Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

KONSELING

Saya masih ingat kekecewaan besar saya yang pertama. Walaupun saya yakin sudah ada kekecewaan-kekecewaan lain - yang lebih kecil - sebelum kekecewaan ini, tidak ada yang cukup menonjol seperti saat tidak jadi berperan dalam drama sekolah ketika saya masih di kelas tujuh.

Saya kira itu terjadi karena berperan di dalam drama adalah hal pertama yang paling saya inginkan - lebih buruknya - saya sudah bekerja keras, berlatih, mencoba, tetapi dikeluarkan. Itulah saat pertama, pada intinya, saya mendapat perkataan "Kau tidak cukup baik."

Saya terkesan sekali waktu membaca Kisah Para Rasul 8 baru-baru ini. Firman Tuhan membicarakan tentang Simon, si ahli sihir. Rasul Petrus, oleh ilham Roh Kudus berkata kepadanya, "hatimu tidak lurus di hadapan Allah."

Alkitab berkata bahwa setiap kita memiliki hubungan yang khusus dengan Allah, yang sudah dimulai sebelum kita dilahirkan. Yeremia menulis:

Firman Allah datang kepadaku, bunyinya: "Sebelum Aku membentuk engkau di dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa." (Yeremia 1:4-5).

Dalam Lukas 5:18-26, kita membaca ada sebuah rumah yang penuh dengan orang-orang yang berdatangan dari berbagai wilayah untuk mendengar Yesus mengajar. Beberapa teman dari seorang yang lumpuh mengangkatnya di atas matras menuju lokasi tempat Yesus berada. Mereka telah mendengar bahwa Yesus adalah Seorang penyembuh, dan mereka berjalan melintasi Galilea untuk menemukan-Nya. Kerumunan orang itu sangat banyak sehingga orang-orang yang membawa orang lumpuh itu tidak dapat berjalan ke depan.

Di sekitar kita, bahkan mungkin dalam keluarga kita, terdapat orang-orang yang dianugerahi Tuhan usia lanjut (WULAN = warga usia lanjut). Usia lanjut merupakan berkat Tuhan yang dikaruniakan kepada anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan dan kedaulatan-Nya sendiri. Dalam realitas kehidupan, ada keluarga-keluarga yang diberkati dengan kehadiran WULAN, tetapi ada juga keluarga yang justru merasa terganggu dengan kehadiran mereka. Apa yang Alkitab katakan tentang WULAN? Bagaimana bersikap terhadap WULAN?

Salah satu filsuf terkenal, Bertrand Russel, melontarkan sebuah pemeo yang menjadi judul tulisan ini. Kutipan ini menggambarkan posisinya yang ketika masih muda tidak diterima oleh generasi tua pada zamannya. Segala pemikirannya dianggap masih mentah, tidak perlu ditanggapi dan dipikirkan. Dia dianggap remeh karena usia muda. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya merupakan kegiatan yang tidak berarti bagi generasi yang memegang kendali pada saat itu.

Pada suatu tengah malam, saya bercakap-cakap dengan Tuhan:

Bapa, mereka minta saya berbicara mengenai hidup melajang. Mengenai kehidupan saya sendiri sebagai wanita yang melajang, sehubungan dengan iman Kristen saya. Bapa, apakah yang harus saya katakan kepada mereka? Apakah saya mulai saja dengan ayat-ayat yang Kau pakai dalam mengajar saya mengenai hidup melajang?

Aborsi ....

Stres karena "kecelakaan" ....

Selingkuh ....

Kehamilan yang tidak diingini ....

Takut disebut perawan tua ....

Itulah alasan mengapa seks menjadi topik yang tetap menarik untuk didiskusikan sampai pada zaman modern ini.

Standar dan Moralitas Seks

Melalui Telinga

Konflik dan perselingkuhan merupakan masalah yang selalu menjadi sorotan dalam pernikahan, yang dapat menyebabkan hancurnya rumah tangga. Kenyataan ini tidak saja tampak dalam kehidupan pernikahan yang berusia muda, tetapi juga terjadi pada pasangan yang usia pernikahannya sudah lama.

Pertimbangan mengenai Perbedaan Iman dan Usia

Jawaban Untuk Pertanyaan Imelda

Pertanyaan :

Sebagai orang kristen, apakah dibenarkan mempunyai pasangan hidup yang berbeda agamanya ?

Jawaban dari Yohanes Santosa

Saya akan menjawab dari segi iman Kristen dulu. Mungkin lebih tepat jika anda tanyakan : apakah boleh orang yang beriman pada Kristus kawin dengan orang yang berbeda imannya. Hemat saya, sebaiknya tidak.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengatakan bahwa jodoh itu di tangan Tuhan sehingga tak jarang pula kita jumpai orang yang hanya pasif dalam menantikan jodoh atau pasangan hidupnya. Sebenarnya bagaimana pandangan kita sebagai orang Kristen menyikapi pendapat yang seperti ini? Anda penasaran? Segera saja simak cuplikan perbincangan dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D. mengenai perjodohan atau pasangan hidup. Selamat menyimak!

Perjodohan memang masalah yang pelik. Berapa banyak di antara kita yang begitu yakin akan jodoh kita sebelum menikah namun mengalami kebingungan setelah menikah? Sebelum menikah dengan pasti kita mengatakan bahwa dia adalah jodoh kita tetapi setelah menikah, dengan keyakinan yang sama kita berkata bahwa dia bukan jodoh kita.

Memilih jodoh yang tepat bagi orang beriman, betul-betul suatu upaya penuh pergumulan. Mengapa tidak, karena hal menurut pimpinan Tuhan dalam hal jodoh, ternyata mempunyai sisi-sisi yang begitu kompleks. Allah adalah Allah yang hidup, dan ternyata tidak menginginkan pergumulan yang sama pada setiap anak-anak-Nya.

"Melajang seringkali dipandang sebagai hal yang tidak biasa, kurang beruntung, tidak alami dan bahkan tidak diinginkan," ungkap seorang penulis artikel yang antusias. Lalu penulis itu melanjutkan bahwa pandangan itu sekarang telah berubah. Hidup melajang "bukan lagi merupakan cacat sosial". Pada kenyataannya, orang-orang yang masih lajang menikmati penerimaan sosial yang jauh lebih besar daripada sebelumnya .... Pernyataan hidup melajang telah dijunjung sejajar dengan pernyataan pernikahan, menjadikan status pernikahan murni sebagai masalah pilihan pribadi.

Pages