Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Firman Itu Telah Menjadi Manusia
"Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita." (Yohanes 1:14)
Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Dengan datang ke dalam dunia, Dia menyatakan Bapa Surgawi kepada kita. Itulah yang dimaksud oleh Yohanes ketika dia mengatakan bahwa "Firman itu telah menjadi manusia".
F.W. Boreham menerapkan kebenaran ini ketika dia menulis, "Orang Kristen harus menyampaikan pesan kekristenan. Firman itu harus disampaikan dalam bentuk yang sesuai untuk manusia .... Firman yang menjadi manusia itu dinyatakan dengan suatu aksen dan penyampaian yang menarik .... Kata-kata manusia akan menjadi penuh semangat dan kuasa hanya bila dinyatakan dalam bentuk manusia. Demikian pula dengan rencana Allah atas manusia hanya akan seimbang menjadi menarik bila diekspresikan."
Boreham juga mengutip perkataan George Elliot, seorang penulis yang berasal dari Inggris, "Terkadang (Firman) telah menjadi manusia, Firman itu bernapas di sekitar kita dengan napas yang hangat, menyentuh kita dengan tangan halus yang peka, mereka melihat kita dengan sedih, mata yang tulus, dan berbicara pada kita dengan nada yang menarik; mereka berjubahkan jiwa manusia yang hidup."
Jika orang-orang ingin "mendengar" firman Tuhan, mereka harus "melihat" firman itu dilakukan dalam hidup kita. Yesus berkata, "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga" (Matius 5:16). Orang kristen yang hidup menurut apa yang mereka percayai, membuat firman itu menjadi manusia. (t/Yohanna)
Orang percaya, ingatlah kau menanggung nama-Nya Hidupmu adalah apa yang dilihat oleh orang lain; Kau adalah contoh -- orang lain bisa memuji atau menyalahkanmu Dan menilai Penyelamatmu melalui dirimu - NN -
Diterjemahkan dari:
Judul buku | : | Our Daily Bread, Large Print-Annual Edition, Edisi: Kamis, 18 Desember |
Judul asli artikel | : | The Word Made Flesh |
Penulis | : | Richard W. De Haan |
Penerbit | : | Yayasan Gloria, Yogyakarta 1996 |
Komentar