Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Apa yang Kita Lakukan Ketika Antarsaudara Tiri Melakukan Hubungan Seks?
Saya telah berbicara dan menulis tentang hal ini selama bertahun-tahun. Dan, setiap kali kalimat itu muncul, orang tua dan orang tua tiri menatap saya seolah-olah saya gila -- sampai hal itu terjadi kepada mereka.
"Saya tidak percaya putri saya dan saudara tirinya, Josh, memberi tahu kami bahwa mereka memiliki perasaan romantis satu sama lain. Meskipun Josh tidak tinggal bersama kami, mereka tumbuh besar dengan mengenal satu sama lain; putri saya berusia dua tahun dan Josh tiga tahun ketika Carri dan saya menikah. Bagaimana ini bisa terjadi? Saya kira mereka sudah berciuman saat ini. Apa yang harus kami lakukan?"
Brad dan Gwen telah serius berpacaran selama sekitar satu tahun ketika mereka mengetahui bahwa putra dan putrinya saling tertarik. Seorang teman mengatakan kepada Gwen tentang rumor di sekolah mengatakan bahwa jika Brad dan Gwen menikah, anak-anak mereka akan tinggal di rumah yang sama, dan mereka sudah saling menyukai.
Robert menulis kepada kami dengan hati yang sangat berat. "Kami sedang mengalami masalah besar dan membutuhkan bimbingan. Marsha dan saya telah menikah selama empat tahun dengan empat anak dan kami merasa memiliki keluarga yang sehat. Itu sebabnya, kami tidak bisa mengerti mengapa hal ini terjadi. Anak saya, Ian (usia 17) dan putri Marsha, Monica (usia 15), melakukan hubungan seks Minggu malam yang lalu. Mereka sudah seperti kakak dan adik di sepanjang pernikahan kami dan sekarang mereka sama-sama telah kehilangan keperawanan. Saya lega karena rasa bersalah berkuasa sehingga mereka mengakuinya dalam sehari. Kami telah meminta bantuan dari pendeta muda dan telah berbicara dengan keduanya tentang keputusan mereka, tetapi kami tahu ini telah mengubah keluarga kami selamanya. Bagaimana ini bisa terjadi? Kami proaktif dalam mengajar anak-anak kami tentang seksualitas yang sehat dan nilai-nilai Tuhan. Apa yang harus kami lakukan sekarang?
Memahami Kerentanan
Pertama, izinkan saya mengatakan dengan sangat jelas bahwa seksualitas intern keluarga tiri -- antar saudara tiri -- sangat langka. Namun, itu benar-benar terjadi. Mengapa?
Dalam "The Smart Stepfamily" saya mengkhususkan seluruh pasal untuk membahas dinamika seputar seksualitas intra-keluarga dalam keluarga tiri. Saya akan meringkas poin-poin pentingnya sebagai berikut:
-
Tidak ada larangan alami. Saudara kandung memiliki larangan alami terhadap seksualitas. Tampaknya, "DNA yang sama" adalah pencegah kuat untuk daya tarik seksual yang merupakan salah satu alasan penting mengapa hubungan seks dengan saudara kandung jarang terjadi. Bertanyalah kepada seseorang apakah mereka memikirkan saudara kandung mereka secara seksual dan mereka akan berkata, "Itu jorok!" Saudara tiri tidak memiliki DNA yang sama dan oleh karena itu, tidak memiliki larangan alami. Ini tidak selalu membuka pintu untuk seksualitas, tetapi tidak menguncinya.
-
Perintah untuk kedekatan. Ketika dua keluarga bergabung bersama, ada asumsi bahwa orang-orang hanya akan melakukan "ikatan bersama-sama". Hal ini menciptakan ekspektasi yang tidak terucapkan bahwa saudara tiri akan saling mendekat. Ungkapan kasih sayang, kehangatan, dan pelukan sayang adalah cara komunikasi nonseksual penyatuan ini. Namun, sentuhan nonseksual dapat menjadi sentuhan seksual, terutama bagi remaja yang batas psikologisnya tidak kuat.
-
Sebuah lingkungan yang bermuatan seksual. Hal ini terjadi karena beberapa alasan. Pertama, sebelum pernikahan, anak-anak melihat saat orang tua mereka menjalani masa pacaran dan semakin mesra. Anak-anak mungkin belajar dari orang tua mereka tentang bagaimana bertindak, bicara, atau parfum apa yang dikenakan saat kencan. Selain itu, anak sering menyaksikan kasih sayang dan sentuhan fisik yang semakin banyak dilakukan pasangan ketika asmara semakin mendalam. Seorang ayah bercerita bagaimana hal ini berdampak pada anak-anaknya. "Saat berkencan, saya mencium calon pengantin saya di depan rumah sebelum mengucapkan selamat tidur. Putra bungsu saya menjulurkan kepalanya di sudut rumah dan berteriak, 'Terus Ayah!'" Anak-anak tidak bisa tidak berbuat apa-apa, kecuali menyaksikan kasih sayang romantis ini.
