Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Istri yang Bekerja di Luar Rumah

Sudah menjadi realita pada masa kini semakin banyak istri yang bekerja di luar rumah. Mereka bekerja sebagai karyawan di berbagai kantor, instansi, pabrik, rumah sakit, maupun sebagai tenaga pengajar di berbagai bidang pendidikan, atau sibuk dalam berbagai usaha kemasyarakatan, seperti usaha-usaha di bidang sosial, media massa, dan sebagainya. Banyak alasan yang mendorong mereka untuk bekerja di luar rumah. Para wanita yang masih bujang bekerja untuk mencukupi biaya kehidupannya, para janda bekerja untuk dapat membiayai anak-anaknya, para istri bekerja untuk memperoleh tambahan penghasilan untuk keluarganya, dan atau untuk memenuhi kebutuhannya berkreasi.

Berbagai konflik dan tekanan batin dihadapi para wanita atau setiap wanita, baik istri yang bekerja di luar rumah maupun yang tidak bekerja di luar rumah. Semua itu perlu ditanggulangi dengan cara-cara yang positif. Bagaimanakah ajaran Alkitab mengenai permasalahan istri yang bekerja di luar rumah? Alkitab selalu menekankan pada betapa pentingnya pengaruh seorang ibu dalam keluarga, pada pendidikan anak-anak yang masih kecil. Titus 2:3-5 mengajar: "perempuan-perempuan yang tua hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar firman Allah jangan dihujat orang".

Ketika anak-anak masih kecil, masih dalam periode pembentukan karakter, adalah bijaksana bagi seorang ibu untuk tidak bekerja di luar rumah, kecuali dalam situasi yang benar-benar perlu, yang benar-benar terpaksa. Pembentukan karakter dan pendidikan anak-anak adalah tanggung jawab yang diberikan Allah kepada orang tua. Hanya dalam keadaan yang benar-benar terpaksa, sebagian tanggung jawab tersebut dapat diserahkan kepada orang lain. Apabila suami dan istri bersepakat bersama (didorong oleh keadaan yang benar-benar terpaksa) supaya sang istri bekerja di luar rumah, maka haruslah dicarikan jalan keluar yang terbaik untuk menanggulangi pendidikan anak-anak yang masih kecil. Orang tua tidak boleh sekadar mendapatkan "penjaga" anak-anak, tetapi seorang yang benar-benar dapat dipercaya, yang memiliki prinsip-prinsip atau standar yang sama dengan orang tua anak, sehingga ia dapat diandalkan untuk mendidik anak-anak yang masih kecil. Alkitab selalu menekankan bahwa tugas utama seorang ibu ketika anak-anak masih kecil adalah mendidik anak-anaknya.

Berikut ini adalah beberapa alasan yang tidak benar bagi seorang wanita yang memutuskan untuk bekerja di luar rumah.

  1. Tidak mau berada di rumah seharian penuh.

    Seperti pernyataan seorang ibu yang masih muda: "Aku tidak tahan di rumah terus sehari-harian, pekerjaan rumah tangga begitu membosankan, dan kenakalan anak-anak membuat aku sakit kepala. Aku bekerja di kantor supaya dapat keluar dari rumah!"

  2. Ingin mendapatkan lebih banyak uang untuk membeli barang-barang mewah.

    Seperti kata seorang ibu sebagai berikut: "Suami saya sudah mencapai tingkat maksimal yang dapat dicapainya di perusahaan tempat ia bekerja, dan ia sudah terlalu tua untuk pindah kerja yang memberikan pendapatan yang lebih besar. Karena itu, aku bekerja untuk dapat membeli barang-barang yang tidak terbeli dengan penghasilan suami saya."

  3. Untuk mendapatkan status.

    Dalam pandangan banyak wanita, status atau kedudukan dalam masyarakat erat sekali dengan rumah yang mewah dan barang yang mewah.

Berikut ini adalah beberapa keuntungan atau manfaat apabila istri bekerja di luar rumah.

  1. Keuntungan finansial.

    Memang tidak dapat disangkal bahwa penambahan penghasilan karena istri bekerja di luar rumah banyak membantu meringankan ongkos kehidupan keluarga, terlebih-lebih dalam waktu-waktu ketika ada kebutuhan yang mendesak. Penghasilan yang membantu terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang mutlak adalah sangat baik, namun yang harus selalu diingat bahwa uang sebagai tujuan atau sebagai cara untuk memperoleh lebih banyak harta benda adalah motivasi yang tidak benar. Keadaan Ny. S merupakan contoh bagaimana perlunya seorang istri terpaksa bekerja di luar, untuk keperluan keluarganya. Ny. S berumur sekitar 40 tahun, dengan dua anak yang masih duduk di SD dan SMP. Sekitar 3 tahun lalu suaminya mengalami cedera dalam suatu kecelakaan industri tempat ia bekerja. Walaupun suaminya menerima sejumlah uang kompensasi, istrinya terpaksa harus bekerja agar sekolah anak-anak tidak terputus. Oleh musibah ini, keluarga tersebut benar-benar bersatu-padu, berunding bersama, dan bersepakat agar Ny. S bekerja untuk menambah penghasilan, sedang suami dan anak-anak akan berusaha sedapat mungkin meringankan tugas-tugasnya dalam rumah.

