Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Kekhawatiran Saya Tentang Uang

Saya perlu mempercayai Tuhan untuk bantuan keuangan. Dia setia di masa lalu. Akankah Dia setia lagi?

Buku cek belum dibuka. Kenyataannya sangat jelas: Tidak ada cukup uang. Tumpukan tagihan di atas meja membutuhkan sepuluh kali jumlah uang di rekening saya. Dengan dua anak di perguruan tinggi, dan pernikahan putri saya sebentar lagi, anggaran bulanan hanya seperti puncak gunung es keuangan saya. Majikan saya mengurangi pekerjaan minggu kerja saya menjadi tiga hari, dan gaji saya menyusut secara proporsional. Saya bisa bertahan, tapi enam bulan kemudian saya mulai kewalahan.

Saya bukan pemula dalam hal meregangkan anggaran. Suami saya, Jon, dan saya setuju bahwa saya akan berhenti bekerja ketika putri pertama kami, Aimee, lahir. Pada saat Molly lahir dua tahun kemudian, saya kekurangan uang yang membuat saya berkreasi. Saya merencanakan menu makanan dari penjualan makanan yang diobral oleh supermarket secara mingguan. Saya memotong kupon produsen (kupon untukmendapat potongan harga - red.), dan menghemat lebih banyak uang pada tagihan belanjaan kami. Anak saya mengenakan pakaian bermerek yang saya beli di garasi penjualan karena lebih murah dari harga aslinya. Jon memuji lebih dari sekali, "Kamu tahu bagaimana meregangkan uang."

Sekalipun saya ahli meregangkan-anggaran, itu masih sulit. Kadang-kadang kami menunda membeli kebutuhan. Perbaikan mobil atau biaya pengobatan tak terduga mendatangkan malapetaka pada arus kas kami. Seringkali kami menerima pemberitahuan pemutusan atas keperluan kami; saya bernegosiasi secara bulanan dengan Juanita dari perusahaan gas untuk mencegah pemutusan. Ketika melakukan tutup buku keuangan keluarga kami di setiap bulan, intinya adalah selalu ini: Tuhan setia.

Mempercayai Tuhan dengan Perpuluhan saya

Ketika Jon dan saya pertama kali menjadi orang percaya, kami membuat keputusan untuk mempersembahan perpuluhan penghasilan kami berdasarkan janji Tuhan dalam Maleakhi 3:10: "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan mencurahkan berkat begitu besar sehingga engkau tidak akan memiliki cukup ruang untuk menampungnya! Cobalah! Ujilah Aku!'" Sejak tahun-tahun awal pernikahan kami, Tuhan terus berpegang teguh pada janji-Nya.

Setelah kami memulai sebuah keluarga dan mulai hidup dengan satu sumber penghasilan, kami mengalami bahwa sulit untuk menjaga komitmen persepuluhan kami. Sering kali saya melihat Jon di meja dapur, tagihan menumpuk di depannya. Dia akan menulis terlebih dahulu cek untuk persepuluhan kami, dan kemudian berkata, "Nah, saya sudah melakukan bagian saya. Saya akan membayar tagihan yang saya bisa, dan sisanya terserah Tuhan. Ini reputasi-Nya yang dipertaruhkan."

Setelah kematian suami saya pada tahun 1991, saya mengambil alih keuangan keluarga. Saya mengikuti contoh Jon dan membayar persepuluhan dahulu. Sampai Februari 1999, selalu cukup.

Di luar tagihan, saya membutuhkan mantel musim dingin baru, sepatu bot, dan gaun untuk pernikahan Aimee. Katalog penjualan ada di sebelah telepon; jika saya memesan, tagihannya akan jatuh tempo dalam 30 hari ke depan. Saat saya menatap buku cek, saya mencoba untuk merasionalisasi bahwa Tuhan akan mengerti jika saya tidak membayar persepuluhan saya sekali ini saja. Akhirnya, saya berdoa, "Tuhan, tolong saya mempercayai-Mu. Berilah saya iman untuk percaya bahwa Engkau akan mencukupi kebutuhan saya." Saya mengambil pena, menarik napas dalam-dalam, dan menulis persepuluhan saya.

Saya menghabiskan tiga jam berikutnya untuk berkutat dengan angka; Saya meregangkan anggaran sampai itu akan meledak. Jengkel, saya meninggalkan tagihan dan pergi tidur dengan merasa lelah dan sendirian. Mata saya langsung terbuka jam 4:00 dan segera pikiran saya memutar kembali kekhawatiran di hari sebelumnya. Setelah 45 menit mencoba untuk berdebat dengan ketakutan saya, saya mengaku kalah. Saya melemparkan selimut, dan berjalan turun untuk berbicara dengan Tuhan.

Pengingat Allah

Membuka Alkitab saya, saya membuka Matius 6, dan membaca, "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai." Ini adalah hal yang telah ada di pikiran saya. Saat saya terus membaca, Tuhan meyakinkan saya bahwa Ia tahu kebutuhan saya: "Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

"Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu."

Doa saya adalah, "Tuhan, ini saya lagi, Si Kurang Iman. Saya perlu merasakan kehadiran-Mu. Dorongan alami saya adalah panik. Saya merasa perlu untuk melakukan sesuatu, tapi saya tidak tahu apa. Saya takut untuk menggunakan uang. Engkau tahu kebutuhan saya; saya percaya Engkau menyediakan".

Ketika rasa takut saya berkurang, saya bisa kembali ke tempat tidur, dan tidur nyenyak sampai pagi.

Kesetiaan Allah Dinyatakan Lagi

Dua hari kemudian, akuntan saya menelepon memberitahu bahwa saya mendapatkan restitusi pajak sebesar $ 2.700. Pajak kredit The new Hope untuk orang tua mahasiswa telah menghasilkan pengembalian dana yang jauh lebih besar daripada yang saya perkirakan. Saya membayar tagihan saya dan membeli pakaian yang saya butuhkan.

Kemudian di minggu itu, teman saya Marilyn kembali dari liburan di Meksiko dengan souvenir untuk saya: piring dengan lukisan-tangan bunga bakung di atasnya. Saya sangat bersemangat untuk berbagi dengan dia pelajaran dari bunga bakung yang Tuhan tunjukkan kepada saya hanya beberapa hari sebelumnya. Kami kagum bahwa Tuhan telah mendorong dia untuk memilih hadiah itu; itu menambahkan sentuhan pribadi untuk penyediaan-Nya bagi saya. Piring saya itu sekarang tergantung di dinding dapur dan berfungsi untuk mengingatkan saya tentang kesetiaan Tuhan. Ketika keadaan menyebabkan iman saya lemah, saya hanya perlu memperhatikan bunga bakung itu. (t/Jing Jing)

Diterjemahkan dari:

:http

Nama situs : Today's Christian Woman
Alamat URL : //www.todayschristianwoman.com/articles/2012/september/my-worries-about-mo...
Judul asli artikel : My Worries about Money
Penulis artikel : Kathy Ptaszek
Tanggal akses : 23 Juni 2014
Tipe Bahan: 

Komentar