Akan tetapi, asmara tidak berhenti di situ. Alasan kedua untuk lingkungan yang bermuatan seksual adalah apa yang terjadi setelah pernikahan. Tahun pertama pernikahan sering diwarnai dengan sikap romantis dan merapat manja di sofa sebelum tidur. Semua itu mengomunikasikan pesan bahwa "seksualitas hidup dan berjalan dengan baik dalam rumah tangga ini".
-
Mengembangkan seksualitas remaja. Masyarakat kita terobsesi dengan seks. Seks merembet ke film, musik, dan percakapan remaja pada umumnya. Seks ada di mana-mana -- di luar dan di "dalam". Perubahan hormon dan penampilan fisik dalam tubuh anak membawa banyak pikiran dan perasaan yang membingungkan bagi remaja. Adalah suatu keharusan bagi orang tua untuk memberikan pandangan yang bijak tentang seksualitas -- tujuan dan janji seksualitas -- sepanjang usia dewasa. Jika orang tua mulai sejak dini membicarakan rencana Allah atas tubuh dan seksualitas kita, percakapan penting dengan remaja yang bingung akan lebih mudah dilakukan. Akan tetapi, baik mudah ataupun sulit, percakapan itu harus dilakukan.
Semua ini hanyalah beberapa dinamika yang memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap batasan romantis atau seksual dalam keluarga tiri. Oleh karena itu, yang terbaik bagi orang tua adalah bersikap proaktif dalam mencegah perilaku seperti itu; keluarga tiri perlu mengatur batasan-batasan perilaku yang mencegah adanya daya tarik seksual yang disengaja ataupun tanpa disadari.
Batasan-batasan yang Menghormati
Tetapkan batasan-batasan (aturan yang mengatur perilaku) yang mengajar anggota keluarga untuk menghormati satu sama lain. Menghormati privasi dan menghargai keistimewaan masing-masing anggota keluarga adalah pesan penting yang harus diketahui oleh setiap orang.
-
Tetapkan aturan yang menghormati privasi. Ini mungkin benar-benar terasa tidak perlu, tetapi pertimbangkan untuk memiliki aturan dalam berpakaian. Remaja, khususnya, biasanya tidak peduli bagaimana pakaian mereka bisa membuat orang lain melihat mereka dengan cara seksual, atau menganggap mereka sebagai simbol seksualitas. Gadis-gadis, misalnya, yang tidur dengan pakaian dalam mereka dan kaos panjang, mungkin nyaman berjalan di sekitar rumah dengan mengenakan pakaian tidur. Hanya sedikit gadis yang menyadari betapa hal itu bisa membangkitkan rasa ingin tahu alami pada diri anak laki-laki tentang bentuk tubuh mereka. Anak laki-laki dapat dengan mudah memiliki pikiran yang beralih dari keingintahuan nonseksual kepada seksual. Untuk mengatasi kemungkinan ini, tetapkan cara berpakaian dan jelaskan mengapa itu penting.
-
Aturan lain yang mungkin Anda terapkan mencakup mengetuk pintu sebelum masuk kamar tidur dan tentang bagaimana berbagi menggunakan kamar mandi. Bantulah anak-anak Anda menerapkan sistem saling menghormati untuk jadwal mandi dan bergantian menggunakan kamar mandi.
-
Batasan sangat penting ketika saudara tiri dari rumah lain pindah ke rumah Anda. Anak-anak dan remaja yang sudah saling kenal selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah hidup bersama penuh waktu, memerlukan aturan-aturan tentang perilaku yang jelas.
-
Pastikan untuk tidak menutup mata terhadap tanda-tanda bahwa seseorang merasa tidak nyaman. Jika Anda melihat seorang anak menarik diri atau menunjukkan tanda-tanda stres, dengan tenang dekatilah anak itu untuk menyelidiki situasinya. Kesalahan pada sisi kehati-hatian/yang perlu diwaspadai.
