Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Menolong Anak Bertumbuh dalam Damai Sejahtera
Tema tulisan ini saya ambil dari kata-kata seorang gubernur dalam menanggapi peristiwa pembunuhan atas seorang gadis kecil di kotanya. "Pelakunya sudah tertangkap dan kasusnya pun sudah hampir selesai, namun peristiwa ini masih terasa begitu menggemparkan, terutama karena penyebab kematian gadis kecil yang lucu itu adalah penganiayaan yang dilakukan secara keji dan juga proses penangkapan pembunuhnya yang berliku-liku."
Imbauan gubernur itu dimaksudkan agar anak-anak kita yang lucu dapat terhindar dari ketakutan, supaya mereka memiliki masa kanak-kanak yang bahagia dan tumbuh dalam damai sejahtera. Sebab jika anak-anak kita tumbuh dalam lingkungan yang tidak tenteram dan tenang, bagaimana keluarga kita dapat bahagia di kemudian hari? Bagaimana masyarakat dapat tenteram di kemudian hari?
Saya pribadi berpendapat bahwa lingkungan masyarakat yang baik saja tidak cukup untuk membuat anak-anak dapat tumbuh dengan damai sejahtera. Hati anak dapat penuh dengan damai sejahtera jika didukung juga dengan terciptanya lingkungan keluarga yang baik.
1. Menciptakan Keluarga yang Rukun
Jika orang tua sering bertengkar, mustahil rasanya anak dapat merasakan damai sejahtera. Meskipun pertengkaran itu dilakukan tidak di depan anak-anak, dengan perasaan mereka yang masih begitu peka, mereka tetap dapat merasakan ketegangan di antara kedua orang tuanya. Suasana demikian dapat membuat mereka gelisah. Yang terbaik bagi orang tua adalah saling memaafkan, mengubah kebencian menjadi saling mengasihi. Maka seisi keluarga akan berada dalam damai sejahtera.
2. Tidak Memanjakan Anak
"Wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak, dan pemimpin-pemimpinmu pagi-pagi sudah makan!" (Pengkhotbah 10:16)
Bila kita membiarkan anak-anak menjadi raja sejak mereka masih kecil, hal tersebut akan menjadi sebuah malapetaka. Hal ini dapat terjadi karena banyak orang tua yang salah mengartikan maksud dari membiarkan anak tumbuh dalam damai. Mereka mengira bahwa membiarkan anak tumbuh dalam damai sama dengan memanjakan dan menuruti semua permintaan anak. Namun yang terjadi adalah kekacauan. Orang tua akhirnya kehilangan posisinya sebagai orang tua, anak-anaknya menjadi anak yang tidak tahu aturan, kehidupannya berantakan, hati dan jiwanya kacau balau. Mungkinkah ada damai dalam keluarga yang demikian?
Sungguh ironis bahwa kasih orang tualah yang mencelakakan anaknya. Anak yang sejak kecil tidak pernah mengenal kata tidak, biasanya setelah dewasa pun akan terus berbuat seenaknya, dan tidak jarang menjadi pembuat onar di lingkungan sekitarnya.
Akan tetapi, bila sejak kecil anak telah dibiasakan untuk belajar memikul kuk, hasilnya akan sangat baik. Jika mereka berlaku bodoh dan kurang berhikmat, maka saat mereka meminta suatu yang tidak sepantasnya mereka terima karena perbuatan mereka itu, hendaklah orang tua bersikap teguh pada pendiriannya. Setiap kali anak melakukan perbuatan yang salah, hendaklah segera dikoreksi. Hanya dengan demikian anak dapat bertumbuh dalam damai.
3. Menghargai Anak
"Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, supaya Ia meletakkan tangan-Nya atas mereka dan mendoakan mereka; akan tetapi murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu. Tetapi Yesus berkata: 'Biarkanlah anak-anak itu, janganlah menghalang-halangi mereka datang kepada-Ku....'" (Matius 19:13-14).
Mengapa murid-murid memarahi orang-orang itu? Mungkin karena mereka menganggap bahwa anak-anak tidak tahu apa-apa, tidak patut menyusahkan Yesus. Kita pun sering bertindak demikian. Meskipun kadang kala kita mendahulukan anak dengan selalu mengikuti kemauannya, kadang kala kita juga meremehkan mereka, menganggap mereka tidak tahu apa-apa. Padahal sesungguhnya anak memunyai pengamatan yang tajam dan daya tiru yang kuat. Bila kita mengharapkan anak bersikap sopan dan dapat mengekang diri, kita haruslah memberikan contoh terlebih dahulu. Mungkin kita sendiri tidak menyadarinya, tetapi anak-anak sering kali menemukan bahwa ketika orang tua-orang tua mereka bertemu dan saling menyapa, biasanya mereka pasti diabaikan.
Sebab Tuhan Yesus sendiri berkata: "Biarkanlah anak-anak datang kepadaKu", sepatutnya kita juga menyambut dan menghargai mereka. Dengan demikian, anak-anak akan merasakan bahwa keberadaan mereka sangat bernilai, sehingga dapat bertumbuh dalam damai.
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul buletin | : | Warta Sejati, Edisi 27/November - Desember 2001 |
Judul artikel | : | Biarkan Anak-Anak Kita Tumbuh dalam Damai Sejahtera |
Penulis | : | LSC |
Penerbit | : | Departeman Literatur Gereja Yesus Sejati Pusat Indonesia, Jakarta |
Halaman | : | 25 -- 26 |