada dalam budaya gereja? Dan, berhala spesifik apa yang dibangun dalam konteks kepemimpinan pelayanan? (t/Illene)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Christianity Today |
Alamat situs | : | http://www.christianitytoday.com/edstetzer/2014/october/idolatry-is-alive-today-why-modern-church-leaders-still-fig.html |
Judul asli artikel | : | Idolatry Is Alive Today: Why Modern Church Leaders Still Fight an Old Battle |
Penulis artikel | : | Ed Stetzer |
Tanggal akses | : | 22 September 2016 |
Komentar