-
Lakukan diskusi-diskusi terbuka dengan remaja dan praremaja (secara terpisah) tentang batasan-batasan seksual dan sikap seksual yang sehat. Menetapkan aturan yang menghormati seksualitas dan privasi juga diperlukan untuk menciptakan peluang bagi orang dewasa berbicara dengan anak-anak dan remaja tentang seksualitas. Manfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajarkan tujuan Allah atas seksualitas dan perlindungan ketetapan yang diberikan-Nya. Pesan yang diberikan orang tua kepada anak-anak dalam keluarga tiri adalah pesan dasar yang sama, yang diberikan oleh semua orang tua -- itu berlaku bagi semua orang, baik di dalam maupun di luar rumah. Pesannya adalah seksualitas Anda dan seksualitas orang lain adalah karunia dari Allah yang harus dihormati dan dijaga. Seksualitas yang sehat antara dua orang yang menikah membantu membangun hubungan mereka satu sama lain dan Tuhan. Seksualitas di luar batas Allah akan mengikis hubungan dan menciptakan penghalang dosa antara Allah dan kita.
Sayangnya, beberapa orang tua mengandalkan taktik menakut-nakuti untuk menjaga kemurnian seksual sebelum menikah. Dalam upaya menjaga anak-anak mereka untuk tidak memiliki pikiran atau dorongan seksual, orang tua menakut-nakuti mereka dengan konsekuensi dari seks pranikah. Saya percaya kita harus jujur kepada anak-anak dan remaja tentang konsekuensi emosional dan potensi fisik seks pranikah. Namun, metode menakut-nakuti tidak menghadirkan seks sebagai karunia Allah yang harus dihormati. Itu mengubah seks menjadi kutukan yang harus dihindari. Ketika anak-anak tumbuh sebagai orang dewasa yang telah menikah, mengubah pesan dalam otak mereka untuk melihat seks sebagai sesuatu yang harus diterima dan dilakukan sering kali sulit. Jauh lebih baik bagi orang tua untuk mengajarkan seks sebagai karunia untuk dilindungi dan dihormati. Hukum Allah bahwa seks ditunda sampai pernikahan dimaksudkan untuk melindungi kita dari bahaya dan memberikan kenikmatan seksual dalam pernikahan. Kita dapat mengajari anak-anak kita untuk saling menjaga kehormatan dan diri mereka sendiri sehingga karunia seksualitas dapat dinikmati nanti dalam konteks pernikahan yang tepat.
-
Bicarakan mengenai daya tarik seksual dalam perilaku yang wajar. Melakukan percakapan yang sehat dan jujur tentang kebenaran seksual dalam kehidupan akan menjadikan hal itu wajar bagi anak-anak. Misalnya, menjelaskan menstruasi kepada gadis praremaja atau mimpi basah kepada anak laki-laki sebelum hal itu terjadi mempersiapkan anak ketika mengalami hal itu. Mempersiapkan dan memandang pengalaman itu sebagai hal yang wajar seperti ini penting karena selain mengajar anak-anak tentang kebersihan yang layak, hal ini juga memberikan anak perspektif Allah mengenai peristiwa itu ("Kau menjadi seorang wanita!").
Dengan cara yang sama, mengakui bahwa daya tarik seksual antara saudara tiri dapat terjadi, akan membuat hal itu sebagai sesuatu yang wajar bagi anak. Ini bukan untuk memberikan izin kepada mereka, tetapi untuk mengajarkan perspektif yang tepat. Alternatif lain adalah untuk tidak mengatakan apa-apa dan membiarkan anak menentukan makna dari daya tarik seperti itu (bukan ide yang baik), atau memberikan pesan-pesan negatif yang sia-sia yang membuat anak merasa malu ("Bagaimana kau bisa berpikir seperti itu tentang dia? Itu menjijikkan.").
Sebaliknya, orang tua bisa mengatakan sesuatu seperti ini kepada putranya, "Kau tahu, Nak, saat kita berbicara tentang berbagi kamar mandi dengan saudari tirimu, terpikir olehku ada beberapa anak di keluarga tiri seperti kita kadang-kadang memiliki pikiran seksual tentang saudara tiri mereka. Jika itu pernah terjadi padamu, bukan berarti kamu buruk atau mengecewakan Allah. Sering kali dalam hidupmu, pikiran atau perasaan terhadap orang lain secara seksual itu akan muncul, tetapi tidak pantas bagimu untuk melakukannya kepada mereka atau terus memikirkan orang tersebut dengan cara seperti itu. Jadi, jika itu terjadi, mintalah Tuhan untuk membantumu berhenti memikirkan saudari tirimu dengan cara itu. Dan, pastikan kamu tidak menghina orang lain dengan berbuat atau berpikir tentang daya tarik itu. Jika pikiran itu terus ada dan kamu merasa khawatir tentang hal itu, jangan ragu untuk berbicara denganku. Aku tidak akan marah. Kita akan mencari cara untuk mengatasinya. Ada pertanyaan?"
