Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

Menemukan Keindahan dalam Pencobaan

Oleh Prita Atria Karyadi

Hai! Bagaimana kabar teman-teman pada pertengahan tahun 2023 ini?

Aku berharap hari-hari teman-teman semua dipenuhi dengan warna-warni kehidupan. Mari kita ingat pada pelangi yang bukan hanya memiliki warna kuning, melainkan ada merah, jingga, hijau, biru, nila, dan ungu juga. Demikian juga, hidup kita akan indah jika dipenuhi dengan aneka warna kehidupan. Itu berarti bukan hanya merasa bahagia, tetapi juga sedih, marah, kesal, bad mood, dan berbagai perasaan lainnya. Jadi, menurutku ungkapan bahwa "Hidup harus bahagia" itu kurang lengkap. Seharusnya, ungkapannya adalah, "Hidup itu harus indah". Sebab, dalam keindahan berarti terkandung pula tawa, murung, gelisah, bahagia, suka, dan duka.

Gambar: diberkati

Ngomong-ngomong tentang keindahan hidup, apakah kita sudah benar-benar memaknai apa yang membuat hidup kita menjadi begitu indah? Hmm, coba kita renungkan sejenak pertanyaan ini. Apakah kita memiliki keluarga yang rukun? Apakah kita memiliki pekerjaan yang tetap? Apakah kita memiliki pasangan hidup yang setia? Apakah kita memiliki barang-barang bermerk yang keren? Sebaliknya, hal-hal yang membuat hidup menjadi tidak indah adalah ketika kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi tetap saja gagal. Ketika kita sudah memberikan yang terbaik, tetapi tetap saja tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita sudah berusaha menjadi orang yang baik, tetapi masih saja ada orang yang berbuat jahat terhadap kita. Nah, kalau kita melihat semua pernyataan itu maka tampaknya semua keindahan itu harusnya bermakna positif dan baik, bukan? Namun, tunggu dulu. Sampai di sini, kita perlu memikirkan ulang definisi kita tentang keindahan. Ada satu kebenaran yang sejati yang kupelajari dalam hidup bahwa ternyata ada hal-hal tertentu yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup, yang bertujuan untuk mendewasakan kita agar semakin serupa dengan-Nya. Nah, di sinilah kita akan belajar menemukan keindahan dalam pencobaan-pencobaan hidup.

Dalam Surat Yakobus 1:12 dikatakan, "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."

Yuk, sama-sama kita memaknai satu persatu kalimat dari Surat Yakobus tersebut untuk mengetahui keindahan yang terkandung dalam pencobaan hidup.

1. "Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan"

Nah, kita pasti sudah tahu betul bahwa hidup ini isinya masalah yang berjubel. Masalah yang satu selesai, timbul masalah lain yang baru. Masalah yang baru dapat diselesaikan, muncul lagi masalah lainnya, dan seterusnya. Seakan-akan, hidup ini isinya hanya menyelesaikan masalah satu per satu. Namun, kalau kita menganggap masalah itu sebagai suatu pencobaan, mengapa dalam Surat Yakobus ini dikatakan "berbahagialah". Nah lho! Zaman sekarang, punya masalah itu merupakan suatu kebahagiaan kali yak, hahaha. Akan tetapi, Tuhan sendiri menyatakan kalau kita harus berbahagia dalam pencobaan-pencobaan dalam hidup ini. Untuk itu, kita bisa mencontoh Ayub. Ketika istri ayub meminta Ayub untuk mengutuki Tuhan, Ayub berkata, 'Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?' Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya." (Ayub 2:10).

Ayat tersebut jelas sekali mengatakan bahwa kita harus menerima semua hal yang datang ke dalam hidup kita, entah itu baik maupun buruk. Masalahnya, kita sering sekali menganggap bahwa hidup itu harus bahagia, dan bahagia itu tampak jika kita tersenyum dan tertawa. Padahal, itu bertolak belakang dengan kenyataan hidup yang berisi segala macam masalah dan persoalan. Kita pun harus siap menghadapi kenyataan apa pun yang berada di hadapan kita. Sebab, hidup itu tidak hanya tentang tertawa, tetapi juga menangis. Tidak hanya tentang keberhasilan, tetapi juga kegagalan. Tidak hanya tentang kebaikan, melainkan juga keburukan. Tentang hal ini, Tuhan berkata dalam 1 Petrus 1:5-6, "Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir. Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan." "Bergembiralah akan hal itu" berarti kita harus bergembira dalam menghadapi rupa-rupa pencobaan dalam hidup, sebab upah keselamatan kita akan dinyatakan pada akhir zaman.