  2. Penggunaan talenta atau bakat.

    Banyak wanita yang cocok untuk suatu pekerjaan tertentu, sehingga bakat-bakat mereka dapat dimanfaatkan sepenuhnya dalam pekerjaan mereka. Para wanita yang senang berhubungan dengan orang dapat menjadi guru-guru yang baik, perawat yang penuh dedikasi, penginjil yang efektif, dan sebagainya. Wanita yang senang pekerjaan yang menyangkut hal-hal detail, cocok untuk pekerjaan sekretaris, akuntan, penjahit, penulis, dan sebagainya. Sebelum bekerja seorang wanita harus mengetahui apa kemampuannya, kesukaannya, bakatnya, dan kemungkinan-kemungkinan yang ada baginya dalam masyarakat, bidang-bidang apa yang masih ada lowongan.

  3. Memperoleh hubungan atau kontak dengan orang-orang lain, dengan masyarakat luas. Bekerja di luar rumah memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk berhubungan dengan orang-orang lain, yang merangsang secara sosial dan intelektual. Bekerja di luar rumah memberikan rasa ikut terlibat dalam masyarakat, bahkan dapat membuka kesempatan untuk hubungan-hubungan yang memberikan kemungkinan untuk penginjilan dan pemberian bantuan pertumbuhan rohani. Walaupun tentu hubungan yang bermanfaat ini dapat juga terbentuk dalam hubungan antara sesama warga dalam satu RT atau satu lingkungan tempat tinggal, atau dengan sesama anggota gereja.

  4. Penggunaan waktu secara maksimum.

    Wanita yang bekerja di luar rumah dipaksakan untuk mengatur atau menggunakan waktu mereka seefisien mungkin, sehingga memberi manfaat sebanyak mungkin baik untuk diri mereka, maupun untuk keluarga mereka. Seorang istri yang masih muda berkata: "seandainya aku tidak bekerja, aku akan bangun siang, dan dapat tidak berbuat apa-apa sehari-harian, tetapi karena saya bekerja, saya terpaksa bangun pagi-pagi dan mengatur waktu seefisien mungkin."

Berikut ini adalah beberapa persoalan yang dihadapi para istri yang bekerja di luar rumah.

  1. Melelahkan.

    Kebanyakan istri merasa diri mereka terjepit antara pekerjaan mereka dan rumah tangga mereka. Para istri Kristen ingin sekali bertugas sebaik mungkin dalam kedua bidang ini, tetapi terlalu sering kombinasi kedua bidang ini sangat melelahkan mereka. Tidak jarang pula mereka menderita rasa lelah yang kronis, yang perlu ditanggulangi secara serius, antara lain dengan memobilisasi setiap anggota keluarga mengerjakan tugas-tugas rumah untuk meringankan tugas ibu, mengurangi jam kerja di luar rumah, mengurangi kegiatan lain di luar rumah, atau sama sekali berhenti bekerja.

  2. Membosankan.

    Tidak banyak pekerjaan yang benar-benar memberikan kepuasan atau stimulasi. Kebanyakan adalah pekerjaan rutin yang membosankan. Ada pula pekerjaan yang hanya sedikit atau sama sekali tidak memberi kesempatan untuk berkreasi. Bagi para istri Kristen, kebosanan ini sering bersumber pada ketidakpastiannya bahwa pekerjaan yang mereka lakukan adalah sesuai kehendak Allah atas diri mereka. Apabila seorang Kristen yakin bahwa Allah menghendaki ia bekerja pada suatu bidang tertentu, dan bahwa Allah juga yang memberikan pekerjaan tersebut kepadanya, maka ia akan bekerja dengan suatu tujuan yang bermakna, yang bermanfaat menghilangkan kebosanannya, dalam pekerjaan yang sangat rutin sekalipun.

  3. Dikejar waktu.

    Para wanita Kristen ingin agar hubungan dalam keluarga selalu terpelihara dengan baik. Mereka juga ingin tetap dapat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan rohani, walaupun bekerja penuh waktu di luar rumah. Dengan kegiatan yang beraneka ragam ini, maka seorang istri benar-benar dikejar-kejar oleh waktu, atau selalu kekurangan waktu. Dalam keadaan demikian, ia mudah sekali melalaikan kegiatannya yang membina keutuhannya sebagai seorang wanita Kristen, yaitu keutuhannya secara rohani, mental, dan jasmani. Seorang istri Kristen harus benar-benar menjaga agar setiap hari waktu perjumpaannya dengan Yesus Kristus melalui doa dan pendalaman Alkitab tidak terganggu. Sebab pertemuan mahapenting ini akan membuatnya mampu dalam iman menghadapi berbagai tantangan dan ujian. Lagi pula pertemuan atau hubungan maha penting ini, menyemarakkan hubungan-hubungan lain pada segenap hari.