Akan Tetapi, Apa yang Harus Kita Lakukan Sekarang?
Bagian terakhir berkaitan dengan pencegahan. Apa yang Anda lakukan jika antarsaudara tiri sudah memiliki hubungan romantis atau melakukan hubungan seksual satu sama lain? Berikut ini beberapa saran untuk dipertimbangkan.
Setiap orang tua harus mengambil tanggung jawab utama terhadap anak mereka. Anda perlu melakukan banyak diskusi dengan anak-anak Anda tentang apa yang terjadi, bagaimana hal itu terjadi, apa yang mereka rasakan terhadap satu sama lain, dan bagaimana Anda akan mengelola hubungan pada masa yang akan datang. Gunakan banyak waktu berbicara bersama pasangan untuk memastikan Anda memiliki ekspektasi yang sama untuk anak-anak, kemudian komunikasikan itu kepada anak Anda. Anda dapat berdiri bersama-sama sebagai sebuah tim ketika melakukan hal itu (saya harap Anda bisa), tetapi biasanya yang terbaik dalam situasi stres yang tinggi adalah membiarkan masing-masing orang tua kandung menjadi orang yang melakukannya terhadap anak mereka. Ini tidak akan menjadi pembicaraan satu kali. Dosa seksual memiliki banyak dampak emosional, psikologis, spiritual, dan kekeluargaan. Anda akan memproses konsekuensi dan pelajaran hidup untuk waktu yang lama.
Bagaimana dengan semua orang lainnya? Anda harus memutuskan bersama pasangan bagaimana mengelola seluruh keluarga Anda. Apakah ada saudara lain yang menyadari situasi itu? Saya percaya mereka harus tahu beberapa hal, tetapi kapan? Apa masalah perkembangan anak-anak lain (misalnya, usia) yang harus Anda pertimbangkan? Apakah Anda memberi tahu anggota keluarga? Mengapa atau mengapa tidak? Tidak ada jawaban yang universal untuk pertanyaan ini; masing-masing harus didasarkan pada keadaan Anda.
Putuskan bersama konsekuensi-konsekuensi apa yang akan dijalankan. Membantu anak-anak belajar dari keputusan mereka kadang-kadang melibatkan hukuman. Putuskan bersama bagaimana Anda akan merespons apa yang telah terjadi dan apa tindak lanjutnya. Namun, pastikan untuk menyeimbangkan disiplin Anda dengan pernyataan kasih dan jaminan yang menguatkan. Berlebihan dalam kemarahan dan mempermalukan anak tanpa pesan penerimaan dapat mendorong mereka lebih jauh ke dalam dosa.
Pastikan batasan-batasan fisiknya jelas. Jika Anda belum proaktif dalam menetapkan tata cara berpakaian atau aturan untuk mengelola batasan-batasan fisik (misalnya, "mengetuk pintu sebelum memasuki kamar tidur seseorang"), Anda harus melakukannya segera. Kekacauan dan kecemasan emosional yang ditimbulkan oleh pelanggaran terhadap garis seksual akan memerlukan struktur dan batasan-batasan yang jelas bagi semua orang. Cobalah untuk menghindari sikap "mengendalikan" penuh sebagai orang tua, tetapi berikanlah ruang yang di dalamnya Anda bisa. Ini mungkin berarti bahwa anak-anak tidak bisa berada di rumah sendiri sepulang sekolah seperti sebelumnya, atau batasan-batasan umum lainnya. Cobalah untuk menghapus godaan. Ingat, seks tidak memiliki gigi "mundur", hanya "maju". Dengan kata lain, setelah anak-anak melakukan hubungan seks, melakukannya lagi menjadi jauh lebih mudah.
Batasan yang paling canggung untuk dibahas adalah kasih sayang secara fisik berikutnya. Sebagai anggota keluarga, saudara tiri melakukan pelukan, berpegangan tangan selama doa keluarga, dan mengatakan "Aku mengasihimu". Setelah melakukan di rumah, kasih sayang keluarga yang umum ini sekarang akan dianggap sebagai kecurigaan. Dapatkah anak-anak kembali ke masa yang murni? Mereka tidak bisa. Mereka harus dapat mengekspresikan kasih sayang yang tepat, tetapi melakukan hal itu mungkin membingungkan. Selain itu, bagaimana Anda tahu kapan ketakutan Anda melebih-lebihkan keadaan? Semua masalah ini perlu dibahas dan dipilah-pilah dari waktu ke waktu.
