Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Bagaimana Menjaga Rumah Agar Tidak Roboh

Ada empat rahasia yang perlu kita pelajari untuk menjaga rumah tangga kita agar tidak roboh di tengah-tengah hujan, angin ribut, dan banjir yang melanda rumah tangga kita.

  1. Menyadari arti dan pentingnya keluarga.
  2. Kembangkanlah kasih di dalam rumah tanggamu.
  3. Kembangkanlah kesetiaan sampai mati.
  4. Pusatkanlah keluargamu pada kristus.

Gambar: fondasi keluarga

Tuhan memberi perumpamaan tentang orang yang membangun rumah. Orang yang mendengarkan firman-Nya dan melakukan-Nya seumpama seorang yang mendirikan rumah yang beralaskan batu karang yang teguh. Walaupun hujan turun, banjir menimpa, angin ribut bertiup, rumah itu tetap berdiri dengan kukuh. Sebaliknya, orang yang mendengarkan firman-Nya dan tidak melakukannya seumpama seorang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Ketika hujan turun, banjir menimpa, angin ribut bertiup, rumah itu roboh. Dan kalimat terakhir yang mencatat kebenaran ini berkata bahwa kerusakan yang dialami rumah itu sangat hebat. Secara jasmani saja kita tahu bahwa kita perlu membangun rumah yang kukuh, sebab kalau tidak rumah itu akan mudah roboh. Jika rumah kita roboh, maka kita bukan saja mengalami kerugian finansial namun nyawa manusia juga bisa hilang.

Di sini saya tidak akan membicarakan rumah yang kasatmata, melainkan kehidupan rumah tangga yang sering tidak terdengar suara kerobohannya tetapi pengaruhnya besar terhadap masyarakat dan terhadap pekerjaan Tuhan. Saya percaya bahwa tidak ada seorang pun yang menghendaki rumah tangganya hancur berantakan. Namun kalau kita mau jujur, kita akan melihat sesuatu kerobohan yang besar yang saat ini sedang melanda rumah tangga kita masing-masing. Hanya saja masing-masing kita malu untuk bersaksi tentang peristiwa yang sedang melanda rumah tangga kita. Suara kerobohan itu tidak terdengar oleh telinga, tetapi telah mengakibatkan banyak kesusahan dan penderitaan dalam rumah tangga kita masing-masing. Oleh karena itu, saya ingin membicarakan bagaimana kita dapat berdiam dalam rumah tangga dengan tenang sementara angin ribut dan banjir melanda rumah tangga kita. Dengan kata lain, bagaimana kita dapat mendirikan sebuah rumah yang kukuh, tahan terhadap angin ribut, gelombang, dan hujan.

Musuh Rumah Tangga

Dalam perumpamaan di atas disebutkan tentang musuh-musuh rumah tangga, yaitu angin, hujan, dan banjir. Akhir-akhir ini ada banyak angin ribut yang melanda rumah tangga kita. Salah satu di antaranya adalah perzinahan. Tidak sedikit rumah tangga yang hancur karena dilanda angin ribut yang disebut perzinahan ini. Rumah tangga yang dahulunya baik-baik saja tiba-tiba hancur karena dilanda angin perzinahan ini. Hubungan suami istri yang dahulunya harmonis tiba-tiba retak. Si suami lari meninggalkan rumah tangga tanpa kabar berita, si istri pergi berdampingan dengan laki-laki lain. Tinggallah anak-anak yang kebingungan tidak tahu apa yang harus diperbuat.

Sebagai hamba Tuhan saya merasa amat sedih bila ada seorang anggota jemaat yang datang dan melaporkan bahwa rumah tangganya yang beberapa tahun yang lalu saya berkati sekarang menjadi berantakan. Setelah mereka pergi, saya menjerit dalam doa dan berseru, "Tuhan, Engkau adalah batu karang yang teguh dan siapa pun yang mendirikan rumah tangganya di atas janji firman-Mu tidak akan pernah goyah. Akan tetapi, kenapa rumah tangga anak-Mu tadi mengalami kehancuran?" Kemudian terdengar jawaban Tuhan atas doa saya, "Hamba-Ku, rumah tangga anggota jemaatmu tadi hancur karena mereka tidak mendirikan rumahnya di atas firman-KU".

