Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Apa yang Alkitab Katakan tentang Istri-Istri yang Bekerja?

Apabila saya mencari-cari teks alkitabiah yang utama, saya pikir saya akan melihatnya di Amsal 31; Titus 2:5; Efesus 5:22-33. Mari kita mulai dengan perikop yang paling keras -- Titus 2:5.

Titus 2:5 menurut versi Shellabear (Kontekstual) 2010: "Bagaimana menguasai diri mereka serta hidup suci, bagaimana menjadi ibu rumah tangga yang terampil, baik hati, dan rela tunduk kepada suami, supaya firman Allah tidak dicela orang."

versi TMV (Alkitab Today's Malay Version): "Tahu mengawal diri, suci dan menjadi suri rumah yang baik, serta taat kepada suami. Dengan demikian tidak ada orang yang dapat mencela perkhabaran daripada Allah."

versi MILT (Alkitab Modified Indonesian Literal Translation): "bijaksana, murni, pengatur rumah tangga, baik, tunduk kepada suami mereka sendiri, sehingga firman Allah (Elohim - 2316) tidak dihujat."

versi Kitab Alkudus (Keasberry): "Bijak, dan kamanisan, dan tutap dirumah, dan baik, dan munurut prentah lakinya sundiri, supaya purkataan Allah jangan dihujatkan."

Kata Yunani yang spesial ini hanya digunakan di dalam Perjanjian Baru sehingga kita tidak memiliki petunjuk lain untuk mengetahui arti atau kegunaannya di dalam Alkitab. Saya rasa, kita mendapatkan petunjuk terhadap apa yang Paulus maksudkan dengan mengamati kata-katanya kepada janda-janda muda dalam 1 Timotius 5:13, "Dan bersamaan dengan itu pula mereka belajar menjadi malas, dengan berkeliling dari rumah ke rumah; dan bukan hanya malas, tetapi juga suka bergunjing dan suka mencampuri urusan orang lain sambil mengatakan hal-hal yang tidak seharusnya." (MILT)

Bekerja di rumah setidaknya mencakup pemikiran tinggal di rumah dan mengerjakan pekerjaan Anda di sana, dan bukan pergi berkeliling dari rumah ke rumah, bergosip, dan membuang-buang waktu.

Pertanyaannya adalah apakah pernyataan dalam Titus 2:5 mengandung arti bahwa seorang wanita hanya dapat bekerja di rumah, dan tidak di luar rumah? Amsal 31 menggambarkan kegiatan-kegiatan istri yang saleh, dan hal ini termasuk membeli bahan-bahan dan makanan, membeli perabotan, menanam di kebun anggur, dan menjalankan usaha. Tentu saja hal-hal tersebut membuat keberadaannya di luar rumah secara fisik menjadi lebih besar. Dalam pengertian ini, ia tidak semata-mata bekerja di rumah, misalnya, di tempat tinggalnya, meskipun ada baiknya juga dalam hal ini. Bahkan dalam lingkungan yang lebih terbatas pada masa itu, wanita saleh mendapatkan kebebasan yang lebih besar (yang difasilitasi oleh suaminya) daripada yang mungkin kita duga. Memang menarik ketika merenungkan sebagian kecil ayat dalam Amsal 31, karena tampak jelas bagi saya bahwa pekerjaan berat seorang istri merupakan sebagian alasan mengapa suaminya dapat melaksanakan perannya sebagai pemimpin di gerbang kota.

Terakhir, saya menyarankan Efesus pasal 5. Alasannya adalah bahwa teks dalam ayat ini memperjelas hubungan suami istri sebagai gambaran dari hubungan Kristus dan gereja-Nya. Ia adalah Kepala gereja, dan dengan demikian suami harus menjadi kepala istri (juga 1 Korintus 11). Istri yang tidak mendukung suaminya (kecuali jika ada kondisi yang tidak memungkinkan, yang membuat suami tidak mungkin mengerjakan semuanya), akan merusak gambaran pemeliharaan Kristus kepada gereja-Nya. Namun demikian, gereja juga tidak sepenuhnya bersifat pasif. Kita benar-benar memiliki tugas untuk dikerjakan, yaitu pekerjaan Allah, dengan dikuatkan oleh Roh-Nya. Inilah pengakuan pribadi saya bahwa meskipun seorang istri bekerja di luar rumah, ia tidak seharusnya menjadi tulang punggung utama (atau pemberi nafkah utama) dalam keluarga. Dan, pekerjaannya tidak menghalanginya untuk melakukan tanggung jawabnya kepada suami dan keluarganya.

Saya rasa ini tidak selalu menjadi sepotong persoalan dan tidak penting. Sebagai contoh, apakah salah jika istri memberi sumbangsih bagi pendapatan keluarga dengan menjahit di rumah, atau membuat kue? Kalau begitu, tentu tidak salah jika istri memberi sumbangsih bagi pendapatan keluarga. Apakah tempat ia bekerja menjadi ukuran utama atas kebenaran dan kesalahan? Sekali lagi, ia memiliki tanggung jawab penting terhadap keluarganya, dan saya rasa banyak ibu muda memperlihatkan prioritas-prioritasnya yang salah ketika mereka meninggalkan anak-anak mereka dalam pengasuhan orang lain agar mereka dapat memperoleh uang untuk meningkatkan standar kehidupan keluarga.

Terakhir, saya rasa ini adalah masalah kesadaran dan pengakuan, dan saya takut kalau ada beberapa penilaian di sini yang perlu dipertimbangkan. Ini bukanlah masalah yang mudah. (t/S. Setyawati)

Diterjemahkan dari:

Nama situs : Bible.org
Alamat URL : https://bible.org/question/what-does-bible-say-about-wives-working
Judul asli artikel : What does the Bible say about wives working?
Penulis : Tidak dicantumkan
Tanggal akses : 22 Mei 2014

Komentar