Bagaimana dengan kasih sayang antaranggota keluarga lainnya? Dalam satu keluarga, setelah dua remaja terlibat dalam hubungan seks, hal itu memengaruhi pernikahan pasangan tersebut. Karena tidak ingin perilaku itu terulang lagi oleh anak-anak, istri menjadi takut untuk menunjukkan kasih sayang kepada suami, baik di depan umum atau secara pribadi. Respons sementara seperti ini dapat dimengerti, tetapi seiring waktu, hal ini menimbulkan potensi bahaya yang nyata dalam pernikahan. Jagalah diri Anda agar tidak menjadi korban kecemasan Anda.
Lakukan percakapan "Bagaimana jika". Ini ditujukan untuk mengubah perilaku pada masa yang akan datang.
-
"Bagaimana jika kalian berdua sendirian saja di rumah? Bagaimana kalian akan mengatasinya?"
-
"Bagaimana jika kamu merasa tertarik lagi kepada dia? Apa yang akan kamu lakukan?"
-
"Bagaimana jika kamu merasa tertekan oleh saudara atau saudari tirimu?"
"Bagaimana jika seseorang membicarakan hal ini dan kamu merasa malu? Bagaimana kamu akan bertindak?"
Kemungkinan-kemungkinan percakapan tidak terbatas. Alhasil, jenis pertanyaan seperti ini membantu anak bertanggung jawab pada diri mereka sendiri dan mengembangkan rencana tindakan untuk masa depan. Beberapa orang tua tergoda untuk memberi tahu anak apa yang harus dilakukan dan bagaimana perasaan mereka nanti. Dalam situasi yang sangat emosional seperti ini, melakukan hal itu -- terutama dengan remaja -- biasanya akan menjadi bumerang. Bantulah mereka memikirkannya dan muncullah dengan strategi-strategi mereka sendiri. Tugas Anda adalah melatih proses mereka dalam berpikir menuju kedewasaan.
Lakukan percakapan "Apa yang telah kamu pelajari tentang dirimu sendiri?" Sekali lagi, percakapan ini ditujukan untuk membantu anak bertumbuh melalui pengalaman. Anda berharap itu tidak terjadi, tetapi itu terjadi. Bantulah mereka mempelajari sesuatu mengenai diri mereka sendiri.
-
"Apa yang membuatmu rentan terhadap situasi ini?"
-
"Apa yang kamu pikirkan ketika kamu mulai membuka baju?"
-
"Dengan cara apa kamu merasionalisasi atau membenarkan perilakumu?"
-
"Kamu tahu bahwa menjadi saudara tiri membuat ini sangat rumit bagi keluarga kita. Bagaimana kamu menolak saat kamu menginginkan hubungan itu?"
-
"Bagaimana kamu mengelola kerentananmu pada masa depan?"
Tetap Keluarga
Tidak diragukan lagi, seks antarsaudara tiri adalah sebuah tragedi keluarga, tetapi Anda tetap keluarga. Terapkan konsekuensi dan batasan-batasan dengan tegas, tetapi penuh kasih, dan kasih karunia dan pengampunan yang besar yang dibutuhkan untuk kondisi Anda akan memulai proses pemulihan bagi keluarga Anda. Hal-hal tidak akan pernah sama -- akan ada banyak sakit hati, tetapi suatu saat nanti akan ada juga sesuatu yang harus disyukuri. Namun, hal tidak terjadi jika Anda menyerah, menutup, atau mengasingkan diri Anda sendiri terhadap satu sama lain. Carilah pertolongan Tuhan, dapatkan dukungan luar dari konselor atau pendeta yang dipercaya, dan lanjutkan.
Ron L. Deal adalah Presiden Smart Stepfamily, pembicara seminar yang populer, dan penulis Smart Stepfamily, DVD The Smart Stepfamily, The Smart Stepmom (dengan Laura Petherbridge), dan yang akan terbit The Remarriage Checkup (dengan David H. Olson). Dapatkan sumbernya di www.SmartStepfamilies.com. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari:
Nama situs | : | Smart Stepfamilies |
Alamat URL | : | http://www.smartstepfamilies.com/view/stepsibling-romance |
Judul asli artikel | : | What Do We Do Now? When Stepsiblings Have Sex |
Penulis | : | What Do We Do Now? When Stepsiblings Have Sex |
Tanggal akses | : | 1 September 2014 |