  4. Dipengaruhi pandangan yang materialistis.

    Pandangan yang umum di dunia ini adalah pandangan yang materialistis. Sebagai orang Kristen kita harus waspada terhadap pandangan ini, yang berupa perangkap yang halus tetapi menjerumuskan.

  5. Efek negatif terhadap keluarga. Ketidakhadiran seorang ibu di rumah, dapat berakibat buruk pada kehidupan keluarga. Seorang suami dapat tidak menyenangi kesibukan istrinya sepanjang hari dan memprihatinkan masalah kesejahteraan anak-anak. Anak-anak dapat merasa tidak dipedulikan atau tidak dikendalikan orang tua, dan dapat merasa dibebani berlebihan apabila mereka harus memikul tanggung jawab melebihi kemampuan emosional mereka. Terdapat kemungkinan pula apabila seorang wanita Kristen tidak dapat berperan dengan baik sebagai ibu rumah tangga dan sebagai karyawan di tempat bekerja, maka ia akan cenderung lebih mementingkan keberhasilannya dalam bekerja. Hal tersebut bisa mengakibatkan seorang ibu lalai terhadap tanggung jawab yang diberikan Allah kepadanya.

Kerugian Spiritual

Sebagai wanita Kristen, kita benar-benar harus waspada terhadap kerugian rohani atau kerugian spiritual. Kita harus benar-benar menjaga kesehatan rohani kita, di tengah-tengah kesibukan dan berbagai tekanan dalam masyarakat. Dosa atau cobaan yang memasuki kehidupan kita harus segera ditanggulangi secara tuntas. Pada waktu-waktu tertentu, adakanlah evaluasi atas keseluruhan kehidupan Anda, apakah kehidupan Anda sudah sesuai dengan rencana Allah atas diri Anda. Adalah sungguh tidak mudah untuk tidak terseret dalam arus cara berpikir dunia. Seperti pengakuan seorang sekretaris wanita sebagai berikut: "Sungguh tidak mudah untuk memusatkan pandanganku kepada Kristus, kala aku digoda dengan cara-cara berpikir dunia dan sistem nilai-nilai dunia. Sungguh hal itu merupakan suatu ujian iman yang kadang-kadang gagal aku hadapi." Bekerja seharian dengan orang-orang yang belum percaya sering kali membuat kita ditekan untuk menaklukkan diri pada nilai-nilai dan pandangan mereka. Untuk dapat menolak kecenderungan berkompromi ini, benar-benar diperlukan keterikatan penuh kepada Yesus Kristus.

Para wanita Kristen yang bekerja di dalam maupun di luar rumah perlu ingat untuk wajib melakukan tugas-tugasnya tanpa bersungut-sungut, tanpa menggerutu, walaupun ada alasan-alasan tertentu untuk berbuat demikian, walaupun tidak diperlakukan secara adil atau karena sebab-sebab lain yang memang beralasan. Alkitab mengajar: "lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan." (Filipi 2:14)

Banyak pula istri Kristen yang karena tidak mampu melakukan tugas-tugasnya dengan baik dalam berbagai bidang, hidup dalam suasana tertekan, dibebani perasaan bersalah, menyesali mengapa mereka tidak dapat berprestasi lebih baik, dan tidak dapat berbuat lebih banyak. Dalam keadaan demikian, kita perlu sekali menyadari keterbatasan-keterbatasan diri kita, menerima keterbatasan-keterbatasan tersebut dan hidup di dalamnya. Apabila Allah benar-benar telah mengarahkan Anda untuk bekerja di luar rumah, dan Anda bersama suami sudah sepakat dan yakin akan hal tersebut, maka teruslah bekerja tanpa merasa bersalah, tanpa menyesali hal-hal yang tidak dapat Anda lakukan. Bawalah segala persoalan Anda kepada Allah melalui doa kepada-Nya, karena Allah yang mengatur kehidupan Anda untuk kebaikan tertinggi Anda. Mazmur 37:5-7 mengajar: "serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepadaNya, dan Ia akan bertindak. Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia." 2 Korintus 9:8 mengajar: "Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan".

Apakah seorang wanita itu menikah atau tidak menikah, masih bersuami atau sudah janda, setiap tugas pekerjaannya haruslah diterimanya sebagai suatu kesempatan dari Allah untuk melayani-Nya dan melayani sesamanya manusia. Serahkanlah posisi dan pekerjaan Anda kepada Allah, melalui doa-doa yang tekun setiap hari. Tempatkanlah pekerjaan dan posisi Anda dalam perspektif rencana kehendak Allah atas kehidupan Anda. Jadikanlah Kristus sumber kekuatan dan kebahagiaan Anda, sehingga dengan demikian Anda akan semakin bertumbuh secara rohani demi untuk kemuliaan Kristus Yesus, dan kesejahteraan keluarga Anda.

Diambil dan disunting dari:

Judul majalah : Hikmat Kekal, Edisi Mei/Juni, No. 30
Penulis : Tidak dicantumkan
Penerbit : Yayasan MST, Jakarta
Halaman : 35 -- 38
Tipe Bahan: 
Kolom e-Wanita: 
kategori: 

Komentar