Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Perempuan dan Nilai-Nilai Kebenarannya

Di mata Tuhan, kedudukan laki-laki dan perempuan sama. Dalam iman, kita semua satu di dalam Yesus Kristus. Dengan baptisan yang mempersatukan kita bersama Yesus, kita semua telah mengenakan Kristus pada tubuh kita. "Dalam hal ini, tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Pernyataan yang agung ini dibuat sejak gereja berdiri, sebagaimana dibaca dalam kitab Galatia 3:28.

Laki-laki tidak lebih baik daripada perempuan. Laki-laki tidak lebih disukai [Allah] daripada perempuan. Di hadapan Tuhan, kita semua merupakan sesama makhluk ciptaan. Tetapi, darah Anak Domba-Nya menjadikan kita berharga. Oleh sebab itu, suami dan istri merupakan sesama ahli waris kasih karunia Tuhan (1 Petrus 3:7).

Gambar: perempuan

Perempuan bukan hanya sederajat dengan laki-laki, ia juga menjadikan hidup seorang laki-laki lengkap. Perempuan memenuhi sesuatu yang tidak dapat dilakukan laki-laki. Dalam Kejadian 2:20, perempuan digambarkan sebagai penolong yang sepadan dengan laki-laki.

Peranan perempuan yang sederajat dan melengkapi ini tampak lebih nyata dalam peristiwa penciptaan, ketika Tuhan menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Perempuan diciptakan bukan untuk ditaklukkan ataupun ditinggikan. Ia bagaikan tulang rusuk, yang diciptakan Tuhan untuk berada di sisi laki-laki.

Sebagai Seorang Istri

Amsal 31:10-31 menggambarkan tentang seorang istri yang baik.

"Istri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya. Ia bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya, dan membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya perempuan. Ia membeli sebuah ladang yang diingininya, dan dari hasil tangannya kebun anggur ditanaminya. Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya. Ia tahu bahwa pendapatannya menguntungkan, pada malam hari pelitanya tidak padam. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari-jarinya memegang pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Ia tidak takut kepada salju untuk seisi rumahnya karena seluruh isi rumahnya berpakaian rangkap. Ia membuat bagi dirinya permadani, lenan halus dan kain ungu pakaiannya. Suaminya dikenal di pintu gerbang, kalau ia duduk bersama-sama para tua-tua negeri. Ia membuat pakaian dari lenan, dan menjualnya, ia menyerahkan ikat pinggang kepada pedagang. Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya. Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!"

Perempuan diciptakan bukan untuk ditaklukkan ataupun ditinggikan. Ia bagaikan tulang rusuk, yang diciptakan Tuhan untuk berada di sisi laki-laki.

FacebookTwitterWhatsAppTelegram

Jika Perjanjian Lama menekankan kewajiban, Perjanjian Baru justru mengajarkan ketundukan sebagai karakter penting pada seorang perempuan yang benar. "Hai istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah istri kepada suami dalam segala sesuatu." (Efesus 5:22-24)

"Demikian juga kamu, hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan istrinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup istri mereka itu. Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman." (1 Petrus 3:1-6)

Sebagai Seorang Ibu

Seorang ibu Kristen haruslah mengusahakan agar anak-anaknya menikah di dalam Tuhan. Kejadian 27-28 menceritakan kisah Ribka dan kedua anaknya, Esau dan Yakub. Esau menikah dengan perempuan-perempuan Het yang bernama Yudit dan Basmat. Pernikahan itu sangat memedihkan hati Ishak dan Ribka.

"Kemudian Ribka berkata kepada Ishak: 'Aku telah jemu hidup karena perempuan-perempuan Het itu; jikalau Yakub juga mengambil seorang istri dari antara perempuan negeri ini, semacam perempuan Het itu, apa gunanya aku hidup lagi?' Kemudian Ishak memanggil Yakub, lalu memberkati dia serta memesankan kepadanya, katanya: 'Janganlah mengambil istri dari perempuan Kanaan. Bersiaplah, pergilah ke Padan-Aram, ke rumah Betuel, ayah ibumu, dan ambillah dari situ seorang istri dari anak-anak Laban, saudara ibumu. Moga-moga Allah Yang Mahakuasa memberkati engkau, membuat engkau beranak cucu dan membuat engkau menjadi banyak, sehingga engkau menjadi sekumpulan bangsa-bangsa.'" (Kejadian 27:46-28:1-3)

Sebagai Pekerja Gereja

"Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." (Titus 2:3-5)

Perempuan memiliki banyak peran di gereja. Dengan talenta yang diberikan Tuhan, seorang perempuan antara lain dapat menjadi nabi (Lukas 2:36- 38), melayani hamba Tuhan (Matius 8:14-15; Roma 16:1-2), mengajar orang muda (2 Timotius 3:15), atau memberi sedekah kepada yang membutuhkan (Kisah Para Rasul 9:36).

Diambil dari:
Nama majalah : Warta Sejati, Edisi 35 - 2003
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia, Jakarta 2003
Halaman : 21 -- 23

Download Audio

Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar