Iman yang Mengalahkan Dunia
"Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: IMAN KITA." (1 Yohanes 5:4)
"Sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: IMAN KITA." (1 Yohanes 5:4)
Penjangkauan sesama membuat hidup kita menjadi berarti. Kenyataan membuktikan bahwa semakin kita banyak memberi dan berbagi, semakin kita banyak menerima dan mendapat balasannya. Ketika kita mengasihi dan melayani dengan berbuat baik kepada sesama, segala kebajikan dan hal-hal yang baik akan mendatangi kita. Tetapi, kita mungkin akan berpikir sejenak, bagaimana dalam kondisi sulit seperti sekarang kita masih bisa bermurah hati dan rela berkurban?
Sering kita membaca di surat kabar kisah tentang pengorbanan besar yang dilakukan oleh seseorang yang didasari oleh hubungan keluarga atau oleh kebutuhan ekonomi -- misalnya mendonorkan salah satu organ tubuh mereka. Kita sering tersentuh oleh kisah pengorbanan itu. Demikian pula kisah kehidupan tokoh-tokoh yang berpengaruh di dunia. Mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang menjadikan diri mereka termasyhur dan memberi inspirasi. Namun demikian, tidak pernah ada tokoh yang mati demi orang lain yang jahat.
Bacaan: Amsal 31:10-31
Saat berbincang santai dengan ibu saya yang berumur 83 tahun, saya menarik-narik pelan kulit tangannya yang sudah menggelambir. Ya, saya ingat bagaimana tangan itu kadang harus mengangkat papan-papan jati yang besar dan berat ketika ia membuka dan menutup toko rotinya yang mungil. Dengan senyum, setiap hari ia melayani pelanggannya selama hampir 30 tahun. "Dulu tangan ini kuat untuk bekerja sehingga kalian bertujuh bisa bersekolah dan mandiri. Sekarang aku berbahagia dan bersyukur atas hidupku," simpulnya saat mengenang masa ia berjuang demi hari depan anak-anaknya.
"Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 'Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya.' Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: 'Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.'" (Lukas 2:13
Pada masa Natal ini, kita diajak untuk merenungkan beberapa pertanyaan. Natal tahun ini (2009) merupakan Natal yang keberapa dalam kehidupan Anda? Kalau Anda sudah menjawabnya, maka pertanyaan berikutnya, apa arti Natal dalam kehidupan Anda? Apakah Natal itu hanya sebagai sebuah sejarah Kristen yang harus dirayakan dengan perayaan yang megah, pohon Natal yang tinggi bertabur gemerlapan lampu yang indah, serta lagu-lagu Natal yang merdu?
Sayang,
Saat surat ini kau terima, kau pasti sudah berada di ambang kedewasaan, sudah siap membuka pintu itu dan melangkah ke dalam dunia yang penuh dengan begitu banyak kemungkinan yang terbentang luas di hadapanmu. Mama ingin sekali menuruti naluri alamiah seorang ibu, menarik engkau masuk kembali dan menutup pintu itu rapat-rapat. Tetapi, menjadi dewasa adalah perkembangan hidup yang wajar dan memang sudah tiba waktunya engkau harus pergi.
"Aku ini lho, orangnya rendah hati," kata salah satu teman lama saya, Yosafat, sambil berseloroh. Kata-kata yang diucapkan oleh Yosafat ini, sangat kontroversial. Mengapa? Karena orang rendah hati, kok, pakai pengumuman!
Saya teringat sebuah cerita yang dulu pernah saya dengar di gereja. Di sebuah gereja, pernah diadakan kontes "jemaat yang paling rendah hati".
Seperti biasanya, setiap pagi saya mengantar anak saya yang masih TK ke sekolahnya. Karena terburu-buru, dia duduk di sebelah saya dengan masih memegang roti sarapannya yang belum habis dimakan. Terlintas dalam pikiran saya untuk mengingatkannya akan salah satu ucapan Tuhan Yesus dalam Matius 4:4.
Sayang,
Beberapa minggu terakhir ini, Bunda sering berpikir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan Raja Salomo. Ia memiliki keluarga yang besar (1 Raja-Raja 11:1-3), tinggal di istana yang besar (1 Raja-Raja 7:1-12, 10:14-21), beribadah di bait yang besar (1 Raja-Raja 6:1-38, 7:13-51, 8:1-66, 9:25; 2 Tawarikh 3:2-7), memerintah kerajaan yang besar dengan populasi rakyat dan pasukan tentara yang besar (1 Raja-Raja 4:20-21)