Ada empat rahasia yang perlu kita pelajari untuk menjaga rumah tangga kita agar tidak roboh di tengah-tengah hujan, angin ribut, dan banjir yang melanda rumah tangga kita.

1. Menyadari Arti dan Pentingnya Keluarga

Banyak orang, termasuk orang-orang Kristen, mengatakan dirinya sudah penuh Roh Kudus dan menganggap remeh rumah tangganya, sehingga tidak memerhatikan kehidupan rumah tangganya dengan sungguh-sungguh.

Saya tidak menyalahkan orang yang mengejar karier, tetapi kalau saudara menganggap hal itu lebih utama daripada kehidupan rumah tanggamu, maka rumah tanggamu akan menjadi korban. Saya tidak menentang orang yang bersusah payah mencari uang, karena dengan uang itu kita bisa mencukupi segala keperluan hidup kita -- firman Tuhan sendiri berkata, "Dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah...." --, namun jangan sampai kita melupakan rumah tangga kita karena terlalu sibuk mencari uang.

Kebenaran pertama yang harus kita pegang untuk menjaga rumah kita supaya tidak roboh adalah: anggaplah keluargamu sebagai sesuatu yang amat penting di matamu. Anggaplah suamimu, istrimu, dan anak-anakmu sebagai sesuatu yang amat penting, sehingga apa pun harga yang harus dibayar, engkau rela membayarnya asal rumah tanggamu tetap berdiri kukuh.

Banyak orang yang tidak menyadari bahwa rumah tangganya itu begitu penting sehingga mereka menganggap sepi rumah tangganya, melalaikan kewajibannya sebagai ayah/ibu rumah tangga, dan hanya berfoya-foya saja. Itulah sebabnya banyak rumah tangga yang mengalami kehancuran. 1 Timotius 5:8 mengatakan, "Tetapi jika ada seorang yang tidak memeliharakan sanak saudaranya, apalagi seisi rumahnya, orang itu murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman."

Kita harus memandang rumah tangga kita sebagai sesuatu yang amat penting, sebab Allah sendiri memandangnya sebagai sesuatu yang amat penting. Ketika Allah memerhatikan Adam di Taman Eden, Allah dapat merasakan kesepian yang dirasakan oleh Adam. Sebab itu Allah turun tangan untuk mengisi kekosongan itu dengan menciptakan Hawa dan menempatkannya di sisi Adam. Pada saat itulah terbentuk keluarga yang pertama di dunia, yang diresmikan oleh Allah sendiri. Hal ini menunjukkan perhatian Allah yang amat besar terhadap rumah tangga.

Pada kesempatan yang lain, Allah dalam Kristus Yesus menghadiri pesta perkawinan di Kana dan menyelesaikan persoalan rumah tangga yang mereka hadapi. Ketika tuan rumah kehabisan anggur, yang membuat mereka merasa malu dan bingung, Yesus segera turun tangan mengubah air menjadi anggur sehingga pesta dapat berlangsung terus. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sungguh-sungguh menaruh perhatian yang besar terhadap perkawinan.

Allah tidak hanya menyebutkan diri-Nya sebagai Raja di atas segala raja dan Tuhan di atas segala tuan, tetapi Allah juga berkali-kali menyebutkan diri-Nya sebagai Bapa. Dalam Matius 6, Yesus mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya, yang diawali dengan: "Bapa kami yang di sorga...". Walaupun Ia tidak menyuruh kita untuk berdoa, "Bos kami yang di sorga..." atau "Raja kami yang di sorga..." walaupun Ia adalah Bos atau Raja di atas segala raja, Ia menyebut diri-Nya sebagai "Bapa".

