Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita
Wanita-Wanita Kebangkitan
Saksi Kebangkitan Yesus Kristus: Sebuah Tinjauan pada Kaum Wanita di Kubur Yesus dan Kebangkitan Kaum Wanita Zaman Sekarang
Kami lelah. Kami merasa inilah waktunya untuk bangkit dan berbicara. Anda bertanya, "Siapakah wanita-wanita ini?" Saya katakan kami hanyalah ibu-ibu, nenek-nenek, bibi-bibi, dan saudara-saudara perempuan biasa. Bagi kami, ini baru permulaan. (Leymah Gbowee, pemenang Nobel Peace Prize 2011)
Hampir di setiap sudut dunia dan setiap masa yang tercatat dalam sejarah, para wanita telah dipercaya dalam pengasuhan anak-anak. Wanita melahirkan anak-anak, memberi mereka makan, memandikan, mengoreksi, menghibur, dan mencemaskan mereka. Jadi, bukan hal yang luar biasa jika wanita yang datang ke kubur Yesus mengurapi-Nya untuk penguburan. Ini sudah jelas. Ini merupakan hal yang biasa. Para wanita yang memberi-Nya makan, membasuh-Nya, dan yang mengurus-Nya selama hidup, datang untuk merawat tubuh-Nya pada saat-saat terakhir. Dan, di sinilah titik awal kisah ini diubah. Di sinilah kisah ini tidak lagi menjadi kisah yang biasa.
Bumi berguncang. Batu di depan kubur terguling. Tubuh Yesus tidak ada lagi di dalamnya. Dia sudah dibangkitkan. Dia benar-benar sudah dibangkitkan.
Kebangkitan benar-benar merupakan hal penting dalam iman Kristen. Jika kebangkitan tidak terjadi, gereja hanya sedikit lebih baik daripada gerakan gagal dari orang-orang yang karakter moralnya dipertanyakan, yang pemimpin besarnya tunduk pada kematian yang menyakitkan sebagai peringatan terhadap pemberontakan yang lebih lanjut. Cerita pun berakhir. Kebangkitan berarti bahwa Yesus adalah benar-benar seperti yang Ia nyatakan dan bahwa Dia telah menyelesaikan dengan tepat apa yang ditentukan untuk dikerjakan-Nya. Ini berarti bahwa untuk sesaat dalam sejarah manusia, Allah berjalan di antara kita untuk mengajar kita tentang Kerajaan Allah dan untuk menunjukkan kepada kita bagaimana mewujudkannya dalam kehidupan dengan bertindak adil, berbelaskasihan, dan memiliki kasih yang teguh. Ini berarti bahwa kita begitu dikasihi, dan dengan pembebasan semacam itu, kematian dan kebrutalan serta kejahatan telah dikalahkan. Artinya, kita tidak perlu meratapi akhir dari sesuatu, tetapi mengantisipasi permulaan sesuatu yang baru -- Pemerintahan Kasih yang dimanifestasikan dan disempurnakan dengan mengagumkan di bumi ini.
Para wanita yang datang untuk merawat tubuh Tuhan, Guru, dan Sahabat mereka datang untuk menandai akhir kisah-Nya dengan satu tindakan kasih yang terakhir. Namun, apa yang mereka dapati justru sebaliknya: sebuah awal yang baru. Para wanita yang berjalan bersama Yesus dari Galilea ke Yerusalem inilah yang pertama kali menyaksikan kebangkitan-Nya. Para wanita yang berdiri di kaki salib dan yang (tidak seperti beberapa catatan Injil tentang teman-teman laki-laki mereka) tidak bersembunyi dari bahaya, disangkutpautkan dengan Yesus, dan yang tidak meninggalkan Dia pada jam-jam terakhir-Nyalah yang dianugerahi dengan pandangan sekilas pertama tentang Tuhan mereka yang bangkit. Mereka adalah para saksi pengajaran dan penyembuhan-Nya. Mereka adalah para saksi penyiksaan dan penghukuman-Nya. Mereka adalah saksi kemenangan-Nya ..., saksi kemenangan-Nya yang terakhir dan yang menghancurkan paradigma terhadap kematian, kehancuran, dan segala sesuatu yang dikatakan dapat terjadi antara kita dan Allah. Ia berdiri di depan para wanita itu -- tubuh-Nya berubah dan begitu cemerlang -- dan memberi mereka mandat untuk mulai memberitakan tentang apa yang telah mereka lihat kepada dunia.
