Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Tujuan Rasa Sakit
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. (Roma 8:28)
Belinda dicekam ketakutan saat duduk di ruang praktik dokter dan menunggu keputusan dibacakan. Sudah berminggu-minggu ia menjalani berbagai macam tes yang menyakitkan, melelahkan, dan tak kunjung berakhir. Apa yang akan terjadi padaku? Mengapa para dokter tidak berkata apa-apa? Mereka pasti mengetahui sesuatu!
Apa pun yang ia bayangkan, tak pernah membuat Belinda siap menerima diagnosis tentang penyakitnya, yakni Multiple Sclerosis (kondisi autoimun di mana sistem imun menyerang sistem saraf pusat). Kedua kata itu seolah berteriak tepat di telinganya, sementara pada saat yang sama otaknya menolak untuk memahami hal itu. Hasil tesnya salah. Para dokter itu pasti membuat kesalahan. Bagaimana aku bisa memperbaiki hal ini?
Rumah tangga Belinda sedang mengalami guncangan sebelum ia menerima diagnosis itu. Sekarang, saat dihadapkan dengan kenyataan penyakit yang serius dan melemahkan, hidup Belinda hancur berkeping-keping. Belinda benar-benar merasa sendirian. Ia menangis tanpa kendali sampai bahunya terguncang-guncang.
Selama masa penuh keputusasaan ini, Allah menempatkan orang-orang kristiani di sekeliling Belinda. Kawan-kawan kristiani ini berdoa baginya dan berbicara tentang Tuhan padanya. Mereka memberi tahu Belinda bahwa Tuhan akan senantiasa menyertainya, apa pun yang terjadi. Namun, wanita itu tidak mampu memahami mengapa Yesus mau menyelamatkannya. Apa yang sudah ia lakukan untuk Dia?
Perlu waktu yang lama bagi Belinda untuk melihat keselamatan sebagai anugerah Allah melalui pengorbanan dan kematian Anak-Nya, untuk menyadari bahwa Yesus telah mati baginya. Begitu ia paham, Belinda berdoa, mengakui dosa-dosanya, dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya.
Inilah akhir dari kisahnya. Allah juga bekerja di dalam hati suami Belinda. Beberapa jam setelah Belinda menerima Yesus, pria itu juga menjadi seorang kristiani. Pasangan suami istri inipun dipersatukan kembali di dalam Kristus dan memohon bimbingan Allah atas pernikahan dan keluarga mereka. Dalam sehat maupun sakit, Belinda dan suaminya memasrahkan masa depan mereka dalam tangan Allah.
Penyakit Belinda tidak serta-merta lenyap setelah ia menjadi seorang kristiani. Multiple Sclerosis adalah penyakit yang mengerikan. Terkadang, ia menjalani hari-hari yang begitu sulit sehingga ia pun meneteskan air mata. Namun, Belinda tidak lagi berjalan sendirian di dalam lembah penyakitnya yang kelam. Yesus berjalan di sisinya. Seperti Yusuf yang ditinggalkan saudara-saudaranya supaya mati, Belinda dapat berkata, "Tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan" (Kejadian 50:20). Sebagaimana Allah memakai kekejaman saudara-saudara Yusuf untuk menggenapi kebaikan-Nya bagi bangsa Israel, Allah memakai penyakit Belinda untuk mendekatkan dirinya bersama suaminya kepada-Nya dan kepada satu sama lain.
Allah mampu melenyapkan penyakit kita dan mengubah kondisi kita seketika saat penyakit itu tidak diperlukan lagi untuk menggenapi tujuan ilahi-Nya. Hingga saat itu, atau sampai ia membawa kita pulang, kita dapat bersandar pada fakta bahwa penyakit kita merupakan bagian dari tujuannya yang baik atas hidup kita. Allah benar-benar memakai semua hal.
Aku bersyukur ya Tuhan karena Engkaulah pengendali hidupku yang juga memberkati aku. Bantulah aku supaya aku dapat percaya bahwa Engkau memakai segala sesuatu yang menimpaku bagi kebaikanku yang utama.
"Ketika kita menyerahkan diri terhadap proses apa pun yang Allah pilih untuk menjadikan kita semakin serupa dengan-Nya, kita juga dapat tinggal di dalam Kristus dalam situasi apa pun demi kemuliaan Allah."
Diambil dari: | ||
---|---|---|
Judul asli buku | : | The God of All Comfort |
Judul buku terjemahan | : | Sakit tetapi Tidak Terpuruk |
Judul asli artikel | : | Tujuan Rasa Sakit |
Penulis | : | Cynthia Heald |
Penerjemah | : | Desiree |
Penerbit | : | GLORIA GRAFFA, Yogyakarta, 2009 |
Halaman | : | 29 -- 31 |
Komentar