Kata "Bapa" hanya dapat kita jumpai dalam rumah tangga. Bos dan majikan tidak dapat kita jumpai dalam rumah tangga. Yang ada dalam konsep pemikiran Allah adalah keluarga, sebab itu apa yang Ia bicarakan selalu mengenai keluarga.

Karena hati Allah adalah hati keluarga, yang ada dalam kata-kata-Nya adalah kata-kata keluarga. Jadi kalau ada bapak yang bersikap seperti seorang bos, cepat-cepatlah berubah sebab dalam keluarga tidak ada bos atau pelayan. Yang ada dalam keluarga adalah penolong yang sepadan, pelindung, papa, mama, dan anak-anak. Kiranya Allah menolong kita untuk menyadari betapa pentingnya keluarga di mata Allah.

Robohnya rumah tangga membawa efek yang sangat besar, baik terhadap keluargamu sendiri dan anak-anakmu, terhadap orang lain, maupun terhadap pelayanan pekerjaan Tuhan. Karena itu anggaplah keluargamu begitu penting dan begitu berarti. Jadikanlah Yesus nomor satu, keluarga nomor dua, karier nomor tiga, dan yang lainnya nomor di bawahnya. Berikanlah waktumu untuk anak-anakmu dan untuk keluargamu, supaya rumahmu tetap teguh berdiri. Angin ribut boleh menimpa; gelombang dan banjir boleh menderu; badai boleh menerpa, tetapi rumahmu tetap berdiri kukuh karena Tuhan hadir di dalam rumah tanggamu.

2. Kembangkanlah Kasih di dalam Rumah Tanggamu

Hanya ada satu tali pengikat yang dapat mempersatukan suami istri dalam rumah tangga, yaitu tali kasih. Hanya ada satu macam material untuk membangun rumah tangga, yaitu kasih. Kasih membangun rumah tangga tetapi kebencian meruntuhkannya. Pengampunan membangun rumah tangga, tetapi dendam meruntuhkannya. Pengertian satu dengan yang lain membangun rumah tangga, tetapi kecurigaan meruntuhkannya. Itu sebabnya kembangkanlah kasih dalam rumah tanggamu.

Kalungkanlah kesetiaan pada lehermu dan tuliskan pada loh hatimu. Jangan sampai kesetiaan meninggalkan hidupmu supaya rumah tanggamu berdiri teguh, tahan terhadap angin dan badai.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Di mana ada kasih, di situ ada pengampunan, ada pengertian, ada solidaritas untuk memikul beban bersama, ada persatuan satu dengan yang lain. Kasih kita tidak boleh hanya dinyatakan dalam mulut saja, tetapi juga dalam tindakan sehari-hari. Kasih kita bukan menurut standar dunia. "Kalau engkau menguntungkan aku, aku mengasihi engkau. Akan tetapi, kalau engkau merugikan aku, aku tidak lagi memberikan kasih kepadamu, tetapi benci dan dendam." Kasih kita harus menurut standar Yesus, seperti yang Paulus gariskan dalam Efesus 5:25, "Hai suami, kasihilah istrimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya". Apakah Yesus mengasihi kita karena ada sesuatu yang menguntungkan dari kita? Apakah Tuhan mau mati di salib karena Ia melihat sesuatu yang menguntungkan, dari diri kita? Tidak. Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita meskipun kita belum dapat mengasihi Dia.

