Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs Wanita

admin's blog

Acara Minum Teh Natal

Menjadi orang yang pernah mengalami mukjizat berarti menjadi orang yang diubah. Itulah yang terjadi pada diriku pada bulan Desember 1993.

Pada bulan itu, aku mulai rajin ke gereja. Sebelumnya, aku jarang ke gereja semenjak masa kanak-kanakku. Tapi, tidak ada seorang pun yang memaksaku sehingga aku rajin pergi ke gereja. Agar aku lebih terlibat di gerejaku yang baru, Gereja Crossroads Baptist, aku bergabung dengan program pelayanan wanita. Agar lebih terlibat di dalamnya, aku membantu acara minum teh tahunan saat Natal secara sukarela.

"Tuhan Aku Percaya"

Ketika membaca kisah Mary Nayak dari Kandhamal, Orissa, saya sedang mendengarkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Edward Chen:

"Saat ku tak melihat jalan-Mu, saat ku tak mengerti rencana-Mu, namun tetap kupegang janji-Mu, pengharapanku hanya pada-Mu, hatiku percaya, hatiku percaya, hatiku percaya, slalu kupercaya."

Aku Telah Melihat Tuhan

Hari Minggu pagi itu, Tuhan memilih seorang perempuan untuk menyaksikan dan mengalami kuasa yang didemonstrasikan Tuhan melebihi kuasa apapun di dunia ini, kuasa kebangkitan. Maria Magdalena pergi (saya percaya pada saat itu dia pergi dengan perasaan yang bercampur di dalam hatinya) untuk menjumpai murid-murid Yesus yang lain. Pesan yang disampaikannya singkat, namun penuh makna, "Aku telah melihat Tuhan" (Yohanes 20:18).

Helen B.: "Terima Kasih untuk Doa-Doa Saudara"

Penyanyi rohani dari Eritrea, Helen B., bersama putrinya yang berusia 14 tahun mengunjungi negeri Belanda atas undangan Amnesty Internasional. Mereka turut ambil bagian dalam sebuah festival musik gospel di mana Helen bernyanyi bersama grup band dari Eritrea. Dalam kesempatan tersebut, Helen menggerakkan orang-orang yang hadir untuk berdiri bagi kebebasan beragama di negara mereka.

Hidup Baru

Kesaksian seorang perempuan yang mengalami pemulihan. "Sulit menjadi perempuan sekaligus pengungsi di saat yang bersamaan ...."

Banyak pengungsi di Sudan. Karena status, akhirnya mereka tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah maupun LSM. Banyak pula dari pengungsi di Sudan Utara adalah umat Kristen yang melarikan diri dari konflik berkepanjangan di Sudan Selatan. Mereka sulit bertahan di tengah tekanan.

Tuhan Selamatkanlah Rumah Kami

Hari Kamis tanggal 3 April 1997. Ketika itu saya sedang belajar, mempersiapkan diri untuk menghadapi ulangan matematika. Kira-kira pukul 11.00, dari luar rumah terdengar suara-suara mengatakan "kebakaran... kebakaran..." Saya merasa hal itu tidak mungkin, pasti kebakarannya terjadi di tempat lain, jauh dari rumah saya. Ternyata benar, waktu saya keluar untuk melihat, di kejauhan tampak api yang besar dan asap yang tebal. Mungkin karena api yang demikian besar, walaupun jauh, banyak orang yang sudah berlari menyelamatkan diri sambil membawa harta benda yang bisa mereka selamatkan.

Tayangan Ulang dari Tuhan

Dulu pimpinan saya adalah seorang yang super sibuk karena masih bertugas sebagai pejabat pemerintah di Pontianak. Karena itu saya jarang sekali bertemu dan berkomunikasi dengan beliau. Oleh kesibukannya pulalah kami mengembangkan suatu kebiasaan yang sampai saat itu sudah berjalan lama tanpa ada masalah. Kalau ada keperluan, pimpinan saya selalu menuliskan memo di sebuah kertas kecil lengkap dengan tanda tangannya. Saya pasti mengenali memo itu karena tulisannya antik dan isinya singkat tapi tegas. Memo-memo seperti itu penting ada karena begitu sibuknya beliau sehingga untuk telepon pun sangat jarang.

Hadiah Terbaik

Bayangkan berjalan di tengah lembah kekelaman tanpa sebuah lampu.

Begitulah yang dirasakan oleh banyak keluarga Kristen di Iran saat mereka terpaksa meninggalkan rumah untuk mengungsi karena perang yang tak berkesudahan. Kekuatan yang didapat melalui firman Tuhan seperti tenggelam di antara tekanan yang dihadapi setiap hari. Ketakutan seperti tidak mau pergi dan kekhawatiran bertumbuh setiap jam seperti hantu yang mengintimidasi. Dari tengah-tengah kegalauan muncul sebuah pertanyaan, "Apakah masih ada pengharapan?"

Amerika: Ibunda Sophia

"Pada tahun 1996, anak perempuan kami Sophia mengalami kejang-kejang yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada otaknya. Dia menderita selama berbulan-bulan, menangis tanpa henti selama dua atau tiga hari setiap kali dan merintih kesakitan. Dia tidak mengenal kami dan juga tidak memberikan reaksi."

Rumania: Seorang Wanita Muda

Saat itu hampir tengah malam ketika para tahanan wanita mendengar para penjaga Komunis datang. Mereka cepat-cepat berkumpul mengelilingi seseorang yang dikutuk, seorang wanita muda yang dijatuhi hukuman mati karena imannya dalam Kristus. Mereka membisikkan ucapan selamat tinggal dengan buru-buru. Tak ada air mata dari wanita Rumania muda itu, tak ada jeritan memohon belas kasihan.

Pages