2. "sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah."

Dalam ayat tersebut dikatakan, "sebab apabila ia sudah tahan uji" yang berarti bahwa memang hidup ini akan dipenuhi dengan banyak hal yang tidak sesuai dengan kehendak kita. Ada banyak hal yang dapat membuat kita mengeluh, marah, dan kesal dengan dunia ini. Kehidupan ini memang dirancang agar kita dapat "tahan uji" dalam mengatasi berbagai pencobaan. Jadi, jika kita menghadapi "pencobaan" atau berbagai masalah dalam hidup, itu merupakan sarana kita untuk mendapatkan "mahkota kehidupan". Jika kita mengeluh, "Ah, kenapa ya hidup gue kok sial banget," itu berarti kita belum menemukan perspektif yang benar akan hidup ini.

Dalam Yohanes 14:2 dikatakan, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu."

Di rumah Bapa kita banyak tempat tinggal. Itu artinya kita bisa mengarahkan hati kita pada "Tempat Tinggal" yang akan kita miliki suatu hari nanti, saat tugas dan pekerjaan kita sudah selesai di dunia ini. Karena itu, cara paling ampuh untuk bertahan dalam berbagai pencobaan adalah dengan memarkirkan hati kita pada Kerajaan-Nya yang kekal.

"Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran. Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia." (2 Petrus 3:13-14).

Nah, dari ayat ini dinyatakan bahwa "kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru". Akan tetapi, sambil menantikan Kerajaan itu, Tuhan berkata, "kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia". Itu artinya, kita juga harus mengusahakan keselamatan kita agar tidak bercacat dan tidak bernoda di hadapan-Nya. Itu sebabnya, menjadi orang Kristen bukan serta merta hanya percaya pada Tuhan Yesus lalu selamat. Kita harus mengusahakan keselamatan kita supaya kita tidak bercacat dan bernoda di hadapan-Nya. Nah, ikut Tuhan Yesus itu ternyata susah banget! Susahhhhh bangetttttttt……. Kalau kita belum merasa susah banget banget ikut Tuhan Yesus berarti kita belum sungguh-sungguh berjuang untuk menjadi serupa dengan Tuhan Yesus. Sebab, Dia sendiri berkata, "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Matius 5:48).

Kita tidak bisa main-main saat hidup di dunia ini, Teman! Kita harus mencapai standar kesempurnaan versi kita masing-masing menurut kehendak-Nya. Jadi, tidak bisa kita menerima Tuhan Yesus menjadi Juru Selamat dan percaya pada-Nya, sementara kehidupan kita masih amburadul dan berdosa. Sebaliknya, kita harus benar-benar menyerahkan kehidupan kita sepenuhnya hanya untuk kemuliaan-Nya. Semua yang kita punya itu hanya karena anugerah-Nya dan hanya demi kemuliaan-Nya. Jadi, yuk lebih memaknai kebenaran Tuhan secara utuh lagi dalam hidup kita masing-masing.

3. "kepada barangsiapa yang mengasihi Dia ...."

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud "mengasihi Dia"? Bagaimana cara kita mengasihi Allah Bapa dan Tuhan Yesus dalam hidup kita? Apakah mengasihi Dia itu berarti menjadi pelayan di gereja? Apakah mengasihi Dia itu berarti menjadi donatur dalam kegiatan sosial atau gereja?

Tuhan Yesus berkata, "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Nah, ini artinya jika kita benar-benar mengasihi Dia, kita pasti akan menuruti segala perintah-Nya. Apa saja "perintah-Nya"? Wah, kalau kita baca di Alkitab pasti banyak sekali yang menjadi perintah Tuhan yang harus kita lakukan di bumi. Itu pasti sulit sekali. Akan tetapi, dalam Yohanes 14:16-17 Tuhan mengatakan bahwa Dia memberikan kita Roh Kudus untuk menuntun diri kita menemukan apa yang menjadi "komando"-Nya dalam hidup kita. "Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu." (Yohanes 14:16-17).

Dalam Matius 7:21-23, dikatakan, "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Jadi, bisa kita simpulkan bahwa hidup ini sesungguhnya adalah tentang melakukan kehendak Bapa yang di sorga. Dan, untuk melakukan kehendak Bapa, kita akan dipandu dan dipimpin oleh Roh Kebenaran. Oleh karena itu, kita harus peka akan Roh Kebenaran yang bersemayam di dalam nurani kita dengan cara setia membaca firman Tuhan dan tekun berdoa.

Kunci hidup itu hanya satu, yaitu hidup berjalan bersama-Nya.

Komentar