Dia mau mati disalib, bukan karena Dia ingin meminta sesuatu dari kita, melainkan karena Dia mengasihi kita. Dia tidak meminta orang lain untuk membantu mengangkat salib-Nya, walaupun ada orang lain yang bersedia mengangkatnya. Dia tidak meminta orang lain untuk mencabut mahkota duri di kepala-Nya. Dia tidak meminta orang lain untuk dipaku sebagai ganti Dia. Dia tidak meminta orang lain untuk meminum cawan yang harus diminum-Nya. Dia mau melakukan itu semua karena Dia amat mengasihi kita. Tanda kasih seperti inilah yang harus mengikat rumah tangga kita. Kasih berarti biar aku rugi, asal engkau untung; biar aku kurus, asal engkau gemuk; biar aku mati, asal engkau hidup.

Seperti uraian dalam 1 Korintus 13:7, "[Kasih] menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu." Kasih berarti rela ditipu. Kasih berarti rela dicaci-maki. Kasih berarti rela diperlakukan apa saja demi kebahagiaan orang yang kita kasihi. Kasih yang seperti inilah yang seharusnya menguasai rumah tangga kita.

Kasih membutuhkan pengorbanan; korban waktu, korban perasaan, dll. Anak-anak kita membutuhkan waktu kita untuk berbincang-bincang dengan santai. Namun kita sering tidak bersikap bersahabat dengan anak-anak kita. Setiap mereka menghadapi masalah, mereka ingin datang kepada kita, tetapi kita sering tidak ada waktu untuk mendengar masalah mereka, sehingga mereka bercerita kepada teman-temannya yang juga sedang frustasi dan teman-temannya memberi jalan keluar ke diskotek, mengonsumsi morfin dsb.. Akhirnya mereka bukan datang berteduh di dalam keluarga, tetapi di dalam hujan deras dan teriknya matahari -- dosa.

Di Korea pernah ada cerita tentang seorang anak yang ingin bertemu dengan ayahnya. Selama hidupnya ia belum pernah bertemu dengan ayahnya karena sejak pagi-pagi buta ayahnya sudah keluar bekerja dan baru pulang pada tengah malam ketika ia sudah tidur. Karena ingin bertemu, maka anak itu membuat jadwal dengan ayahnya dan merencanakan untuk bertemu di sebuah restoran. Anak itu bertanya kepada ibunya, "Bu, ayahku itu yang mana?" Lalu ibunya menunjukkan potret perkawinan mereka agar sang anak dapat mengenali ayahnya ketika mereka bertemu. Bayangkan! Ayah dan anak tidak pernah bertemu di rumah, dan untuk bertemu mereka harus membuat janji di restoran!

Setan memang selalu berusaha menghancurkan keluarga, tetapi Allah mau mempertahankannya, asal di dalamnya terdapat kasih. Wahai para ayah dan ibu, maukah engkau menjadi sahabat kental bagi anak-anakmu? Mereka ingin mendapatkan seorang sahabat, guru, dan orang tua yang bisa mengerti masalah mereka dan membantu menyelesaikannya. Biarlah anak-anak kita bisa bercerita kepada teman-temannya, "Papaku adalah seorang yang menjadi guru, penolong, sahabat, dan ayah bagiku. Mamaku adalah seorang yang menjadi guru, penolong, sahabat, dan ibu bagiku". Betapa indahnya mendengar kata-kata seperti itu! Sebab itu kembangkanlah kasih di dalam keluarga, karena kasih sanggup untuk menyelamatkan rumah tangga dari kerobohan.

3. Kembangkanlah Kesetiaan Sampai Mati

Kesetiaan sering diumpamakan seperti kalung. Amsal 3:3 mengatakan, "Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu...." Jangan sampai kesetiaan meninggalkan engkau di waktu siang ataupun malam. Allah senang dengan kesetiaan, karena Ia sendiri setia. 1 Yohanes 1:9 mengatakan, "Jika kita mengaku dosa, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." Setialah sampai mati karena kepadamu akan dikaruniakan mahkota lain. Kemudian saudara menghadap pendeta supaya diberkati. Di hadapan pendeta saudara berjanji untuk setia satu dengan yang lain, dan saling mengasihi baik di kala susah maupun senang, di kala kekurangan maupun kecukupan, dalam keadaan sakit ataupun sehat. Pokoknya setia sampai mati. Eh, tidak berapa lama kemudian sudah saling cekcok sehingga sang istri dengan anak pulang ke rumah orangtuanya.

