Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Mereka Patut untuk Diingat
Pernahkah Anda mendengar perkataan "laki-laki atau perempuan sama saja"? Apakah perkataan itu dapat dipercaya seratus persen, ataukah hanya basa-basi? Paulus berkata, "Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan." (1 Korintus 11:11) Setiap insan membawa kodrat saat ia lahir ke bumi, entah laki-laki ataupun perempuan. Ada hal yang hanya dapat dilakukan oleh laki-laki, ada yang hanya dapat dikerjakan oleh perempuan, ada juga hal-hal yang dapat dilakukan oleh keduanya. Di bawah ini, ada tiga perempuan yang patut untuk diingat, baik karena kelebihannya maupun karena kekurangannya.
1. Istri Lot (Lukas 17:32)
Banyak orang Farisi bertanya kepada Yesus mengenai datangnya Kerajaan Allah. Dalam jawaban-Nya, Yesus menyinggung seorang perempuan (Lukas 17:32). Di mana pun Injil diberitakan, Yesus ingin setiap pembacanya mengingat seorang perempuan yang tinggal di kota Sodom ini. Siapakah perempuan ini?
Lot dibawa oleh Abraham ke tanah Kanaan (Kejadian 12:5) dan ikut juga ke Mesir (Kejadian 13:1). Pada waktu mereka tiba di Betel, Lot sudah memiliki domba, lembu, serta kemah sendiri (Kejadian 13:5). Harta milik Abraham dan Lot sangat banyak sehingga mereka tidak dapat tinggal bersama-sama. Kemudian, terjadilah perkelahian antara gembala Abraham dan gembala Lot, yang menyebabkan paman dan keponakan itu berpisah; Lot menetap di kota-kota Lembah Yordan dan berkemah di dekat Sodom (Kejadian 13:6-12; 19:2-3).
Dari catatan Alkitab, diyakini Lot menikah dengan perempuan Sodom. Dari perkawinannya, ia beroleh dua anak perempuan. Ketika kota Sodom akan dimusnahkan, Tuhan mengutus dua malaikat untuk menyelamatkan Lot dan keluarganya. Akan tetapi, dari empat orang yang keluar dari Sodom, ternyata hanya tiga yang selamat. Sementara itu, istri Lot mati menjadi tiang garam (Kejadian 19:26). Apa yang dapat dipelajari dari perempuan yang menjadi istri Lot ini?
A. Tidak Berubah
Betapa besarnya pengaruh Kota Sodom atas istri Lot sehingga ia tidak rela meninggalkan segala sesuatu yang ada di kota itu. Ada banyak kenangan tentang kota ini yang terpatri di dalam dirinya. Bagi istri Lot, kemungkinan besar Sodom adalah kota kelahirannya, tempat ia dibesarkan. Kemungkinan, ia hidup seperti masyarakat Sodom pada umumnya, tidak mengenal hukum (Allah) dan hanya mengikuti hawa nafsu manusia -- cara hidup yang membuat Lot terus-menerus menderita.
Pernikahan dengan Lot, orang yang benar (2 Petrus 2:7), tidak mengubah dirinya. Paling tidak, sudah belasan tahun ia menikah dengan Lot (karena ia sudah memiliki dua bakal menantu), tetapi waktu sepanjang itu berlalu dengan percuma. Ia masih tetap orang Sodom dan sama seperti penduduk Sodom lainnya, ia binasa oleh hukuman Tuhan.
Semua manusia telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23). Tuhan mengasihi dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk lahir kembali dan menjadi mempelai Kristus (Titus 3:5; Yohanes 3:5; 2 Korintus 11:2; Wahyu 19:7). Tuhan ingin supaya kita berubah (Roma 12:2). Roh Kudus akan membarui hidup kita dari hari ke hari agar kita menjadi manusia rohani (Titus 3:5; 1 Korintus 2:14-16).
B. Tidak Sampai Akhir
Malaikat memegang dan menarik tangan istri Lot, menuntunnya keluar kota. Di sana, tangan yang semula dipegang itu dilepaskan. Entah berapa jauh melangkah, istri Lot tak dapat menahan diri. Ia menoleh ke belakang, walaupun malaikat Tuhan sudah memperingatkan Lot dan keluarganya agar jangan menoleh ke belakang (Kejadian 19:17; 19:26). Tujuan manusia mengikut Yesus Kristus adalah untuk beroleh hidup yang kekal (2 Timotius 4:7; Matius 24:13). Pada titik tertentu, Tuhan akan melepaskan tangan kita dan Ia ingin agar umat-Nya dapat menggunakan mata rohani untuk memandang ke arah pegunungan. Manusia dewasa tidak perlu lagi dituntun, tetapi bisa berjalan sendiri mengikuti jejak Yesus.
C. Tidak Merindukan Tanah Air yang Baru
Istri Lot lebih merindukan Sodom dibandingkan dengan tanah air yang ditawarkan oleh Tuhan. Kerinduannya begitu menyala-nyala sehingga ia tidak tahan untuk tidak melayangkan pandangan terakhir pada Kota Sodom yang akan ditinggalkannya, walaupun itu harus mengabaikan perintah Tuhan. Ia menginginkan kehidupan yang baru, tetapi sekaligus tidak mau melepaskan Sodom (1 Yohanes 2:15; Ibrani 11:14-16).
2. Debora (Hakim-Hakim 4:4)
Pada masa hakim-hakim, orang Israel melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Lalu, TUHAN menyerahkan Bangsa Israel ke dalam tangan Yabin, Raja Kanaan. Dua puluh tahun lamanya, Yabin memerintah dan menindas umat Tuhan. Oleh anugerah dan kemurahan-Nya, Tuhan memilih seorang perempuan untuk menjadi hakim di Israel: Debora. Selain sebagai hakim, Debora juga adalah seorang nabiah dan seorang istri. Suaminya bernama Lapidot (Hakim-Hakim 4:4). Hal yang patut untuk diingat dari Debora antara lain:
A. Dapat Mengatur Waktu
Debora biasa duduk di bawah pohon korma antara Rama dan Betel di pegunungan Efraim, dan orang Israel menghadap dia untuk berhakim kepadanya (Hakim-Hakim 4:5). Ia juga ikut memimpin peperangan ke Kedesy bersama-sama dengan Barak (Hakim-Hakim 4:9-10).
Setiap manusia memiliki waktu 24 jam dalam sehari; 7 hari dalam seminggu; 30 hari dalam sebulan. Orang tua atau orang muda, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, bodoh atau berhikmat, semuanya punya waktu yang sama. Debora mesti mengatur waktunya untuk melakukan banyak hal. Menghakimi banyak perkara yang diajukan oleh orang Israel; memberikan dukungan kepada Barak dalam peperangan melawan orang Kanaan; memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada Lapidot, sebagai seorang istri yang merupakan penolong bagi suaminya.
Ada orang yang merasa kekurangan waktu, sedangkan yang lain merasa kelebihan waktu sehingga hidup jadi membosankan. Ada orang yang suka membuang-buang waktu, yang lain mengisi waktunya dengan mengerjakan hal-hal yang tidak berguna (1 Korintus 10:23; Efesus 5:16). Ada perbedaan yang jelas antara waktu dan uang. Uang yang hilang dapat dicari kembali; tetapi waktu yang hilang tidak mungkin didapatkan lagi (Pengkhotbah 12:10). Debora menggunakan waktunya untuk keluarganya, bangsanya, dan Tuhannya sebegitu rupa, sehingga hidupnya menjadi bermakna dan berharga.
B. Dapat Menundukkan Diri
Siapakah Lapidot? Alkitab tidak memberikan penjelasan lebih jauh tentang suami Debora ini. Mungkin, ia adalah orang Israel biasa saja. Ia bisa saja seorang peternak, petani, atau pedagang. Sebaliknya, Alkitab berbicara banyak tentang Debora. Ia adalah satu-satunya hakim perempuan yang dicatat Alkitab, seorang komandan perang (Hakim-Hakim 4:14) yang pandai menyanyi, (Hakim-Hakim 5:1) dan disegani oleh Bangsa Israel (Hakim-Hakim 4:8).
Tentu tidak mudah bagi Lapidot untuk hidup "di bawah bayang-bayang istrinya". Jabatan, kedudukan, dan peranan istrinya begitu besar di mata umat Israel. Dan bagi Debora sendiri, tentu sangat mudah untuk "meninggikan diri" di hadapan suaminya. Tunduk kepada suami adalah perintah Tuhan. Sebagai seorang yang takut akan Tuhan, dapat diyakini bahwa itulah yang Debora lakukan (Efesus 5:22-23; Kolose 3:18).
C. Dapat Menilai Orang
Ada banyak suku Israel yang terlibat dalam peperangan melawan Yabin. Suku Efraim datang ke lembah, juga Suku Benyamin, Manasye (Makhir), dan Zebulon. Para pemimpin Suku Isakhar menyertai Debora, sebagaimana Suku Naftali menyertai Barak (Hakim-Hakim 5:14-15a). Debora melihat bahwa Suku Ruben tidak ambil bagian memerangi Bangsa Kanaan karena punya banyak pertimbangan. Orang Gilead (termasuk dalam Suku Manasye), Suku Dan, Suku Asyer, juga terhitung sebagai golongan yang tidak ikut berperang.
Diperlukan kemampuan untuk menilai orang, mana yang mau ikut berperang demi Kristus dan mana yang tidak. Dibutuhkan banyak orang seperti Paulus, yang mau melakukan peperangan yang baik (2 Timotius 4:7) dan mau ikut menderita sebagai prajurit yang baik dari Kristus (2 Timotius 2:3). Mereka yang rela untuk berperang demi Kristus perlu dilatih, dididik, dan dilibatkan dalam peperangan rohani (1 Korintus 2:15).
D. Dapat Merasakan Penyertaan Tuhan
Orang Kanaan dengan 900 kereta besi merupakan lawan yang sukar untuk dikalahkan, apalagi oleh umat Israel yang tidak bersatu padu menghadapi musuh; tiga setengah suku Israel enggan berperang. Akan tetapi, Debora berkata kepada Barak: ".... Bersiaplah, sebab inilah harinya TUHAN menyerahkan Sisera ke dalam tanganmu. Bukankah TUHAN telah maju di depan engkau?" (Hakim-Hakim 4:14) Dalam peperangan itu, Tuhan turut berperang (Hakim-Hakim 4:15). Debora melihat bahwa kemenangan yang diraih Bangsa Israel adalah karena campur tangan Tuhan, yang menguasai seluruh alam semesta (Hakim-Hakim 5:20-21; Zakharia 4:6; Mazmur 124:8). Kemenangan atas Yabin, Raja Kanaan, memberikan keamanan kepada negeri Israel selama 40 tahun.
3. Sara (Kejadian 23:1-2)
Sara berusia 127 tahun saat meninggal, 37 tahun setelah melahirkan Ishak (Kejadian 17:17; 21:5). Ia tidak sempat melihat anak tunggalnya menikah dengan Ribka, sebab Ishak menikah saat berumur 40 tahun (Kejadian 25:20). Kematian Sara ditangisi dan diratapi oleh Abraham, suaminya, karena merasakan suatu kehilangan besar. Hal yang patut untuk diingat dari Sara:
A. Mengikuti Suami
Sara mengikuti Abraham dari Ur-Kasdim sampai ke Haran, kemudian ke tanah Kanaan. Karena terjadi bencana kelaparan, Abraham meninggalkan Kanaan menuju Mesir. Dari Mesir, Sara mengiringi suaminya kembali ke tanah Kanaan. Suka dan duka silih berganti dialami Sara dalam menyertai suaminya sepanjang ribuan kilometer (Kejadian 11:31; 12:4-6; 12:10-11; 13:1-3).
B. Mendukung Suami
Tuhan menyuruh Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran di tanah Moria (Kejadian 22:2). Dapat dipastikan Abraham memberitahukan hal itu kepada Sara. Apa tanggapan Sara berkenaan dengan hal tersebut? Kita bisa menduga pastilah dukungan karena esok paginya Abraham pergi dengan dua orang bujangnya dan juga dengan Ishak.
Tuhan menyediakan seorang istri bagi seorang laki-laki untuk menjadi penolong (pendukung) di dalam kelemahan, kesulitan, kebimbangan, dan kesakitan. Ketika Abraham berada dalam kebimbangan berkenaan dengan perintah Tuhan, Sara tampil memberikan dukungan. Hidup manusia tidak selamanya mudah dan lancar; ada kalanya menghadapi berbagai keadaan yang pelik, sulit, ataupun rumit. Alangkah bahagianya seorang suami yang memiliki istri yang dapat mendukung dirinya dalam berbagai situasi.
C. Menerima Gaya Hidup Suami
Oleh berkat Tuhan, Abraham menjadi seorang yang kaya (Kejadian 13:2; 24:34-35). Dalam kekayaannya itu, Abraham tetap tinggal di dalam kemah (Ibrani 11:9). Namun, Sara tidak menuntut agar suaminya membangun rumah yang megah. Ia menikmati gaya hidup sederhana yang dijalani suaminya. Sara menyadari keberadaannya di bumi ini hanyalah sebagai pengembara. Rumah yang sejati adalah surga, yang kelak akan dinikmatinya (Ibrani 11:11-16). Istri yang bijak akan mendukung gaya hidup suami yang sesuai dengan ajaran Tuhan.
Diambil dan disunting dari: | ||
Judul majalah | : | Warta Sejati Edisi 48/I Tahun 2006 |
Penulis | : | Yvonne Chan |
Penerbit | : | Departemen Literatur Gereja Yesus Sejati Indonesia |
Halaman | : | 29 -- 35 |
Komentar