Seperti para wanita tersebut, kita semua yang mengakui Yesus sebagai Tuhan, Guru, dan Sahabat, dipanggil untuk melakukan hal yang sama. Kita semua dipanggil untuk menjadi pembawa Kabar Baik di dunia yang gelap dan kacau. Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa masih ada para wanita saksi kebangkitan yang merasa heran terhadap dunia ini. Seperti para wanita sebelumnya yang datang ke kubur pada hari Paskah pagi, mereka melihat kekejaman, kebrutalan, dan keputusasaan. Mereka juga mendapatkan penglihatan tentang kemenangan dan transformasi, dan mereka didorong oleh mandat yang sama untuk memberitakan penglihatan yang berharga ini kepada orang lain. Para wanita seperti Ellen Johnson Sirleaf, Leymah Gbowee, dan Tawkkol Karman, para pemenang Nobel Perdamaian 2011, adalah wanita-wanita kebangkitan. Ellen Johnson Sirleaf adalah wanita pertama yang dipilih secara demokratis sebagai presiden negara Afrika. Setelah tiba di Amerika Serikat untuk menyelesaikan pendidikan sarjana dan pascasarjananya di Universitas Harvard, dia kembali ke negara asalnya di Liberia untuk mewujudkan perdamaian dan kesejahteraan bangsanya. Dia tidak mundur oleh ancaman kekerasan. Ia tidak menyerah oleh ancaman penjara. Kepemimpinannya menjadi sarana dalam pembangunan kembali akibat perang yang meruntuhkan Liberia dan menjadi langkah pertama terhadap penyembuhan bagi bangsanya. Leymah Gbowee, yang juga berasal dari Liberia, menyatukan wanita-wanita Kristen dan Muslim untuk memprotes perang yang dilakukan oleh si diktator, Charles Taylor. Dia tidak mau disingkirkan. Dia tidak mau mengabaikan para wanita dan anak-anak yang telah disiksa dan ditelantarkan. Dia bekerja untuk merehabilitasi para tentara anak-anak. Tawkkol Karman, seorang jurnalis dan aktivis perdamaian di Yemen, telah berbicara menentang pembungkaman pers dan intimidasi para jurnalis dengan risiko pribadi yang sangat besar. Tawkkol Karman telah menyusun rencana untuk muncul secara terus-menerus dan tanpa kekerasan di gedung DPR Yemen, mendesak presiden untuk lengser. Dia berbicara dengan penuh semangat dan wibawa. Dia bekerja tanpa lelah dan tanpa henti sekalipun harus selalu berada dalam bayang-bayang ancaman. Inilah para "Wanita Kebangkitan".
"Wanita Kebangkitan" ada di mana-mana. Anda mungkin berpapasan dengan mereka dalam perjalanan Anda ke tempat kerja. Mereka mungkin berdiri di belakang Anda saat mengantre di swalayan. Anda mungkin duduk di samping mereka dalam kendaraan umum untuk pulang pergi. Kesempatan Anda untuk mengenalnya mungkin sedikit. Mungkin Anda adalah salah satu wanita kebangkitan. Setiap wanita yang mengerjakan dua pekerjaan sehingga keluarganya dapat makan adalah wanita kebangkitan. Setiap wanita yang berbicara menentang kekerasan kelompok penjahat di lingkungannya adalah wanita kebangkitan. Setiap wanita yang menolak dihilangkan atau ditiadakan karena tindakan kekerasan seksual dan kekerasan rumah tangga adalah wanita kebangkitan. Setiap wanita yang menolak gagasan bahwa jenis kelaminnya membuatnya kurang pantas atau mampu untuk melayani bangsa atau Allahnya dengan semangat dan keberanian adalah wanita kebangkitan. Mereka telah dibangkitkan. Mereka benar-benar telah dibangkitkan. (t/S. Setyawati)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Busted Halo |
Alamat URL | : | https://bustedhalo.com/ministry-resources/resurrection-women |
Judul asli artikel | : | Resurrection Women |
Penulis | : | Caitlin Kennell Kim |
Tanggal akses | : | 17 Desember 2013 |
Komentar