Kita perlu belajar untuk mengenakan kesetiaan sepanjang umur kita karena kesetiaan dapat menjaga rumah kita agar tidak roboh. Di Belanda orang-orang masih tetap setia sampai mereka menjadi kakek nenek. Mereka sore-sore berjalan-jalan berdampingan dengan mesra. Kakek pegang tongkat, nenek tuntun anjing, sama-sama menikmati udara segar. Itulah yang namanya setia sampai mati. Di Indonesia kita jarang melihat kakek nenek jalan bergandengan tangan. Di Indonesia kita jarang melihat pasangan yang masih muda jalan bergandengan tangan. Suami merasa malu untuk menggandeng tangan istri, tetapi kalau menggandeng wanita lain tidak malu. Kenapa bisa begitu? Karena kesetiaan sudah meninggalkan dirinya. Kalungkanlah kesetiaan pada lehermu dan tuliskan pada loh hatimu. Jangan sampai kesetiaan meninggalkan hidupmu supaya rumah tanggamu berdiri teguh, tahan terhadap angin dan badai.

4. Pusatkanlah Keluargamu Pada Kristus

Matius 7:24 berkata, "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu." Rumah tangga kita bisa berdiri teguh bila kita mendasarkannya pada Kritus, sang Batu Zaman itu. ".... Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya." (Mazmur 127:1a) Tanpa Tuhan, rumah tangga kita tidak akan dapat berdiri dengan kukuh. Karena itu izinkanlah Dia menjadi pelindung rumah tanggamu. Izinkanlah Dia menjadi satpam bagi rumah tanggamu. Kalau Dia menjadi satpam, maka amanlah rumah tanggamu. Bila suami keluar atau masuk, Tuhan melihatnya. Kalau suami macam-macam laporkan saja kepada Tuhan dan suruhlah Tuhan yang mengurusnya.

Saya tidak menentang orang yang memelihara anjing. Tetapi jangan percaya kepada anjing lebih dari pada kepada Tuhan. Undanglah Dia untuk menjadi penunggu dalam rumah tanggamu. Biarlah Dia menjadi tamu yang tidak kelihatan di meja makan kita di kala kita bersantap. Biarlah Dia menjadi tamu yang tidak kelihatan yang mendampingi kita di saat kita tidur. Kalau Dia yang mengawal tidur kita, kita tidak akan mengalami mimpi buruk, tetapi kita akan bermimpi tentang surga yang mulia.

Kalau Dia menjadi pusat hidup kita, dan ikut menyertai kita di mana pun kita berada, maka hidup kita akan aman dan rumah tangga kita akan berdiri dengan kukuh. Kalau ada tamu yang datang dengan maksud yang jahat, Tuhan sudah lebih dulu memberitahu kita. Di kantor dan dalam pekerjaan kita, Tuhan memberkati buah tangan kita, sehingga kita selalu berhasil dalam setiap usaha kita. Di sekolah Tuhan memberi hikmat kepada anak-anak kita. Karena itu undanglah Yesus dalam seluruh bidang kehidupanmu, maka Dia akan menahan rumah tanggamu dari kerobohan. Meskipun angin ribut datang menderu, hujan banjir menerpa, dan gelombang menerjang, rumah tanggamu akan tetap berdiri dengan kukuh karena Tuhan ada di dalamnya sebagai pelindung.

Diambil dan disunting dari:
Judul asli artikel : Bagaimana Membangun Rumah agar tidak Roboh
Judul majalah : Pukat, Tahun XVI, Edisi Januari -- Februari 1996
Penulis : Jacob Nahuway
Penerbit : GBI Mawar Sharon, Jakarta
Halaman : 31 -- 33

Download Audio

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar