Selama Perang Dunia II, Ratu Wilhelmina dari Belanda, yang terpaksa pindah ke London, terus memberikan semangat kepada rakyatnya melalui siaran-siaran inspiratif meski dalam situasi sulit. Lahir dari Raja William III, ia dilantik sebagai ratu pada usia 18 tahun dan menjaga netralitas Belanda di Perang Dunia I. Ratu Wilhelmina dikenang dengan upacara kematian yang unik, mencerminkan nuansa kerohaniannya yang mendalam.
- Perang Dunia II
- Ratu Wilhelmina
- pesan menyemangati
- kenetralan
- upacara kematian putih
- 100 Christian Women Who Changed the 20th Century
- Ratu Wilhelmina dipaksa pindah ke London selama Perang Dunia II saat Belanda diduduki oleh pasukan Hitler.
- Dia dikenal karena menyampaikan pesan semangat kepada rakyatnya, menunjukkan hubungan erat dengan mereka.
- Buku "Lonely, but Not Alone!" diterbitkan di Inggris dan mencerminkan perjalanan rohaninya.
- Dilahirkan di Hague sebagai putri Raja William III, diangkat menjadi ratu pada usia 18 tahun dan menikah pada usia 20 tahun.
- Berhasil menjaga netralitas Belanda selama Perang Dunia I (1914-1918).
- Upacara pemakamannya mengikuti tradisi "upacara kematian putih", menggantikan pakaian hitam dengan putih, dan diiringi lagu pujian.
Selama Perang Dunia II, ketika pasukan Hitler menguasai Belanda dan sebagian besar Eropa Timur, Ratu Wilhelmina dipaksa pindah dengan pelayan-pelayannya ke London. Dari sana dia menyiarkan pesan yang menyemangati dan mendorong rakyatnya. Dia sangat dicintai oleh rakyatnya, dan pesan-pesannya serta riwayat hidupnya, yang diterbitkan di Inggris berjudul "Lonely, but Not Alone!" (1960), mencerminkan nuansa kerohanian yang diserap dalam seluruh kehidupannya.
Ratu Wilhelmina dilahirkan di Hague sebagai putri Raja William III. Dalam perwalian ibunya, Ratu Wilhelmina dilantik pada umur 18 tahun. Saat menginjak usia 20 tahun, dia menikahi Duke Henry dari Mecklenburg-Schwerin.
Dia berhasil menjaga kenetralan negaranya di Perang Dunia 1 (1914 - 1918).
Kesaksiannya tetap hidup saat kematiannya. Atas permintaannya, dia dikuburkan dengan "upacara kematian putih" (setiap orang memakai putih alih-alih hitam), dan juga lagu pujian "Hari Ini Ada Sinar Mentari di Jiwaku".
Hari ini ada sinar mentari di jiwaku, yang lebih terang dan mulia dari pancaran sinar langit dunia karena Yesuslah cahayaku. (t/Uly)
Diterjemahkan dari:
| Judul buku | : | 100 Christian Women Who Changed the 20th Century |
| Penulis | : | Helen Kooiman Hosier |
| Penerbit | : | Fleming H. Revell, United States of America, 2002 |
| Halaman | : | 241 -- 242 |